BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. Gambaran Umum Pematangsiantar III.1.1. Sejarah
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau
Holing dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang Nawaluh Damanik yang memegang kekuasaan
sebagai raja tahun 1906.
Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu,
Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah
tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu:
1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang
2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota
3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol pinggol, Kampung
Melayu, Martoba, Sukadame, dan Bane. 4.
Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang
Setelah Belanda memasuki Daerah Sumatera Utara, Daerah Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah
kekuasaan raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu
Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru Bangsa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan
Kampung Melayu. Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar.
Kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No. 285 Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi
sendiri. Sejak Januari 1939berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai Dewan.
Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi kemerdekaan, Pematangsiantar kembali menjadi Daerah
Otonomi. Berdasarkan Undang-undang No.22 1948 Status Gemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan Walikota dirangkap oleh Bupati
Simalungun sampai tahun 1957. Berdasarkan UU No.1 1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan
dengan keluarnya Undang-undang No.18 1965 berubah menjadi Kota, dan dengan keluarnya Undang-undang No. 5 1974 tentang-Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan yang
terdiri atas 29 DesaKelurahan dengan luas wilayah 12,48 km² yang peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17
Maret 1982.
Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu: 1.
Kecamatan Siantar Barat 2.
Kecamatan Siantar Timur 3.
Kecamatan Siantar Utara 4.
Kecamatan Siantar Selatan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1986 tanggal 10 Maret
1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah Kecamatan, dimana 9 Desa atau Kelurahan dari wilayah Kabupaten
Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri dari 38 desakelurahan dengan luas wilayah menjadi
70,230 km². Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:
1. Kecamatan Siantar Barat
2. Kecamatan Siantar Timur
3. Kecamatan Siantar Utara
4. Kecamatan Siantar Selatan
5. Kecamatan Siantar Marihat
6. Kecamatan Siantar Martoba
Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994, dikeluarkan kesepakatan bersama
Penyesuaian Batas
Wilayah Administrasi
antara Kota
Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun. Adapun hasil kesepakatan tersebut adalah wilayah Kota Pematangsiantar menjadi seluas 79,9706 km².
Pada tahun 2007, diterbitkan 5 Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yaitu:
1. Peraturan Daerah No.3 tahun 2007 tentang Pembentukan
Kecamatan Siantar Sitalasari. 2.
Peraturan Daerah No.6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Marimbun.
3. Peraturan Daerah No.7 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Kelurahan Bah Sorma. 4.
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Tanjung Tongah, Nagapitu dan Tanjung Pinggir.
5. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tetang Pembentukan
Kelurahan Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong Marimbun, Mekar Nauli dan Nagahuta Timur.
Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada sebanyak delapan kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak lima puluh
tiga Kelurahan.
III.1.2. Visi dan Misi
Visi : Mantap, Maju dan Jaya. Misi : Pemerintah yang bersih, meningkatkan kualitas pendidikan,
meningkatkan pelayanan kesehatan, memperkuat sistem ekonomi, usaha kecil menengah UKM dan koperasi,
meningkatkan kualitas dan kuantitas iInfrastruktur, menata sistem pelayanan publik yang lebih baik dan profesional,
serta sistem alokasi anggaran pembangunan efisien maupun pro rakyat.
III.1.3. Kondisi Geografis dan Demografis III.1.3.1. Lokasi dan Keadaan Geografis
Secara Geografis wilayah Kota Pematangsiantar berada antara 2
o
53 20 - 3
o
01 00 Lintang Utara dan 99
o
1’ 00’’ - 99
o
6’ 35’’ Bujur Timur dengan luas wilayah 79,971 Km
2
dengan batas-batas sebagai berikut: Batas Utara :
Kabupaten Simalungun Batas Selatan :
Kabupaten Simalungun Batas Timur :
Kabupaten Simalungun Batas Barat
: Kabupaten Simalungun
Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km² terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan,
kecamatan yang terluas adalah kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 km² atau sama dengan 28,41 dari total luas wilayah Kota
Pematangsiantar. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Siantar Selatan 2,020 Km
2
. Struktur geologis wilayah ini adalah berada pada ketinggian 400-500 meter diatas permukaan laut dengan
permukaan tanah yang berbukit-bukit.
Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Kota Pematangsiantar
No. Kecamatan
Luas Wilayah
km² Rasio Terhadap
Total Jumlah
desakelurahan
1 Siantar Barat
3,205 4,01
8 2
Siantar Marihat 7,825
9,78 7
3 Siantar
Marimbun 18,006
22,52 6
4 Siantar
Martoba 18,022
22,54 7
5 Siantar Selatan
2,020 2,53
6
6 Siantar
Sitalasari 22,723
28,41 5
7 Siantar Timur
4,520 5,65
7 8
Siantar Utara 3,650
4,56 7
JUMLAH 79,971
100 53
III.1.3.2. Iklim
Karena terletak dengan garis Khatulistiwa, Kota Pematangsiantar tergolong kedalam derah tropis dan daerah datar, beriklim sedang dengan
suhu maksimum rata-rata 29,7
o
C dan suhu minimum rata-rata 20,4
o
C pada tahun 2009. Kelembapan udara rata-rata 86 persen dimana rata-rata tertinggi
pada bulan Oktober dan November yang mencapai 89 persen, sedangkan curah hujan rata-rata 306 mm dimana curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan September yang mencapai 574 mm.
III.1.3.3. Penduduk Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Pematang Siantar 2012
No. Kecamatan
Laki- laki
Perempuan Jumlah
penduduk Kepadatan
penduduk per km²
1 Siantar Barat
17.378 18.089
35.467 11.066
2 Siantar
Marihat 8.959
9.232 18.191
2.325
3 Siantar
Marimbun 7.219
7.665 14.884
827
4 Siantar
Martoba 19.368
19.382 38.750
2.150
5 Siantar Selatan
8.116 9.034
17.150 8.490
6 Siantar
Sitalasari 13.514
13.765 27.279
1.200
7 Siantar Timur
18.419 20.194
38.613 8.543
8 Siantar Utara
22.515 24.098
46.613 12.771
JUMLAH 236.947 115.488
121.459 2.963
Pada dasarnya penduduk adalah modal merupakan dasar pembangunan, oleh karena itu data statistik kependudukan mutlak diperlukan untuk
kepentingan perencanaan
pembangunan dengan
segala aspeknya.
Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan kesempatan kerja, mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran.
Pada tahun 2009 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 250.997 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.146 jiwa per Km
2
. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2009 sebesar 0,40
persen. Pada tahun 2009 penduduk Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 127.516 jiwa dan penduduk laki-laki 123.481
jiwa. Dengan demikian sex ratio Kota Pematangsiantar sebesar 96,84 persen. Namun pada tahun 2012 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai
236.947 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.963 jiwa per km². Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki.
Pada tahun 2012 penduduk Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 115.488 jiwa dan penduduk perempuan 121.459 jiwa.
Dengan demikian sex ratio penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,08. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan yang
bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat,
perkembangan penduduk diarahkan pada pengendalian kuantitas, pengembangan kualitas,
dan pengerahan mobilitas sehingga mempunyai ciri dan karakteristik yang menguntungkan bagi pembangunan di Kota Pematangsiantar.
Perkembangan ketenagakerjaan secara sepintas dapat dilihat dari besarnya keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi. Keterlibatan
penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan proporsi penduduk yang masuk dalam pasar tenaga kerja, yaitu penduduk yang bekerja dan mencari
pekerjaan, disebut juga sebagai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK. TPAK di Kota Pematangsiantar dari tahun 2002 hingga 2013 pada
umumnya mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyaknya penduduk di Kota Pematangsiantar yang bekerja dan mencari
pekerjaan.
III.1.3.4. Keadaan Perekonomian Kota Pematangsiantar
Pada kurun waktu 2001-2013 kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kota Pematangsiantar masih menjadi prioritas. Sektor industri yang menjadi
tulang punggung perekonomian Kota Pematangsiantar adalah industri besar dan sedang. Hasil industri andalan Kota Pematangsiantar adalah rokok putih
filter dan non filter serta tepung tapioka. Produksi tepung tapioka di Kota Pematangsiantar tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, namun juga di
ekspor ke luar negeri. Sementara ini Taiwan menjadi negara tujuan penjualan tepung tapioka yang diproduksi kota ini.
Kekuatan daerah yang dimiliki Kota Pematangsiantar terkonsentrasi pada perdagangan dan jasa serta kota transit wisata. Sektor perdagangan yang
menjadi andalan perekonomian Kota Pematangsiantar di samping sektor industri mengalami pertumbuhan dalam kontribusi terhadap perekonomian
daerah. Sebagai kota perdagangan, secara geografis Kota Pematangsiantar diapit Kabupaten Simalungun yang memiliki kekayaan Perkebunan karet,
sawit, teh, dan pertanian. Kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba Samosir, Tapanuli Utara dan
Tapanuli Selatan. Sudah barang tentu, posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdagangan antarkabupaten atau transit wisata ke Danau Toba.
III.2. Layanan Pengadaan Secara Elektronik LPSE Kota Pematangsiantar
LPSE adalah
unit kerja
yang dibentuk
di seluruh
KementerianLembagaSatuan Kerja
Perangkat Daerahlnstitusi
Lainnya KLDI untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan barangjasa
secara elektronik
serta memfasilitasi
ULPPejabat Pengadaan
dalam melaksanakan pengadaan barangjasa secara elektronik. ULPPejabat Pengadaan
pada KementerianLembagaPerguruan TinggiBUMN yang tidak membentuk LPSE dapat menggunakan fasilitas LPSE yang terdekat dengan tempat
kedudukannya untuk melaksanakan pengadaan secara elektronik. Selain memfasilitasi
ULPPejabat Pengadaan
dalam melaksanakan
pengadaan barangjasa secara elektronik LPSE juga melayani registrasi penyedia barang dan
jasa yang berdomisili di wilayah kerja LPSE yang bersangkutan. Pengadaan barangjasa secara elektronik akan meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, mendukung proses monitoring
dan audit dan memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time guna mewujudkan clean and good government dalam pengadaan barangjasa
pemerintah.
Dasar hukum pembentukan LPSE adalah Pasal 111 Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barangjasa pemerintah yang ketentuan teknis operasionalnya
diatur oleh Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan pengadaan Secara Elektronik. LPSE dalam menyelenggarakan sistem pelayanan
Pengadaan BarangJasa secara elektronik juga wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Layanan yang tersedia dalam Sistem Pengadaan Secara Elektronik saat ini
adalah e-tendering yang ketentuan teknis operasionalnya diatur dengan Peraturan Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara E-Tendering. Selain itu
LKPP juga menyediakan fasilitas Katalog Elektronik e-Catalogue yang merupakan sistem informasi elektronik yang memuat daftar,jenis, spesifikasi
teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barangjasa pemerintah, proses audit secara online e-Audit, dan tata cara pembelian barangjasa melalui
katalog elektronik e-Purchasing.
Gambar 3.1 Struktur Organisasi LPSE Pematangsiantar, 2014. Sumber: LPSE Pematangsiantar.
BAB IV PENYAJIAN DATA HASIL PENELITIAN