f. Refleksi dan Belajar
Menghargai pendapat dan pandangan anak mengenai segala hal merupakan salah satu cara membuat anak menjadi mandiri. Melalui
kegiatan kelompok atau menempatkan anak dalam satu tim untuk mengerjakan sesuatu membuat anak dapat berbagi pandangan dengan
teman lainnya. Refleksi diri dalam belajar dapat dilakukan melalui recalling kegiatan yang sudah dilakukan sehari. Refleksi diri
mengenai apa yang telah anak lakukan merupakan cara untuk memandirikan anak dengan belajar dari pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, kemandirian terdiri dari beberapa jenis yang terjadi pada anak, baik yang dapat memperlancar
maupun menghambat perkembangan kemandirian anak. Perkembangan kemandirian anak memerlukan perhatian khusus dan stimulus yang tepat
agar perkembangannya dapat sesuai dengan tingkat capaian perkembangan kemandirian anak. Hal ini dikarenakan anak akan selalu dihadapkan pada
situasi kehidupan yang dewasa ini sudah semakin kompleks. Tantangan kompleksitas masa depan tersebut dapat memberikan alternatif pilihan
tindakan anak, yaitu pasrah kepada nasib atau mempersiapkan diri sebaik mungkin.
2. Aspek- aspek Kemandirian
Penanaman nilai kemandirian pada anak perlu diterapkan sedini mungkin. Segala sesuatu yang dapat diusahakan sejak dini akan semakin
berkembang menuju kesempurnaan melalui bimbingan yang tepat. Untuk menerapkan penanaman nilai kemandirian pada anak perlu memperhatikan
aspek-aspek kemandirian.
Robert Havinghurst
Fatimah, 2006
mengemukakan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu: a. Emosi
Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak bergantung pada orangtua.
b. Ekonomi Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan
tidak bergantungnya kebutuhan ekonomi pada orangtua. c. Intelektual
Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
d. Sosial Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan
interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Anak tidak hanya ingin dipercayai tapi juga ingin
diterima masyarakat, sehingga harus memahami batas-batas kebebasan diri sendiri dan kebebasan orang lain, seimbang antara hak
dan tanggungjawab yang merupakan bagian dari aspek kemandirian. Kemandirian anak usia dini selain memuat aspek-aspek juga dapat
diukur melalui indikator-indikator pencapaian tingkat kemandirian anak. Aspek dan indikator kemandirian anak tersebut saling berkaitan satu sama
lain. Indikator- indikator tersebut merupakan pedoman atau acuan dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak. Menurut
Yamin dan Sanan 2010 kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari tujuh indikator, yaitu:
a. Kemampuan fisik b. Percaya diri
c. Bertanggung jawab d. Disiplin
e. Pandai bergaul f. Saling berbagi
g. Mengendalikan emosi Setiap orang memiliki kemampuan yang unik untuk memahami
sesuatu, tidak hanya menerima saja, tetapi mempunyai inisiatif untuk mandiri yang terwujud dalam bentuk keinginan-keinginan untuk
melakukan sesuatu hal sendiri, memahami sendiri dan mengambil keputusan sendiri dalam setiap tindakan. Kartadinata Asrori, 2004
kemandirian dalam perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks.
Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkatan perkembangan kemandirian tersebut dan perlu
pembiasaan yang berulang-ulang. Longiver Asrori, 2004 mengemukakan tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Tingkat Impulsif dan Melindungi Diri
Ciri-ciri tingkat ini adalah: 1 Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari
interaksi dengan orang lain. 2 Mengikuti aturan secara oportunistik dan herodistik.
3 Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu stereotype.
4 Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game. 5 Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta
lingkungannya. b. Tingkat Konformistik
Ciri-ciri tingkatan ini adalah: 1 Peduli terhadap penampilan diri dan penampilan sosial.
2 Cenderung berfikir stereotype dan klise. 3 Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.
4 Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian. 5 Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya
introspeksi. 6 Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
7 Takut tidak diterima kelompok. 8 Tidak sensitif terhadap keindividualan.
9 Merasa berdosa apabila melanggar aturan. c. Tingkat Sadar Diri
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
1 Mampu berfikir alternatif. 2 Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.
3 Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada. 4 Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
5 Memikirkan cara hidup. 6 Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
d. Tingkat Saksama Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
1 Bertindak atas dasar nilai-nilai internal. 2 Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
3 Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri maupun orang lain.
4 Sadar akan tanggungjawab. 5 Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
6 Peduli akan hubungan mutualistik. 7 Memiliki tujuan jangka panjang.
8 Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial. 9 Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.
e. Tingkat Individualistis Ciri-ciri tingkat ini adalah:
1 Peningkatan kesadaran individualitas. 2 Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan
ketergantungan.
3 Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain. 4 Mengenal eksistensi perbedaan individual.
5 Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan. 6 Membedakan kehidupan inetrnal dengan kehidupan luar dirinya.
7 Mengenal kompleksitas diri. 8 Peduli akan perkembangan dan maslah-masalah sosial.
f. Tingkat Mandiri
Ciri-ciri tingkat ini adalah: 1 Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
2 Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
3 Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial. 4 Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan.
5 Toleran terhadap ambiguitas. 6 Peduli akan pemenuhan diri self-fulfilment.
7 Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal. 8 Responsif terhadap kemandirian orang lain.
9 Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain. 10 Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan
keceriaan. Fatimah 2006 tingkat kemandirian anak usia dini berkembang
sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Pada anak usia 3-4 tahun dapat melatih kemandirian melalui kegiatan memakai kaos kaki dan sepatu
sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain. Seiring bertambahnya usia akan bertambah pula tingkat kemandirian anak, yaitu:
a. Kemampuan berfikir objektif b. Tidak mudah dipengaruhi
c. Berani mengambil keputusan d. Tumbuh rasa percaya diri
e. Tidak bergantung pada orang lain Tingkat kemandirian anak harus dilalui oleh anak tahap demi tahap
dengan pengawasan dan bimbingan dari orangtua. Pengertian, pemberian kasih sayang dan pemberian dorongan dapat diberikan menggunakan kata-
kata pujian yang tulus tetapi tidak berlebihan. Hal ini dapat menajdi reward untuk meningkatkan motivasi anak menjadi lebih baik.
Menurut Anderson, dkk 2003 dalam penelitiannya yang berjudul
Developing Independent Learning In Children Aged 3-5, menyatakan bahwa pengembangan belajar mandiri di Pembibitan bahasa Inggris dan
kelas Penerimaan berhubungan dengan pengembangan berbagai kemampuan yang terlibat dalam mengatur diri sendiri, pembelajaran
kemandirian dikonseptualisasikan dalam hal penelitian dan teori yang berkaitan untuk pengembangan kemampuan metakognitif dan disposisi.
Metakognisi mengacu pada beberapa tingkat kemandirian, yaitu: a. Keterampilan kompleks
b. Pemahaman dan disposisi
Yaitu pemahaman yang menggabungkan pengembangan pengolahan kesadaran kognitif anak.
c. Pengetahuan tentang berpikir dan belajar d. Pengetahuan tentang tugas dan strategi
e. Kemampuan merancang dan memilih strategi Yaitu kemampuan merancang dan memilih strategi yang tepat untuk
mengelola keefektifan proses berpikir dalam belajar. f.
Kemampuan dalam pemecahan masalah Menurut beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa selain
aspek emosi, terdapat juga aspek kemandirian yang lainnya yaitu aspek ekonomi, aspek intelektual, dan aspek sosial yang menunjang kemandirian
anak usia dini dengan bimbingan yang dilakukan sedini mungkin untuk mencapai kemandirian anak yang sesuai dengan tahapan usianya.
Kemandirian juga dapat dilihat dari indikator-indikator yang merupakan serangkaian kegiatan yang mencerminkan kemampuan seseorang dalam
kemampuan fisik, percaya diri, bertanggungjawab, disiplin, pandai bergaul, saling berbagi dan mampu mengendalikan emosi.
Kemandirian anak usia dini juga terdiri dari beberapa tahap yang saling berkesinambungan dimulai dari berfikir tidak logis, berfikir klise,
berfikir tentang pemecahan masalah, sadar akan tanggungjawab, toleransi terhadap diri sendiri dan orang lain, bersikap realistik dan objektif, mampu
menyelesaikan tugas sehari-hari sesuai dengan tahap perkembangannya.
3. Ciri-ciri Kemandirian