Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS
1 0 6
PENDAHULUAN
Pada bab ini dibicarakan cara-cara merangkum isi pembicaraan dalam diskusi. Setelah itu, kita akan berlatih mempresentasikan hasil penelitian. Selanjutnya,
dikemukakan pula teori membaca cepat sampai mampu mempraktikkan pengungkapan pokok-pokok isi teks yang dibaca. Dan pada akhir bab ini, kita akan
berlatih merangkum isi buku.
A. MENDENGARKAN DISKUSI ATAU SEMINAR
Sebuah diskusi atau seminar akan bermakna apabila setelah melakukan aktivitas tersebut mengerti benar akan hasilnya. Oleh sebab itu, Anda perlu berlatih
untuk mencatat pokok-pokok yang dibicarakan dalam diskusi panel atau seminar, menulis rangkuman yang berisi pendapat atau saran yang muncul dalam diskusi
panel atau seminar, dan membatasi isi rangkuman dalam kelompok.
1. Mencatat Pokok-Pokok yang Dibicarakan dalam Diskusi Panel
atau Seminar
Diskusi panel yaitu percakapan antara dua orang atau lebih yang membicarakan satu masalah dalam satu waktu dengan pendapat atau latar
belakang ilmu yang berbeda. Diskusi panel ini dipandu oleh seorang moderator yang bertugas membagi waktu bagi masing-masing narasumber untuk
mengungkapkan pendapatnya secara bergantian. Dalam diskusi panel ini peserta dapat atau tidak diberikan waktu untuk bertanya kepada narasumber, hal ini
tergantung kepada moderator.
Seminar yaitu suatu pertemuan yang menghadirkan seorang narasumber untuk membahas suatu masalah tertentu. Seminar dipandu oleh seorang moderator
yang bertugas membagi waktu dalam menyampaikan materi dari narasumber, dan membagi waktu bagi para peserta seminar untuk menanggapi pendapat
yang telah disampaikan atau bertanya kepada narasumber. Antara narasumber dan peserta seminar terjadi interaksi.
Langkah-langkah yang dapat Anda lakukan ketika mencatat pokok-pokok yang dibicarakan dalam diskusi panel dan seminar adalah:
a. mendengarkan apa yang dibicarakan oleh pembicara atau pemrasaran, b. mencatat bagian pendahuluan, isi, dan penutupnya secara kronologis,
c. menulis hal-hal yang penting-penting saja, d. menggunakan bahasa yang jelas, baik, dan benar,
e. memberikan kesimpulan.
Dalam menuliskan rangkuman diskusi panel atau seminar perlu Anda perhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. tulislah rangkuman secara singkat dan jelas, b. tulislah masalah-masalah pokok yang dibicarakan,
c. gunakanlah kalimat berita dalam penulisan,
Bab V ~ Kependudukan
1 0 7
d. cantumkan pendapat dan saran dari narasumber atau dari peserta yang
disetujui narasumber. Untuk lebih jelasnya mengenai diskusi panel dan seminar perhatikanlah bagan
berikut ini
Gambar bagan diskusi panel
Gambar bagan seminar
Berikut ini contoh rangkuman seminar bahasa
Tantangan Hidup dan Mati: Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
pada Era Globalisasi
oleh: Demas Marsudi Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar sampai saat ini masih dililit
berbagai problematika. Dengan adanya aturan kebahasaan, sebagian orang merasa terkebiri pikirannya, terpasung dalam pengungkapan maksud tertentu, tidak bebas
berartikulasi, dan masih banyak lagi alasan lain yang mengarah pada pernyataan tidak setuju dengan adanya aturan kebahasaan.
PANELIS I PANELIS II
PESERTA DISKUSI PANEL MODERATOR
NOTULIS PEMRASARAN
MODERATOR
PESERTA SEMINAR
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS
1 0 8
Di sisi lain, para pemerhati bahasa bersikeras untuk selalu merawat, meneliti, dan menghimbau agar masyarakat mampu dan mau berbahasa dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Dua sikap pro dan kontra dalam menyikapi norma bahasa itu hidup dan bertumbuh di tengah masyarakat pemakai bahasa. Melihat
dikotomi tersebut, pada Bulan Bahasa ini penulis ingin mengungkap beberapa fenomena, menganalisis, dan menawarkan solusi atas permasalahan yang ada.
Historika Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai sejarah panjang, baik eksistensinya, kuantitatif masyarakat pemakainya, maupun norma- norma yang mengaturnya.
Menurut sejarahnya, bahasa Indonesia diambil dari bahasa Melayu yang digunakan sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Beberapa prasasti yang dapat ditemukan sebagai
bukti, antara lain: Kedukan Bukit 683, Talang Tuwo 684, Telaga Batu, Kota Kapur, Karang Berahi 686.
Penggunaan bahasa Melayu saat itu sangat pesat karena didukung letak selat Melaka yang strategis bagi jalur perdagangan maupun penyebar agama; baik dari
masyarakat lokal maupun bangsa asing, misalnya bangsa Portugis, Cina, India, Belanda, dan sebagainya. Dengan alasan kepraktisan itulah, bahasa Melayu
digunakan sebagai lingua franca di seluruh Nusantara.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, pemuda Indonesia mengadakan kongres di Jakarta. Salah satu hasil pertemuan tersebut adalah menobatkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa khususnya kaum muda dalam menghadapi penjajah saat itu.
Singkat cerita, setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tahun 1945, mulai saat itu bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara
yang secara hukum tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. Adapun fungsi praktisnya, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa
resmi dalam menjalankan pemerintahan.
Dalam pertumbuhannya sampai saat ini, bahasa Indonesia mengalami penyempurnaan yang berulang-ulang oleh pihak yang terkait. Proses itu bukanlah
pekerjaan yang ringan, sebaliknya merupakan pekerjaan besar yang menyita banyak pikiran, waktu, tenaga, bahkan dana yang secara kuantitatif serta kualitatif terhitung
besar.
Oleh sebab itu, apabila masyarakat pemakai bahasa tidak mau berusaha merawat atau mengembangkannya, sejarah panjang itu akan menjadi sia-sia dan
tidak ada artinya. Implikasi Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk praktis homo social dan homo practicus, kita membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan sesama. Dalam
perkembangan peradaban manusia selama ini, sarana komunikasi yang relatif langgeng “dapat bertahan lama” adalah bahasa.
Untuk menciptakan komunikasi yang harmonis, pemerhati bahasa berusaha seoptimal mungkin meneliti dan mengembangkan bahasa sembari menentukan suatu
aturan dan tuntunan untuk berbahasa dengan santun.
Bab V ~ Kependudukan
1 0 9
Pada masa orde baru, Presiden Soeharto mencanangkan sebuah himbauan yang berbunyi, “Pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar” Baik artinya
kata-kata yang digunakan oleh seorang komunikator sesuai dengan situasi dan kondisi komunikasi sehingga komunikan dapat menangkap konsep yang sama dan dapat
memberikan respon yang cocok. Benar artinya kata-kata yang digunakan oleh komunikator tidak menyalahi norma bahasa yang berlaku.
Jadi, implementasi pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar mempunyai pengertian bahwa penyampaian bahasa tersebut dapat dipahami oleh kedua belah
pihak yang berkomunikasi dengan cara yang tidak menyalahi norma bahasa yang sudah distandardisasikan.
Fenomena Bahasa, Analisis, dan Solusinya
Setiap berbicara tentang bahasa baku atau normatif, sebagian masyarakat baik itu orang awam maupun terpelajar menjadi traumatis. Mereka bertanya tanya,
“Apakah bahasa Indonesia yang baik dan benar itu dapat terwujud? Apakah semua itu bukan sekadar slogan semata yang hanya pantas ditanyakan di dunia antah-
berantah dunia khayal?” Untuk menjawab semua itu, perlu kita telusuri fenomena bahasa yang berkembang di tengah masyarakat pemakainya.
Suatu kasus terjadi, seseorang yang bernama Samudra berkata kepada seorang bapak yang berdagang es, “Pak … tolong minta esnya satu gelas dong” “Baik
Mas Samudra” Setelah es diberikan dan dibayar Samudra pun berlari-lari sambil berucap, “Terima kasih Pak … makasih … ” Pada kasus ini terjadi pemakaian
bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak benar menurut norma bahasa Indonesia.
Kata minta menurut W.J.S. Poerwadarminta mempunyai pengertian berharap supaya diberi atau mendapat sesuatu. Samudra dan pedagang es itu dapat
mengadakan komunikasi dengan lancar dan keduanya mendapatkan kepuasan karena mereka tahu benar proses interaksi itu. Samudra menyadari bahwa pedagang
itu menjual es untuk mencari nafkah dan pedagang pun tahu bahwa kata minta itu dimaksudkan untuk membeli. Barangkali reaksi seorang bapak itu menjadi lain
apabila yang datang adalah anak yang lusuh, haus, dan berkata, “Pak … tolong minta esnya satu gelas, dong” Barangkali jawabnya menjadi, “Minta … beli, dong”
atau seorang bapak itu menjawab ya sambil membuat es, tetapi dalam hati kecilnya tidak akan mengharapkan uang dari anak tersebut.
Kasus lain terjadi, seorang mahasiswa fakultas pertanian mengadakan penelitian dan penyuluhan ke kampung dan berbincang-bincang dengan para petani
awam yang tidak terpelajar. Mahasiswa tersebut berkata, “Wah, bagus sekali tanaman Bapak-Bapak. Tanaman Bapak-Bapak ini mengandung banyak klorofil
yang sangat bermanfaat untuk mengadakan fotosintesis. Sebaiknya Bapak-Bapak merawat tanaman ini dengan lebih intensif sehingga Bapak-Bapak dapat
memperoleh hasil secara maksimal.” Mendengar kata-kata mahasiswa itu, petani pun mengangguk-angguk sembari memberikan senyuman. Akan tetapi, di balik itu
semua ada kenyataan yang menggelikan, yaitu banyak petani yang belum mengerti penyuluhan itu karena ada “kata-kata kampus” yang dilontarkan tanpa disadari
siapa pihak lain yang diajak berbicara.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS
1 1 0
Kata-kata itu antara lain klorofil, fotosintesis, dan intensif. Dalam kasus ini ucapan mahasiswa tersebut memang benar. Akan tetapi, penggunaan kata-kata tersebut
tidak baik karena situasi dan kondisi pihak yang diajak berbicara kurang mendukung. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temukan penggunaan kalimat yang
tidak benar menurut aturan bahasa, misalnya: 1.
Masa gua harus ngerjain kerjaan itu sih. Emang gua adik elu 2.
Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk 3.
Oleh karena barang-barang ilegal yang disimpan itu diminta polisi, gembong perampok itu segera ambil dan serahkannya kepada polisi.
4. Kepada
Yth. Bapak Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Jalan Monginsidi no. 54
Surakarta.
5. Kepada semua warga Sumber Nayu RT 01 RW XII dimohon
mengibarkan bendera mulai tanggal 10 - 31 Agustus 2003. Dengan mengkaji contoh tersebut, kita rasakan bahwa penggunaan bahasa
yang baik belum tentu benar dan sebaliknya. Menurut pengamatan penulis, ada dua kelompok besar yang menjadi pangkal
munculnya kesalahan berbahasa, yaitu: pertama, masyarakat bahasa yang belum mengetahui norma bahasa, dan yang kedua yaitu masyarakat bahasa yang sudah
mengetahui norma bahasa. Dari masyarakat yang belum mengetahui norma bahasa, munculnya kesalahan
dapat disebabkan sikap yang belum tahu itu berkembang dalam ketidaktahuannya. Artinya, orang yang berbicara itu sekadar mengandalkan kemampuan yang
dimilikinya, yang penting dapat mencapai maksud. Akan tetapi, kemungkinan lain dapat terjadi bahwa orang yang belum tahu norma bahasa itu selalu berusaha untuk
mengungkapkan bahasa yang tepat dan benar, namun karena keterbatasannya itulah dia tetap belum dapat benar.
Dari masyarakat yang sudah mengetahui norma bahasa, munculnya kesalahan berbahasa disebabkan dua sikap, yaitu: pertama, sikap pemakai bahasa yang tidak
mau diatur, dia ingin selalu bebas. Walaupun tahu pemakaian bahasanya salah, orang itu akan membiarkan begitu saja karena itulah yang diinginkannya. Orang
gaul mengatakan bahwa cuek is the best; sikap kedua yaitu orang yang sudah mengetahui norma bahasa dan selalu berusaha untuk benar. Namun demikian, usaha
itu kandas karena keterbatasan kemampuannya.
Dengan mencermati uraian di atas, kita dapat menemukan beberapa faktor penghambat langkah perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Faktor yang dimaksudkan adalah sebagai berikut. 1.
Kurang Sadar Sebagian masyarakat kurang menyadari arti pentingnya berbahasa dengan
baik dan benar. Ada dua tipe masyarakat yang kurang sadar ini, yaitu: orang yang benar-benar belum mengetahui norma bahasa, dan yang lain adalah orang yang
sudah mengetahui norma bahasa, tetapi bersikap semau gue.
Bab V ~ Kependudukan
1 1 1
2. Banyaknya Dialek