Pengolahan Data Tahap 1 Pengolahan Data Tahap 2

- Super Gather Super gather merupakan proses penggabungan beberapa CDP yang berdekatan untuk mengurangi noise random sehingga reflektor seismik zona target menjadi lebih jelas. Hasil dari proses super gather dapat dilihat pada Gambar 4.3 - Mute Setelah dilakukan super gather, reflektor masih terlihat noisy pada far offset-nya. Proses muting dilakukan untuk memotong data gather pada far offset yang noisy dan akan mengganggu perhitungan atribut AVO. Proses ini dilakukan berdasarkan incident angle yang dianggap cukup optimal, yaitu 0-32° seperti yang ditunjukkan Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 - Trim Static Proses ini membantu menyelesaikan masalah migrasi move-out pada data seismik pre-stack Gambar 4.6. Hal ini dilakukan untuk meratakan reflektor pada zona target. Trim static dengan menentukan optimal shift dengan cara cross- correlating untuk diaplikasikan pada trace lain dalam sebuah gather. Gambar 4.2 Pre-stack Gather Gambar 4.3 Super Gather Gambar 4.4 Incident Angle Mute Gambar 4.5 Muted Gather Gambar 4.6 Trims Static 2. Analisis AVO - Pick AVO Pick AVO dilakukan pada data sintetik AVO dari sumur dan pre-stack gather yang sudah dilakukan pre-conditioning trim static untuk mengetahui respon amplitudo seismik di zona target yang ditunjukkan oleh kurva gradient terhadap offset gradient analysis. Serta dilakukan juga crossplot atribut AVO intercept vs gradient untuk mendukung penentuan kelas anomali AVO. - Volume Atribut AVO Atribut AVO dapat dibuat sebagai volume atribut yang mempermudah dalam melihat produk AVO seperti: intercept, gradient, dan product AB.

4.3.3 Pengolahan Data Tahap 3

1. Well-seismic Tie Proses well-seismic tie merupakan pengikatan antara data log sumur dan data seismik, sehingga data seismik dalam domain waktu dapat berkorelasi dengan data log sumur dalam domain kedalaman. Data log yang digunakan untuk well- seismic tie ini berupa log sonic yang telah dikoreksi kedalaman dengan data checkshot. Pada well-seismic tie diperlukan wavelet untuk membuat seismogram sintetik dari data log. Wavelet ini diperoleh dari ekstraksi dari data seismik di kedalaman dan lebar window tertentu terutama pada zona target. Kemudian diikuti dengan ekstraksi wavelet dari data sumur untuk mendapatkan korelasi yang lebih baik dengan data seismik. 2. Interpretasi Horizon Tahapan ini merupakan penelusuran kemenerusan horizon batas perlapisan yang ditandai dengan amplitudo refleksi dari data seismik. Adapun horizon yang digunakan pada penelitian ini yaitu top Carbonate dan top Belumai SS. 3. Inversi Seismik - Model Inisial Initial Model Model inisial merupakan model geologi dengan melibatkan horizon daerah target dan komponen frekuensi rendah dari data sumur sebagai tren efek kompaksi sehingga diperoleh hasil inversi impedansi absolut. Model ini juga berguna untuk mengetahui batas litologi secara umum dari nilai Acoustic Impedance AI dan Shear Impedance SI pada tiap lapisan. - Analisis Inversi Analisis inversi bertujuan untuk menentukan parameter yang akan digunakan pada proses inversi. Hal ini dilakukan agar didapatkan korelasi maksimum antara seismogram sintetik dan data real seismik, dengan nilai error yang relatif kecil. 4. Transformasi Lambda-Mu-Rho Proses transformasi ini menggunakan data input hasil inversi Acoustic Impedance AI dan Shear Impedance SI untuk mendapatkan volume Lambda-Rho dan Mu- Rho.

4.3.4 Pengolahan Data Tahap 4

1. Probabilistic Neural Network Tahap ini bertujuan untuk memprediksi properti reservoar seperti distribusi porositas dan saturasi air berdasarkan training neural network. Proses ini menggunakan data input log porositas, log saturasi air, data seismik, volume inversi AI sebagai atribut eksternal. Hasil dari proses ini adalah volume pseudo porositas dan pseudo saturasi air.

4.4 Diagram Alir

Gambar 4.7 Diagram Alir Penelitian