Morfologi Daun Tanaman Kultur

4.3.1 Morfologi Daun Tanaman Kultur

Salah satu peubah yang dapat dijadikan sebagai parameter pertumbuhan dari suatu tanaman adalah serangkaian aktifitas dari sebuah organ daun. Pertumbuhan ini ditandai dengan perubahan morfologi pada daun, pertambahan ukuran daun menjadi besar dan terjadinya pelebaran daun atau perekahan sempurna. Pengamatan morfologi daun dilakukan setelah kultur berumur 7 MST, hal ini dikarenakan pada umur tersebut pertumbuhan dan perubahan morfologi daun dapat dengan mudah diamati. Peubah morfologi daun yang diamati meliputi bentuk dan warna daun. Pengamatan morfologi daun dijumpai keseragaman bentuk. Secara umum daun tanaman kultur memiliki bentuk sasak oblong-obovate dengan ujung daun yang sedikit meruncing Gambar 4. 6 : 1 Gambar 4 Bentuk daun tanaman kultur kemaitan. Beberapa organ tanaman mempunyai pola pertumbuhan determinate sedangkan organ-organ yang lain bersifat in-determinate. Pola pertumbuhan determinate dicirikan oleh pertumbuhan organ tersebut sampai mencapai ukuran maksimum kemudian pertumbuhan terhenti, organ menjadi tua dan akhirnya rontok. Organ tanaman yang mempunyai pola pertumbuhan determinate salah satunya adalah daun Lakitan 1996, diacu dalam Sudrajat 2005. Hal ini terjadi pada tanaman kultur kemaitan di beberapa minggu terakhir pengamatan. Awalnya daun tumbuh maksimal dengan memperlihatkan morfologi daun yang membesar dan merekah sempurna, lalu daun berubah warna menjadi kekuningan dan jaringan mulai mencoklat, setelah itu barulah daun mengalami pengguguran. Gugurnya daun dari batang dikenal dengan istilah absisi. Proses absisi ini didahului oleh perubahan struktur dan susunan kimia pada daerah di sekitar pangkal daun, tempat ini disebut daerah absisi. Pada tanaman dikotil berkayu di daerah absisi terdapat 2 dua lapisan yang berbeda yaitu lapisan pemisah dan lapisan pelindung Tjitrosomo 1984. Lapisan pemisah menyebabkan pemisahan dan lapisan pelindung yang melindungi permukaan yang terdedah dari kekeringan dan serangan parasit. Proses absisi dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini. Gambar 5 Proses absisi pada salah satu tanaman kultur kemaitan. Tjitrosomo 1984 menambahkan, gugurnya daun adalah sifat tumbuhan berkayu. Jatuhnya daun dipercepat oleh faktor-faktor lingkungan, seperti mengerutnya daun pada hari terang dan panas, pukulan air hujan pada daun, suatu lapisan pelindung dari gabus terbentuk tepat di bawah lapisan pemisah dan melindungi jaringan batang yang terbuka. Selama penelitian, daun yang diamati adalah daun yang sudah ada yaitu daun primordia yang menutupi bagian meristem pucuk yang berkembang dan merekah sempurna. Daun ini tetap ada karena saat penanaman daun primordia ini tidak dihilangkan, hal ini dimaksudkan agar eksplan dapat tumbuh dan memiliki daya viabilitas yang cukup ketika tumbuh dalam lingkungan media kultur. Dari hasil pengamatan, hampir seluruh eksplan tidak mengalami multiplikasi tunas, atau tumbuhnya tunas baru. Dari 25 eksplan yang hidup, hanya satu eksplan BAP 1,5 mgl saja yang mengalami multiplikasi tunas. Hal ini karenakan sel-sel meristematik pada jaringan organ pucuk kurang aktif membelah dan kemampuan setiap sel untuk bermultiplikasi dan kemapuan sel membentuk jaringan adalah berbeda. Selain itu dari semua perlakuan yang diberikan, masih belum mampu menstimulir merangsang tumbuhnya tunas baru. Kurang cocoknya media dasar dan jenis zat pengatur tumbuh yang diberikan sebagai perlakuan dapat menjadi faktor penyebab tidak terjadinya pertumbuhan tunas baru, hal ini dikarenakan belum adanya literatur yang merekomendasikan jenis media yang cocok untuk jenis kemaitan.

4.3.2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kultur