Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Anak Peserta Program Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Kasih Ibu Di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

(1)

KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) KASIH IBU DI DESA

SUKA MAJU KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

ENDANG MARIANA 091000243

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) KASIH IBU DI DESA

SUKA MAJU KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

ENDANG MARIANA NIM. 091000243

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) KASIH IBU DI DESA

SUKA MAJU KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh ENDANG MARIANA

NIM. 091000243

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 28 Juli 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Fitri Ardiani, SKM, MPH NIP. 19620529 198903 2 001 NIP. 19820729 20081220022

Penguji II Penguji III

Prof.Dr.Ir.Albiner Siagian,MSi Ernawati Nasution, SKM, M.Kes NIP. 19670613 199303 1 004 NIP. 19700212 199501 2 001

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

Dr.Drs. Surya Utama, M.S NIP.196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Anak usia dini merupakan masa paling penting dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan bersosialisasi, masa ini diperlukan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsumsi pangan dan status gizi anak yang mengikuti program PAUD Kasih Ibu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

Penelitian ini merupakan survei yang bersifat deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 45 anak yang mengikuti program PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara dengan tehnik total sampling. Data tentang pola makan yang terdiri dari jenis makanan, frekuensi makan, serta jumlah konsumsi energi dan protein diperoleh melalui wawancara dengan ibu anak menggunakan food recall 24 jam dan kuesioner food frequency. Berat badan ditimbang menggunakan timbangan injak, tinggi badan diukur dengan menggaunakan mikrotois. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola konsumsi energi anak yang termasuk kategori kurang sebanyak 17,7% dan tingkat konsumsi energi anak termasuk baik sebesar 13,3%. Demikian juga dalam konsumsi protein sebagian besar termasuk kategori kurang bahkan ada yang defisit 15,5%, dan anak yang mempunyai status gizi berdasarkan indeks BB/U yaitu berat badan kurang sebanyak 15,5%, Berdasarkan indeks TB/U terdapat anak berbadan pendek 15,5%, demikian juga dengan indeks BB/TB juga masih mempunyai status gizi kurus 6,7%.

Pengurus yayasan disarankan untuk lebih memperhatikan upaya peningkatan gizi dan bekerja sama dengan puskesmas untuk melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan anak dan memberitahukan kepada orang tua untuk lebih memperhatikan pemberian makanan kepada anak-anak.


(5)

ABSTRACT

The early childhood is the important period in the formation foundations of personality,thinking capability, intelligence,skill and ability to socialize. This time and stimulation necessary conditions to suit the needs of children for child growth and development achieved by optimal. The objective of the study is to know the food consumption and nutritional status of children who attended the PAUD program of Kasih Ibu of Tanjung Tiram county Batu Bara Subregency in 2012.

The present study is a descriptive survey, with the sampel of 45 children who attended the PAUD program of Kasih Ibu of Tanjung Tiram county Batu Bara Subregency in 2012 by total sampling method. The data of meal pattern included food type, frequency of meal, and the total consumed energy and protein collected by interview with the mothers of children with food recall 24 and food frequency questionnaire. Measuring the weight and height using scale for data gathering method. The collected data were then analyzed descriptively.

The result of the study showed that the food consumption pattern of the children in the inadequate, in which there were 13,3% have adequate energy consumption pattern, and 17,7% of them in the inadequate. Similarly in the case of protein consumption, there were of them in the adequate and even there were some it continued with indeks with under weigh 15,5%. It continued with TB/U indeks, still there were short children 15,5% and BB/TB indeks with 6,7% thin.

It is recommended that the administrator of the institution is more pro-active in improving nutrition and coordination with the primary health center for growth monitoring of children and inform parents to more attention to child feeding.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Endang Mariana

NIM : 091000243

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jalan dr. Mansyur gg. Sipirok No. 6A Medan Alamat Orang Tua : Jl.Merdeka Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung

Tiram Kabupaten Bara

Riwayat Pendidikan

Tahun 1992 – 1998 : SD Negeri Tanjung Tiram Tahun 1998 – 2001 : MTS Tanjung Tiram Tahun 2001 – 2004 : MAN 2 MODEL Medan

Tahun 2005 – 2008 : Akademi Kebidanan Sehat Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya yang telah memberikan kekuatan maupun kesehatan kepada penulis selama dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Peserta Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan Pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Rusli dan Ibunda Khalijah Usman SPd tercinta yang telah banyak berkorban materil dan moril serta membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang dan juga untuk kakak dan abang tercinta, NS. Masdalena S.Kep, dr. Fitriani, dr. Zulpan Zulkarnain, dr. Tristiana, Herli Sefriadi, ST, Bripka Mulyadi, SH yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, bimbingan, nasehat dan doa pada penulis setiap saat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus


(8)

dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulis skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ketua penguji yang telah banyak memberikan dukungan yang sangat menginspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH, selaku dosen Pembimbing II dan dosen penguji I yang selalu sabar dalam memberikan pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes. selaku Sekretaris Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU sekaligus dosen Penguji III yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulis skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff pegawai FKM USU yang telah membimbing dan membantu selama perkuliahan.

7. Ibu Salmah Kusrin selaku ketua penyelenggara PAUD Kasih Ibu, terima kasih telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di PAUD yang Ibu pimpin.

8. Sahabat- sahabat kos: Sri Rahmawati, Nuraini, Dila Sipahutar, Eli Maslaini Pakpahan, Mela Handayani, Kiki, atas keceriaan, kebersamaan, semangat, kasih sayang, bantuan dan doa yang telah diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan dari peminatan gizi: Restu Mulia, Cut Nahri, Nurjanna, Yusi Febrina, Dewi Sri Nauli, Sri Erlina, Reni Permata, Riama, Kak Irma, kak Hermi, Fitri, Dinnya, Asrina, Junita, Diza, Oja, Uci, Ivo, Kristin, Emma, Vera, Dina dan seluruh mahasiswa peminatan gizi kesehatan


(9)

masyarakat yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat, doa dan bantuan kepada penulis. Terima kasih untuk sebuah pertemanan terindah selama penulis menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan nya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Anak Usia Dini ... 7

2.1.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini 8 2.2. Program Pendidikan Anak Usia Dini ... 11

2.3. Konsumsi Pangan ... 12

2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan ... 13

2.4 Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Dini ... 14

2.4.1. Energi ... 15

2.4.2. Protein ... 16

2.5. Pola Makan dan Status Gizi ... 17

2.6. Masalah Gizi Pada Anak Usia Dini ... 18

2.7. Pengukuran Status Gizi Anak Usia Dini ... 20

2.8. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri ... 21

2.8.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ... 22

2.8.2 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ... 22

2.8.3 Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) ... 23

2.9. Kerangka Konsep ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 24


(11)

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel... 24

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4.1. Data Primer ... 25

3.4.2. Data Sekunder ... 25

3.5. Defenisi Operasional ... 25

3.6. Aspek Pengukuran ... 26

3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.7.1. Pengolahan Data ... 28

3.7.2. Analisis Data... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

4.1. Gambaran Umum PAUD Kasih Ibu ... 30

4.2. Karakteristik Orang Tua ... 30

4.3. Karakteristik Anak Usia Dini ... 32

4.4. Konsumsi Energi dan Protein Anak Usia Dini ... 32

4.5. Status Gizi Anak Usia Dini ... 34

4.6. Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Usia Dini ... 35

4.7. Pola Penyakit Infeksi ... 39

BAB V PEMBAHASAN ... 40

5.1. Karakteristik Orang Tua ... 40

5.2. Konsumsi Pangan Anak Usia Dini ... 41

5.3. Status Gizi Anak Usia Dini ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka

Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari ... 15 Tabel 2.2. Pedoman Pola Makan Balita ... 17 Tabel 4.1. Distribusi Orang Tua Berdasarkan Umur Orang Tua Pada Anak

yang Mengikuti PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 30

Tabel 4.2. Distribusi Orang Tua Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 31 Tabel 4.3. Distribusi Kepala keluarga Berdasarkan Mata Pencaharian di desa

Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara tahun 2012. ... 31 Tabel 4.4. Distribusi Anak Usia Dini Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012... 32 Tabel 4.5. Distribusi Konsumsi Energi Anak Usia Dini di Desa Suka Maju

Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 32 Tabel 4.6. Distribusi Konsumsi Protein Anak Usia Dini di Desa Suka Maju

Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 . ... 33 Tabel 4.7. Distribusi Konsumsi Energi Anak Usia Dini Berdasarkan

Kelompok Umur di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012... 33 Tabel 4.8. Distribusi Konsumsi Protein Anak Usia Dini Berdasarkan

Kelompok Umur di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012... 34 .

Tabel 4.9. Distribusi Anak Usia Dini Berdasarkan Status Gizi (BB/U) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 34 Tabel 4.10. Distribusi Anak Usia Dini Berdasarkan Status Gizi (TB/U) di

Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 35


(13)

Tabel 4.11. Distribusi Anak Usia Dini Berdasarkan Status Gizi (BB/TB) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 35 Tabel 4.12. Distribusi Konsumsi Energi dan Status Gizi Anak Usia Dini

Berdasarkan (BB/U) di Desa Suka Maju Kecamatan TanjungTiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 36

Tabel 4.13. Distribusi Konsumsi Energi dan Status Gizi Anak Usia Dini Berdasarkan (TB/U) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 36 Tabel 4.14. Distribusi Konsumsi Energi dan Status Gizi Anak Usia Dini

Berdasarkan BB/TB di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 37 Tabel 4.15. Distribusi Konsumsi Protein dan Status Gizi Anak Usia Dini

Berdasarkan BB/U di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 37 Tabel 4.16. Distribusi Konsumsi Protein dan Status Gizi Anak Usia Dini

Berdasarkan TB/U di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 38 Tabel 4.17. Distribusi Konsumsi Protein dan Status Gizi Anak Usia Dini

Berdasarkan BB/TB di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 38 Tabel 4.18. Distribusi Status Gizi (BB/U) Anak Usia Dini Berdasarkan

Kelompok Umur di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 39 Tabel 4.19. Distribusi Status Gizi (TB/U) Anak Usia Dini Berdasarkan

Kelompok Umur di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 39 Tabel 4.20 Distribusi Status Gizi (BB/TB) Anak Usia Dini Berdasarkan

Kelompok Umur di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012. ... 40


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Kerangka Konsep Penelitian... 23


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Master Data

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian


(16)

ABSTRAK

Anak usia dini merupakan masa paling penting dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan bersosialisasi, masa ini diperlukan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsumsi pangan dan status gizi anak yang mengikuti program PAUD Kasih Ibu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

Penelitian ini merupakan survei yang bersifat deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 45 anak yang mengikuti program PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara dengan tehnik total sampling. Data tentang pola makan yang terdiri dari jenis makanan, frekuensi makan, serta jumlah konsumsi energi dan protein diperoleh melalui wawancara dengan ibu anak menggunakan food recall 24 jam dan kuesioner food frequency. Berat badan ditimbang menggunakan timbangan injak, tinggi badan diukur dengan menggaunakan mikrotois. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola konsumsi energi anak yang termasuk kategori kurang sebanyak 17,7% dan tingkat konsumsi energi anak termasuk baik sebesar 13,3%. Demikian juga dalam konsumsi protein sebagian besar termasuk kategori kurang bahkan ada yang defisit 15,5%, dan anak yang mempunyai status gizi berdasarkan indeks BB/U yaitu berat badan kurang sebanyak 15,5%, Berdasarkan indeks TB/U terdapat anak berbadan pendek 15,5%, demikian juga dengan indeks BB/TB juga masih mempunyai status gizi kurus 6,7%.

Pengurus yayasan disarankan untuk lebih memperhatikan upaya peningkatan gizi dan bekerja sama dengan puskesmas untuk melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan anak dan memberitahukan kepada orang tua untuk lebih memperhatikan pemberian makanan kepada anak-anak.


(17)

ABSTRACT

The early childhood is the important period in the formation foundations of personality,thinking capability, intelligence,skill and ability to socialize. This time and stimulation necessary conditions to suit the needs of children for child growth and development achieved by optimal. The objective of the study is to know the food consumption and nutritional status of children who attended the PAUD program of Kasih Ibu of Tanjung Tiram county Batu Bara Subregency in 2012.

The present study is a descriptive survey, with the sampel of 45 children who attended the PAUD program of Kasih Ibu of Tanjung Tiram county Batu Bara Subregency in 2012 by total sampling method. The data of meal pattern included food type, frequency of meal, and the total consumed energy and protein collected by interview with the mothers of children with food recall 24 and food frequency questionnaire. Measuring the weight and height using scale for data gathering method. The collected data were then analyzed descriptively.

The result of the study showed that the food consumption pattern of the children in the inadequate, in which there were 13,3% have adequate energy consumption pattern, and 17,7% of them in the inadequate. Similarly in the case of protein consumption, there were of them in the adequate and even there were some it continued with indeks with under weigh 15,5%. It continued with TB/U indeks, still there were short children 15,5% and BB/TB indeks with 6,7% thin.

It is recommended that the administrator of the institution is more pro-active in improving nutrition and coordination with the primary health center for growth monitoring of children and inform parents to more attention to child feeding.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin yakni sejak manusia itu masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah makanannya. Melalui makanan manusia mendapatkan zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk hidup dan berkembang. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makan pada anak balita baik dari jumlah, jenis dan frekuensi makanan secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab terjadinya masalah kurang gizi pada anak (Husaini dkk, 1999).

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orangtua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang tejadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, prevalensi balita kurang gizi (berat badan kurang) sebesar 18,0 persen diantaranya 4,9 persen dengan gizi buruk. Sedangkan prevalensi balita pendek untuk (stunting) sebesar 35,6 persen, dan prevalensi balita kurus (wasting) adalah 13,3 persen. Menurut Marimbi (2010), Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Kekurangan gizi dapat memengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita.


(19)

Pada anak balita upaya perbaikan gizi sangat penting dilakukan, Oleh karena itu perlu diberikan perhatian, pembinaan, dan pengawasan yang sedini mungkin agar menghasilkan kualitas yang baik. Masalah gizi pada anak balita timbul karena tidak tersedianya zat-zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini konsumsi makanan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Almatsier, 2004). Apabila orang tua tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam memberikan makanan pada balita maka risiko kekurangan gizi pada buah hatinya akan meningkat. Makanan yang tidak menarik dan tidak diminati oleh balita akan semakin membuat selera makannya menurun sehingga asupan zat gizinya menjadi terbatas. Keadaan ini akan membawa pengaruh negatif pada pertumbuhan balita (Ramayulis, 2008).

Hasil penelitian Santi ( 2011) menunjukkan bahwa pola makan pada balita yang cukup lebih banyak dengan pencapaian penerapan status gizi baik sebanyak 26 (23,9 %), status gizi kurang sebanyak 22 (20,2 %), sedangkan pada pola makan kurang dengan pencapaian status gizi baik sebanyak 16 (14,7 %), status gizi kurang sebanyak 45 (41,3 %). Sedangkan menurut hasil penelitian Puspita (2006) Status gizi balita dengan status gizi baik pada keluarga tidak miskin mencapai 100% sedang pada keluarga miskin hanya mencapai 74,19% dan 22,58% gizi kurang. Diharapkan bagi ibu lebih memperhatikan konsumsi pangan pada balita untuk mendapatkan status gizi yang baik.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut UURI No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian


(20)

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Dinas kesehatan, 2010). Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggara pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (Koordinasi motorik halus dan kasar). Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan, spritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak-anak usia dini (Ahira, 2011). Menurut Sudarso (2011), Perkembangan yang diperoleh anak pada usia dini, sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya dan meningkatkan produktivitas dimasa dewasa. Pelaksanaan pembelajaran pada prasekolah (Pendidikan Anak Usia Dini) perlu dikembangkan ke arah pembelajaran sesuai dunianya, yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif dan kreatif dengan menerapkan konsep belajar sambil bermain.

Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya (Nursalam, 2005).


(21)

Berdasarkan survei awal, berdirinya PAUD Kasih Ibu di awali dengan adanya keinginan masyarakat Desa Suka Maju dalam hal pendidikan anak usia dini. Sebenarnya di desa tersebut sudah ada berdiri TK ( Taman Kanak-Kanak), tetapi biaya pendidikannya mahal bagi masyarakat yang sebagian besar kondisi ekonominya menengah ke bawah dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan dan tukang ojek. Keinginan tersebut diajukan kepada ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) yang kemudian di sampaikan kepada Bupati. Dengan adanya izin dari Bupati, maka di dirikanlah PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju yang ditujukan bagi masyarakat menengah kebawah. Sehingga anak usia dini yang berada di Desa Suka Maju memperoleh pendidikan yang layak sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar.

Dengan berdirinya PAUD Kasih Ibu diharapkan masyarakat terutama orang tua untuk ikut berperan aktif dalam mengembangkan kepribadian diri, kemampuan berfikir dan kecerdasan anak. Berdasarkan hasil observasi secara fisik bahwa anak yang mengikuti program PAUD Kasih Ibu memiliki tubuh yang kurus dan pendek berdasarkan usianya, kemungkinan disebabkan asupan makanan dan gizi yang rendah serta menderita suatu penyakit. Menurut data Puskesmas Tanjung Tiram, pada tahun 2012 dari jumlah 776 anak, terdapat 68 (8,76 %) anak berstatus gizi kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kasus gizi kurang pada anak di Desa Suka Maju masih menjadi masalah, sehingga perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana konsumsi pangan dan status gizi anak peserta program pendidikan anak usia dini (PAUD) Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.


(22)

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsumsi pangan dan status gizi anak peserta program pendidikan anak usia dini (PAUD) Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsumsi pangan dan status gizi anak peserta program pendidikan anak usia dini (PAUD) Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi anak yang mengikuti program PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

2. Mengetahui penyakit infeksi yang diderita anak yang mengikuti program PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah informasi bagi pengurus PAUD Kasih Ibu Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram tentang konsumsi pangan dan status gizi anak yang mengikuti program PAUD.

2. Sebagai bahan informasi bagi ibu-ibu yang anaknya mengikuti program PAUD Kasih Ibu tentang asupan pangan yang sehat dan bergizi.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Anak Usia Dini

Periode sesudah masa bayi hingga berusia lima tahun disebut periode masa prasekolah. Usia ini merupakan periode berat karena kondisi kesehatan anak masih belum stabil. Usia ini merupakan periode berat karena kondisi kesehatan anak masih belum stabil. Jika makanan yang diberikan tidak memenuhi standar gizi, anak mudah terserang infeksi, terutama diare atau cacingan. Jika terserang, anak akan menjadi kurus, kurang bersemangat, cengeng, cenderung lamban, dan bodoh. Karena itu, kebutuhan gizinya yang semakin besar sejalan dengan perkembangan fisiknya harus diperhatikan (Widjaja, 2002). Otak anak mempunyai satu triliun sel otak dan bertriliun- triliun sambungan antar sel saraf otak. Bila tidak distimulasi sejak dini, sambungan ini akan musnah. Layaknya daun di musim gugur, potensi mereka pun akan berguguran. Usia balita disebut sebagai the golden age (usia keemasan) seorang manusia.

Penelitian mengenai otak manusia telah menunjukkan bahwa perkembangan intelektual otak berkembang pesat menjadi 50% potensi otak dewasa pada empat tahun pertama sejak anak dilahirkan. Usia empat hingga delapan tahun bertambah 30%, selanjutnya hingga delapan tahun bertambah 30%, selanjutnya hingga 18 tahun bertambah 20%. Hal ini menunjukkan bahwa stimulus otak yang dilakukan pada empat tahun pertama kehidupan seorang anak akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya di masa depan ( Mushoffa, 2009).


(24)

Anak usia dini termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada usia ini pertumbuhan fisik khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, di mana sistem tubuh sudah mencapai kematangan. Sedangkan pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 centi meter setiap tahunnya (Hidayat, 2005).

Pada masa ini, anak sering dikenal sebagai “masa keras kepala”. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak mengalami kurang gizi. Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makanan pada anak (Uripi, 2004).

2.4.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut Whalley dan Wong (2000) Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan secara intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbol maupun abstrak


(25)

seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lain-lain. Sedangkan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku sosial di lingkungan anak (Hidayat, 2005).

Masa ini diperlukan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Kondisi kesehatan anak yang buruk akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Akibatnya kualitas SDM anak secara otomatis menurun. Kondisi yang mendukung proses dan perkembangan anak yang baik adalah kondisi lingkungan fisik yang sehat dan terhindar dari penyebaran kuman dan penyakit. Selain itu, asupan gizi yang baik pun tentu saja sangat mempengaruhi pertumbuhan anak, terutama otak yang sedang berkembang pesat pada masa ini (Anonim, 2012).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak adalah:

a). Faktor Dalam

• Ras/etnik atau bangsa: Anak yang dilahirkan dari bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

• Keluarga: ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.

• Umur: Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.


(26)

• Jenis kelamin: Fungsi reproduksi anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat

• Genetik: Bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya, ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil

b) Faktor Luar yaitu: Faktor pranatal:

• Gizi ibu hamil: Terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

• Makanan: posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital • Toksi/zat kimia: Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan

kongenital.

• Psikologi ibu: kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil.

c) Faktor Persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kaerusakan otak.

d) Sosio Ekonomi: Kemiskinan selalu berkaitan dengan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan menghambat pertumbuhan anak. e) Lingkungan Pengasuhan: Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat


(27)

2.5. Program Pendidikan Anak Usia Dini

Program pendidika Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu program pendidikan bagi anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sesuai tahap-tahap perkembangan atau tingkat usia mereka. PAUD juga merupakan pendidikan persiapan untuk mengikuti jenjang pendidikan sekolah dasar. Secara lebih spesifik, program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan melalui jalur formal seperti Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, serta jalur pendidikan non-formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat, dan jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan (Departemen Pendidikan Nasional 2007).

PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai kultur, budaya, dan falsafah suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan-santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan dengan orang lain diperlukan untuk belajar agar anak mampu mengembangkan kepribadian, watak, dan akhlak yang


(28)

mulia. Usia dini merupakan saat yang amat berharga untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk kehidupannya dan strategis bagi pengembangan suatu bangsa (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).

Dalam rangka mendukung kebijakan pembinaan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang terarah, terpadu dan terkoordinasi pada tahun 2010 Kementerian Pendidikan Nasional telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa pembinaan PAUD baik formal, nonformal maupun informal, berada di bawah binaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI), yang secara teknis dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini (Direktorat Pembinaan PAUDNI, 2011)

2.6. Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Hal ini terkait dengan fungsi makanan yaitu gastronomis, identitas budaya, religi dan magis, komunikasi, lambang status ekonomi serta kekuatan dan kekuasaan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain. Ekspresi tersebut akan membentuk pola perilaku makan yang disebut kebiasaan makan (Khomsan, 2010). Jumlah dan kualitas pengetahuan dan budaya masyarakat. Penganekaragaman konsumsi pangan


(29)

merupakan upaya memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan komposisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dapat mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Mengkonsumsi pangan yang beranekaragam akan dapat memenuhi kebutuhan gizi secara seimbang (Pangan, 2008).

2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan 1. Pengetahuan ibu mengenai makanan yang bergizi

Pengetahuan ibu tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi. Bila ibu rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik ia akan mampu untuk memilih makanan yang begizi untuk dikonsumsi ( Ramayulis, 2008).

2. Pendidikan ibu

Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak balitanya. Pendidikan ibu sangat menentukan dalam pilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita dan anggota keluarga lainnya. Pendidikan gizi ibu bertujuan meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia.Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada balita tinggi bila pendidikan ibu tinggi.


(30)

3. Pendapatan dan anggaran belanja keluarga

Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang menyebabkan orang-orang akan mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Rendahnya pendapatan itu mungkin disebabkan menganggur atau setengah menggangur karena susahnya memperoleh lapangan kerja tetap sesuai dengan yang diinginkan. Adapula keluarga-keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan cukup akan tetapi sebagian anaknya gizi kurang. Hal ini oleh karena cara mengatur belanja keluarga yang kurang baik. Untuk pangan misalnya disediakan belanja terlalu sedikit, lebih banyak diperuntukkan bagi pembelian barang-barang lain karena pengaruh lingkungan atau kebiasaan. Ada Juga keluarga-keluarga yang membeli bahan pangan dalam jumlah cukup tetapi karena kurang pandai memilih tiap jenis pangan yang dibeli berakibat kurangnya mutu dan keragaman pangan yang diperoleh. Diantara keluarga dengan penghasilan cukup atau lebih masih banyak yang belum terbiasa membuat perencanaan pengeluaran keluarga sehingga hasilnya lebih acak-acakan (Sajogyo, 1994).

2.4 Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Dini

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi seseorang dapat dikatakan baik bila terdapat keseimbangan antara perkembangan fisik dan perkembangan mental anak tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat kaitan yang erat antara tingkat keadaan gizi dengan konsumsi makanan, tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizinya terpenuhi. Keadaan gizi seseorang banyak ditentukan oleh


(31)

konsumsi pada masa lalu. Ini berarti bahwa konsumsi gizi masa kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa (Anonim, 2012).

Menurut Behrman (1996), Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia dan lain-lain. Selain itu kebutuhan nutrisi dapat membantu dalam aktifitas sehari-hari karena nutrisi merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh, dan juga sebagai sumber pembangun dan pengatur dalam tubuh. Sebagai sumber tenaga nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-55%, lemak sebanyak 30-35% dan protein sebanyak 15%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah mengandung zat gizi yang seimbang (Hidayat, 2005). Prioritas nutrisi adalah energi dan protein, namun tidak mengabaikan kebutuhan zat gizi lainnya masukan energi dan protein yang kurang pada masa ini akan berdampak pada perkembangan otak dan susunan syaraf menjadi terhambat (Mitayani, 2010).

Tabel 2.1. Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Anak Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari.

No Golongan Umur (Tahun)

Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (cm)

Energi (Kkal)

Protein (gr)

1 1-3 12 90 1.000 25

2 4-6 17 110 1.550 39

Sumber: Widya Karya Nasinal Pangan dan Gizi VIII, 2004 2.4.1. Energi

Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat, lemak, dan protein. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4 kalori,1


(32)

gram protein menghasilkan 4 kalori, dan 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Menurut Beck (2000), energi diperlukan untuk berbagai proses metabolisme di dalam tubuh, yaitu untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil, dan gerakan otot untuk aktivitas (Uripi, 2004). Energi atau kalori sangat berpengaruh terhadap laju pembelahan sel pembentukan struktur organ-organ tubuh. Apabila energi berkurang maka proses dan pembelahan sel akan terganggu dapat mengakibatkan organ-organ tubuh dan otak anak mempunyai sel-sel yang lebih sedikit dari pada pertumbuhan normal (Asydhad, 2006).

2.4.2. Protein

Protein merupakan zat makanan bagian terbesar tubuh sesudah air, seperlima bagian tubuh adalah protein. Protein bertindak sebagai prekusor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan, membangun serta memelihara sel-sel jaringan tubuh (Mitayani, 2010).

Protein berfungsi sebagai zat pembangun bagi jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Kebutuhan protein menurut FAO/WHO adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan pada masa pertumbuhan atau masa balita. Sumber protein hewani yang baik, terutama dilihat dari segi jumlah maupun mutu adalah daging sapi, daging ayam, ikan, udang, hidangan laut, susu, telur dan semua jenis olahannya. Sumber protein nabati, contohnya jamur dan kacang kedelai dan semua olahannya, seperti tempe, tahu, oncom kecap (Sutomo, 2008).


(33)

2.8. Pola Makan dan Status Gizi

Pola konsumsi pangan yaitu susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Khomsan, 2010). Pola makanan anak yang dianjurkan berdasarkan bentuk makanan dan banyaknya makanan dalam ukuran rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2. Pedoman Pola Makan Balita

Sumber Tenaga Sumber zat Pembangun Sumber zat Pengatur 3-4 piring nasi @100

gram atau penggantinya (mie, bihun, roti, kentang)

4-5 porsi daging @50 gram atau penggantinya (tempe, tahu, telur, daging ayam). Dianjurkan sekurang-kurangnya 1 porsi berasal dari sumber protein hewani. Susu dianjurkan 2 gelas sehari.

2-3 porsi sayur dan buah. Gunakan sayur dan buah-buahan berwarna (1 porsi sayur = 1 mangkuk sayur, 1 porsi buah segar = 100 gram)

Sumber : widjaja, 2002

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh sebab itu, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan. Pada usia balita, anak mulai memiliki daya ingat yang kuat dan tajam, sehingga apa yang diterimanya akan terus melekat erat sampai usia selanjutnya. Dengan memperkenalkan anak pada jam-jam makan yang teratur dan variasi jenis makanan, diharapkan anak akan memiliki disiplin (Marimbi, 2010).

Disamping makan pagi, siang dan malam juga dapat diadakan makanan selingan. Makanan selingan berguna sebagai penambah zat gizi, terutama kalori maupun zat gizi lainnya yang kurang diperoleh pada waktu makan yang ada. Makanan selingan biasanya diberikan antara makan pagi dan siang, sekitar pukul 9


(34)

pukul 10, dan sore hari antara waktu makan siang dan malam sekitar pukul 4 pukul 5. Bentuk makanan selingan ini adalah disajikan dengan bentuk yang menarik, mudah dimakan, ukuran porsi tidak terlalu mengenyangkan. Contoh makanan selingan adalah pisang goreng atau rebus, berbagai bubur seperti bubur kacang hijau, bubur sumsum, bubur ketan hitam, kue-kue basah seperti getuk lindri, kue lapis, dan sebagainya (Soegeng, 2004).

Pada anak balita kebutuhan zat gizi diperlukan dalam jumlah yang besar, dimana pada anak usia ini sedang dalam masa perkembangan. Oleh karena kapasitas perutnya masih terlalu kecil untuk menampung semua makanan yang dikonsumsi dapat terpenuhi (Asydhad, 2006). Apa yang dimakan anak lebih penting daripada kapan dan berapa kali ia makan. Sebaiknya, membiasakan anak makan tiga kali sehari, diselingi kudapan. Bila anak lebih banyak kudapan daripada makanan utama, usahakanlah agar anak mendapat nutrisi sebanyak mungkin (Lawson, 2009).

2.9. Masalah Gizi Pada Anak Usia Dini

Tingkat gizi masyarakat dapat menjadi tolok ukur dari kemajuan program pembangunan suatu negara, karena itu program pemerataan kesehatan dan gizi merupakan langkah penting yang perlu dilaksanakankan. Masalah gizi di Indonesia berdasarkan penelitian oleh para ahli gizi adalah masalah Kurang Energi Protein (KEP). Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan xeropthalmia misalnya buta senja, kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia, serta kekurangan yodium mengakibatkan penyakit gondok. Dari ketiga permasalahan tersebut KEP merupakan hal yang terpenting. Salah satu penyebab kekurangan gizi adalah daya beli yang rendah pada keluarga kurang mampu dan minimnya pengetahuan tentang


(35)

kesehatan dan gizi, serta rendahnya pendapatan keluarga yang menyebabkan kesehatan dan gizi anak tidak banyak diperhatikan. Berbagai masalah kesehatan dan gizi lebih banyak terjadi pada kelompok masyarakat yang mengkonsumsi bahan pangan yang kurang, baik dalam jumlah maupun mutunya. Selain faktor ekonomi, masalah sosial dan budaya juga mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari terbukti dengan pembiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak higinies dan tidak mencukupi kebutuhan gizi anak (Anonim, 2012).

Beberapa masalah gizi yang timbul pada anak usia dini dapat dilihat sebagai berikut:

- Penolakan terhadap makanan, sulit makan, hanya sedikit jenis makanan yang dimakan.

- Kebiasaan makan camilan diantara waktu makan utama mengurangi nafsu makan pada waktu makan.

- Tingginya konsumsi jus buah dan minuman ringan.

- Diet rendah lemak/tinggi serat, yang dianggap sehat oleh orang tua.

- Tingginya konsumsi kudapan kue, biskuit, keripik, kudapan manis, permen makanan digunakan sebagai hadiah.

Adapun strategi/ anjuran yang dapat dilakukan/ diberikan untuk mengatasi masalah gizi pada anak usia dini adalah:

- Orang tua/pengasuh perlu memberi contoh, makan bersama keluarga, memperkenalkan secara bertahap, terus mencoba makanan baru, jangan menawarkan berbagai macam alternatif untuk makanan yang tidak disukai.


(36)

- Batasi ketersediaan makanan diantara waktu makan utama: Makan adalah suatu kegiatan dan bukan sekedar pelengkap untuk aktivitas lain.

- Beresiko mempengaruhi nafsu makan dan kesehatan gigi : berikan hanya air, jus buah yang diencerkan. Minuman ringan hanya sesekali saja.

- Berikan pilihan kudapan yang lain, buah, roti, yogurt, roti bakar yang dioles, berondong jagung tanpa tambahan rasa, sereal.

- Pastikan anak cukup makan untuk memenuhi kebutuhannya: pola pertumbuhan sangatlah penting.

- Gunakan hadiah (penghargaan) yang tidak ada hubungannya dengan makanan (Barasi, 2007).

Menurut Khomsam, (2003) intake gizi yang baik memiliki peranan penting dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal juga mencakup pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang, akibat dari seorang anak menderita gizi kurang akan terlihat:

1. Berpenampilan lebih pendek dari anak yang lain yang seumuran dengannya 2. Memiliki berat badan lebih rendah menurut umurnya

3. Memiliki daya tahan tubuh yang kurang, dan rentan terhadap penyakit

4. Mengalami gangguan perkembangan otak sehingga mempengaruhi tingkat kecerdasannya (Mitayani, 2010)

2.10. Pengukuran Status Gizi Anak Usia Dini

Untuk mengetahui, menilai status gizi dapat dilakukan secara langsung dengan pemeriksaan Antropometri, pemeriksaan tanda tanda klinik, penilaian secara biokimia dan pemeriksaan biofisik. Untuk penelitian di lapangan lebih sering


(37)

digunakan Antropometri, karena relatif murah dan mudah, objektif dan dapat dengan cepat dilakukan pengukuran serta dapat dilakukan setiap orang setelah dilatih (Supariasa, 2002).

2.8. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Supariasa (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan, akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksanaanya. Jika dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Untuk ukuran massa jaringan : pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifatnya sensitive, cepat berubah, mudah turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.

2. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukurannya tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat masa lalu.

Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak adalah indikator berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Yuniastuti, 2008).


(38)

2.8.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tetang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu berkembang lebih cepat atau berkembang lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status) (Supariasa, 2002).

2.8.2 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dangan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi jangka pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau, dan dapat juga digunakan sebagai indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat. menggambarkan status gizi anak. Masalah penggunaan indeks TB/U pada masa


(39)

balita, baik yang berkaitan dengan kesahihan pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data umur (Jahari, 1998).

2.8.3 Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertambahan tinggi badan dengan percepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi masa kini dan masa lalu, terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Oleh karena itu indeks berat badan menurut tinggi badan disebut pula sebagai indikator yang independen terhadap umur. Karena BB/TB memiliki keuntungan dan kelemahan, terutama bila digunakan terhadap anak balita (Jahari, 1998).

2.10. Kerangka Konsep

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini,maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar I. Kerangka Konsep Penelitian

Bagan diatas menjelaskan bahwa konsumsi pangan anak usia dini yang terdiri dari jenis makanan, jumlah zat gizi (energi dan protein), dan frekuensi makan dengan menggambarkan keadaan status gizi pada anak usia dini.

Konsumsi pangan : - Jenis makanan

- Jumlah zat gizi (energi dan protein) - Frekuensi makan


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif survei yaitu untuk mengetahui konsumsi pangan dan status gizi anak yang mengikuti program pendidikan anak usia dini (PAUD) Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Lokasi ini dipilih karena Desa Suka Maju mayoritas masyarakatnya berasal dari ekonomi menengah kebawah yaitu bermata pencaharian nelayan dan tukang ojek. Berdasarkan hasil observasi, secara fisik anak-anak yang mengikuti program PAUD Kasih Ibu memiliki tubuh yang pendek dan kurus berdasarkan usianya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2012. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak peserta program PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara yang berjumlah 45 orang.


(41)

3.3.2. Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 orang anak peserta program PAUD (total sampling).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berdasarkan sumbernya dapat dibagi dua,yaitu:

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu anak yang mengikuti program PAUD, yaitu: karakteristik anak (umur, jenis kelamin), penyakit penyerta, jenis dan frekuensi makanan menggunakan formulir food frequency, jumlah zat gizi energi protein menggunakan food recall 24 jam, untuk menilai makanan anak selama di PAUD menggunakan food record, pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak dan tinggi badan menggunakan mikrotois.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan atau dokumen di PAUD Kasih Ibu Kecamatan Tanjung Tiram yaitu berupa data anak, gambaran umum dan letak geografis.

3.5. Defenisi Operasional

1. Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak usia dini diperoleh berdasarkan recall 24 jam dilakukan 2 kali dengan hari yang tidak berturut-turut yang diukur dengan kecukupan energi dan protein.


(42)

2. Jenis makanan adalah berbagai macam makanan yang dikonsumsi oleh anak usia dini berupa makanan utama (makanan pokok, pangan hewani, pangan nabati, sayur, buah) atau makanan jajanan lainnya.

3. Frekuensi makan adalah berapa kali makanan yang dikonsumsi anak pada waktu tertentu, yaitu: <3x sehari, >3x sehari, 3x seminggu, >3x seminggu.

4. Status gizi anak usia dini adalah keadaan gizi anak usia dini yang diukur dengan menggunakan indeks antropometri BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur) dan BB/TB (berat badan menurut tinggi badan. Kemudian dibandingkan dengan standar WHO tahun 2005.

5. Anak usia dini adalah anak yang berusia 3-6 tahun yang mengikuti PAUD Kasih Ibu.

3.6. Aspek Pengukuran 1. Konsumsi Pangan

Jenis makanan dan jumlah energi protein yang dikonsumsi anak usia dini diperoleh berdasarkan food recall 24 jam yang dilakukan 2 kali dan harinya tidak berturut-turut, yaitu melalui wawancara dengan ibu anak yang mengikuti program PAUD. Dari hasil food recall 24 jam, dihitung rata-rata konsumsi energi dan protein, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi anak. Dengan menggunakan rumus.


(43)

Adapun klasifikasi tingkat konsumsi energi dan protein, yaitu: ≥100 % AKG = Baik

80-99 % AKG = Sedang

70 % - 80 % AKG = Rendah <70 % AKG = Defisit (Supariasa, 2002)

2. Status Gizi Anak Usia Dini

Status gizi diperoleh melalui pengukuran antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan Z_skor sebagai batas ambang kategori. Rumus perhitungan Z_skor adalah :

Untuk mengukur status gizi anak balita digunakan indikator BB/U, TB/U, BB/TB dengan merujuk pada standar baku WHO 2005 dengan kategori :

Indeks BB/U

a. Normal : Z_skor ≥ -2 s/d ≤ 2 b. Kurang : Z_skor ≥ -3 s/d < -2 c. Sangat Kurang : Z_skor < -3

Indeks TB/U

a. Normal : Z_skor ≥ -2 s/d ≤ 3 b. Pendek : Z_skor ≥ -3 s/d < -2


(44)

c. Sangat Pendek : Z_skor < -3 d. Tinggi : Z_skor > 2 s/d ≤ 3 e. Sangat Tinggi : Z_skor > 3

Indeks BB/TB

a. Sangat Kurus : Z_skor < - 3

b. Kurus : Z_skor ≥ -3 s/d < -2 c. Normal : Z_skor ≥ -2 s/d ≤ 1 d. Gemuk : Z_skor > 2 s/d ≤ 3 e. Sangat Gemuk : Z_skor > 3 f. Resiko Gemuk : Z_skor > 1 s/d 2 3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan nutrisurvei, dianalisa secara deskrptif dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing

Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap jelas jawaban dari responden, relevan dengan pertanyaan dan konsisten.

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data, menjadi data atau bilangan. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga entry.


(45)

c. Tabulating yaitu penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan, disusun, ditata dan dianalisis

3.7.2. Analisis Data

Data yang dikumpulkan diperoleh secara manual dengan menggunakan kuesioner. Kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum PAUD Kasih Ibu

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kasih Ibu merupakan pendidikan non formal yang diresmikan pada tahun 2010 yang beralamat di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

PAUD Kasih Ibu ini menerima murid dengan syarat yaitu: Berasal dari keluarga kurang mampu dan mempunyai anak dengan usia minimal 3 tahun.

Sarana dan fasilitas pada PAUD Kasih Ibu ini terdiri dari ruang guru, ruang kelas, kamar mandi, dan taman bermain.

Anak yang mengikuti PAUD Kasih Ibu seluruhnya berjumlah 45 orang, dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang. Tenaga Pengajar pada PAUD Kasih Ibu ini berjumlah 4 orang.

4.2. Karakteristik Orang Tua

Karakteristik Orang Tua di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi Orang Tua Berdasarkan Umur Orang Tua Pada Anak yang Mengikuti PAUD Kasih Ibu di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Umur (Tahun) n %

1 22-26 27 60

40

2 27-31 18

Jumlah 45 100,0


(47)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 22-26 tahun sebanyak 27 orang (60%) dan sebagian kecil berumur 27-31 tahun sebanyak 18 orang (40%).

Tabel 4.2. Distribusi Orang Tua Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Pendidikan n %

1 Tidak tamat SD 19 42,2

2 Tamat SD 18 40

3 SLTP/ Sederajat 7 15,5

4 SLTA/Sederajat 1 2,2

Jumlah 45 100,0

Tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah SLTA / Sederajat sebanyak 1 orang (2,2%) dan SLTP / Sederajat sebanyak 7 orang (15,5%), tamat SD sebanyak 18 orang (40%), tidak tamat SD sebanyak 19 orang (42,2%).

Tabel 4.3. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Pekerjaan n %

1 Nelayan 24 53,3

2 Pedagang 14 31,1

3 Tukang Ojek 7 15,5

Jumlah 45 100,0

Dari tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga bekerja sebagai Nelayan sebanyak 24 orang (53,3%) dan pedagang sebesar 14 orang (31,1%) dan sebagian kecil kepala keluarga bekerja sebagai Tukang Ojek ada 7 orang (15,5%).


(48)

4.3. Karekteristik Anak Usia Dini

Karakteristik anak usia dini yang mengikuti PAUD Kasih Ibu dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin pada keluarga. Dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4. Distribusi Anak Usia Dini Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Umur (Tahun) Jenis Kelamin n %

Laki-laki Perempuan

1 1-3 0 2 2 4,4

2 4-6 17 26 43 95,5

Jumlah 17 28 45 100,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian kecil anak yang mengikuti PAUD Kasih Ibu berumur 1-3 tahun sebanyak 2 (4,4%) dan sebagian berumur 4-6 tahun sebanyak 43 anak (95,5% ).

4.4. Konsumsi Energi dan Protein Anak Usia Dini

Konsumsi Pangan Anak yang mengikuti PAUD Kasih Ibu dapat dilihat dari konsumsi energi dan protein dengan menggunakan metode food recall 24 jam dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Konsumsi Energi Anak Usia Dini di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Konsumsi Energi n %

1 Baik 6 13,3

2 Sedang 24 53,3

3 4

Kurang Defisit

8 7

17,7 15,5


(49)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa konsumsi energi anak dalam kategori baik sebanyak 6 orang (13,3%). Dan masih ada ditemukan anak yang mengalami defisit sebesar 7 orang (15,5%).

Tabel 4.6. Distribusi Konsumsi Protein Anak Usia Dini di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Konsumsi Protein N %

1 Baik 0 0

2 Sedang 21 46,6

3 4 Kurang Defisit 17 7 37,7 15,5

Jumlah 45 100,0

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa konsumsi protein anak sebagian besar termasuk kategori kurang sebanyak 17 orang (37,7%) bahkan ada yang defisit sebesar 7 orang (15,5%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak anak yang mengalami masalah dalam konsumsi protein yaitu sebanyak 24 orang (53,2%).

Tabel 4.7. Distribusi Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 No Konsumsi Energi Konsumsi Energi Jumlah Baik Sedang Kurang Defisit

n % n % n % N % n % 1 Baik 0 0 6 100,0 0 0,0 0 0 6 100,0 2 3 4 Sedang Kurang Defisit 0 0 0 0 0 0 1 5 0 62,5 0 0 9 8 0 37,5 100,0 0 0 0 7 0 0 100,0 24 8 7 100,0 100,0 100,0 Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi dan protein yang termasuk kategori kurang sebanyak 8 orang (100,0%). Bahkan ada yang defisit sebesar 7 orang (100,0%).


(50)

4.5. Status Gizi Anak Usia Dini

Status gizi anak yang mengikuti PAUD Kasih Ibu dapat dilihat dari indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Anak Usia Dini Berdasarkan Status Gizi (BB/U) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Status Gizi n %

1 Normal 38 84,4

2 3

Kurang

Sangat Kurang

7 0

15,5 0

Jumlah 45 100,0

Tabel 4.8 menunujukkan bahwa satus gizi anak berdasarkan indeks berat badan menurut umur memiliki 84,4% dalam kategori normal. Namun pada status gizi tersebut masih ada anak yang mempunyai status gizi kurang sebanyak 15,5%. Tabel 4.9. Distribusi Anak Usia Dini Berdasarkan Status Gizi (TB/U) di Desa

Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Status Gizi n %

1 Normal 38 84,4

2 3

Pendek

Sangat Pendek

7 0

15,5 0

Jumlah 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 status gizi anak dapat dilihat dari indeks tinggi badan menurut umur sebanyak 84,4% dalam kategori normal. Dan ditemukan juga status gizi anak sebesar 15,5% dalam kategori pendek.


(51)

Tabel 4.10. Distribusi Anak Usia Dini Berdasarkan Status Gizi (BB/TB) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Status Gizi n %

1 Normal 42 93,3

2 3 4 Kurus Sangat Kurus Gemuk 3 0 0 6,7 0 0

Jumlah 45 100,0

Pada tabel 4.10 berdasarkan status gizi anak dari indeks berat badan menurut tinggi badan yang termasuk dalam kategori normal ada 93,3%. Dan terdapat juga 6,7% dalam kategori kurus.

4.6. Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Usia Dini

Konsumsi pangan anak yang mengikuti PAUD Kasih Ibu dapat dilihat dari konsumsi energi dan protein berdasarkan status gizi berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11. Distribusi Konsumsi Energi dan Status Gizi Anak Usia Dini Berdasarkan (BB/U) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Konsumsi Energi

Status Gizi (BB/U)

Jumlah Sangat

Kurang

Kurang Normal

n % N % n % N % 1 Baik 0 0 0 0 6 100,0 6 100,0 2 3 4 Sedang Kurang Defisit 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 100,0 24 8 0 100,0 100,0 100,0 24 8 7 100,0 100,0 100,0


(52)

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa konsumsi energi anak yang termasuk kategori baik memiliki status gizi normal sebanyak 6 orang (100,0%). Namun terdapat juga konsumsi energi dalam kategori defisit memiliki status gizi kurang sebesar 7 orang (100,0%).

Tabel 4.12. Distribusi Konsumsi Energi dan Status Gizi Anak Usia Dini Berdasarkan (TB/U) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No

Konsumsi Energi

Status Gizi (TB/U)

Jumlah Sangat

Pendek

Pendek Normal

n % n % n % N % 1 Baik 0 0 0 0 6 100,0 6 100,0 2 3 4 Sedang Kurang Defisit 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 100,0 24 8 0 100,0 100,0 0 24 8 7 100,0 100,0 100,0 Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa sebagian besar konsumsi energi anak yang termasuk kategori baik memiliki status gizi normal sebesar 6 orang (100,0%). Konsumsi energi dalam kategori kurang memiliki status gizi normal sebanyak 8 orang (100,0%) Sedangkan konsumsi energi dalam kategori defisit memiliki status gizi pendek sebanyak 7 orang (100,0%).

Tabel 4.13. Distribusi Konsumsi Energi dan Status Gizi Anak Usia Dini Berdasarkan BB/TB di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Konsumsi Energi

Status Gizi (BB/TB)

Jumlah Sangat

Kurus

Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n % n % 1 Baik 0 0 0 0 6 100,0 0 0 6 100,0 2 3 4 Sedang Kurang Defisit 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 42,9 24 8 4 100,0 100,0 57,1 0 0 0 0 0 0 24 8 7 100,0 100,0 100,0


(53)

Pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa konsumsi energi anak yang termasuk kategori baik dan memiliki status gizi normal sebanyak 6 orang (100,0%). Sedangkan konsumsi energi yang termasuk kategori kurang dan memiliki status gizi normal sebesar 8 orang (100,0%). Konsumsi energi dalam kategori defisit memiliki status gizi kurus ada 3 orang (42,9%).

Tabel 4.14. Distribusi Konsumsi Protein dan Status Gizi Anak Usia Dini Berdasarkan (BB/U) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No

Konsumsi Protein

Status Gizi (BB/U)

Jumlah Sangat

Kurang

Kurang Normal

n % n % n % n % 1 Baik 0 0 0 0 0 0,0 0 0 2 3 4 Sedang Kurang Defisit 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 100,0 21 17 0 100,0 100,0 0,0 21 17 7 100,0 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.14 hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein anak yang termasuk kategori kurang dan memiliki status gizi normal sebesar 17 orang (100,0%). Sedangkan konsumsi protein anak yang termasuk kategori defisit memiliki status gizi kurang sebesar 7 orang (100,0%).

Tabel 4.15. Distribusi Konsumsi Protein dan Status Gizi Anak Usia Dini Berdasarkan (TB/U) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No

Konsumsi Protein

Status Gizi (TB/U)

Jumlah Sangat

Pendek

Pendek Normal

n % n % n % n % 1 Baik 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 4 Sedang Kurang Defisit 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 100,0 21 17 0 100,0 100,0 0 21 17 7 100,0 100,0 100,0


(54)

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa konsumsi protein anak yang termasuk kategori kurang dan memiliki status gizi normal sebesar 17 orang (100,0%). Sebagian anak yang memiliki konsumsi protein dalam kategori defisit dan status gizi pendek sebanyak 7 orang (100,0%).

Tabel 4.16. Distribusi Konsumsi Protein dan Status Gizi Anak Usia Dini Berdasarkan (BB/TB) di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No Konsumsi Protein

Status Gizi (BB/TB)

Jumlah Sangat

Kurus

Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n % n %

1 Baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 4 Sedang Kurang Defisit 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 100,0 21 17 0 100,0 100,0 0 0 0 0 0 0 0 21 17 7 100,0 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa konsumsi protein anak memiliki kategori sedang dan status gizi normal terdapat 21 orang (100,0 %). Sedangkan konsumsi protein anak yang termasuk dalam kategori defisit dan memiliki status gizi kurus sebanyak 7 orang (100,0%).

Tabel 4.17. Distribusi Status Gizi ( BB/U ) Anak Usia Dini Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

No

Kelompok Umur (Tahun)

Status Gizi (BB/U)

Jumlah Sangat

Kurang

Kurang Normal

n % n % n % n %

1 1 - 3 0 0 0 0,0 2 100,0 2 100,0 2 4 – 6 0 0 7 16,3 36 83,7 43 100,0

Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa status gizi anak dalam kategori normal sebanyak 2 orang ( 100,0%) pada umur 1-3 tahun. Sedangkan pada umur 4-6 tahun


(55)

status gizi anak dalam kategori normal sebesar 36 orang (83,7%). Namun terdapat juga 7 orang (16,3%) termasuk dalam kategori kurang.

Tabel 4.18. Distribusi Status Gizi ( TB/U ) Anak Usia Dini Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

No

Kelompok Umur (Tahun)

Status Gizi (TB/U)

Jumlah Sangat

Pendek

Pendek Normal

n % n % n % n %

1 1 - 3 0 0 0 0 2 100,0 2 100,0 2 4 – 6 0 0 7 21,2 36 83,7 43 100,0

Pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa status gizi anak yang mengikuti PAUD Kasih Ibu dalam kategori normal sebanyak 2 orang (100,0%) pada umur 1-3 tahun. Dan yang termasuk kategori pendek pada umur 4-6 tahun sebesar 7 orang (21,2%). Tabel 4.19. Distribusi Status Gizi (BB/TB ) Anak Usia Dini Berdasarkan

Kelompok Umur di Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2012.

No

Kelompok Umur (Tahun)

Status Gizi (BB/TB)

Jumlah Sangat

Kurus

Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n % n %

1 1 – 3 0 0 0 0 2 100,0 0 0 2 100,0 2 4 – 6 0 0 3 7 40 93,0 0 0 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat bahwa status gizi anak yang mengikuti PAUD Kasih Ibu dalam kategori normal sebesar 2 orang (100,0%) pada umur 1-3 tahun. Sedangkan status gizi anak dalam kategori kurus sebanyak 3 orang (7%) pada umur 4-6 tahun.


(56)

4.7. Pola Penyakit Infeksi

Berdasakan hasil penelitian, pada umumnya frekuensi sakit batuk dan pilek serta diare pada anak usia dini selama enam bulan terakhir adalah sebanyak ≥3 kali, sebagian besar anak yang mengalami sakit batuk dan pilek adalah sebanyak 29 orang (64,4 %) dan yang mengalami diare sebanyak 16 orang (35,5%). Lama hari sakit diare selama sebulan terakhir adalah ≥ 3 hari dan untuk lama sak it batuk dan pilek adalah ≤ 7 hari.


(57)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karateristik Orang Tua

Dari hasil penelitian diketahui bahwa karateristik Orang tua berdasarkan umur sebagian besar berumur 22 – 26 tahun sebanyak 27 orang ( 60% ). Karateristik orang tua berdasarkan pendidikan sebagian besar tidak tamat SD berjumlah 19 orang (42,2%). Karateristik orang tua berdasarkan pekerjaan sebagian besar bekerja sebagai Nelayan sebanyak 24 orang (53,3 % ).

Dari hasil penelitian yang dilakukan, jika ditinjau dari karateristik orang tua berdasarkan pendidikan pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa rendahnya pendidikan orang tua akan mempengaruhi dalam hal memilih bahan pangan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam jumlah dan mutunya dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik cara pandang terhadap diri dan lingkungannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan untuk menyerap informasi dan pengetahuan juga semakin membaik.

Pendidikan orang tua juga ikut menentukan mudah dan tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh, serta berperan dalam penentu pola penyusunan makanan dan pola pengasuhan anak. Dalam pola penyusunan makanan erat hubungannya dengan pengetahuan ibu mengenai bahan makanan seperti sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Pendidikan


(58)

orang tua disamping merupakan modal utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga juga berperan dalam pola penyusunan makanan untuk rumah tangga. Tingkat pendidikan formal ibu rumah tangga berhubungan positif dengan perbaikan dalam pola konsumsi pangan keluarga dan pola pemberian makanan pada anak.

Pola pengasuhan anak berpengaruh terhadap timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh oleh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal kecukupan gizi untuk anak meskipun dalam keadaan miskin ternyata pertumbuhan dan perkembangan anak akan terlihat baik. Masalah konsumsi pangan dan gizi bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari suatu sistem yang ditentukan oleh berbagai faktor yaitu: Kurangnya pendidikan sangat berpengaruh terhadap kondisi keluarga tersebut terutama tentang pola asuh anak. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang pola asuh anak dapat menyebabkan pola asuh anak yang tidak memadai sehingga mengakibatkan anak tidak suka makan atau tidak diberikan makanan seimbang dan juga dapat memudahkan terjadinya infeksi yang berakhir dengan KEP (Seokirman, 2000).

5.2. Konsumsi Pangan Anak Usia Dini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi energi pada anak usia dini yang mengikuti PAUD Kasih Ibu dalam kategori kurang sebagian ada 8 orang (17,7%) bahkan ada yang defisit sebesar 7 orang (15,5%). Sedangkan konsumsi protein yang termasuk kategori kurang sebanyak 17 orang (37,7%). Namun terdapat juga 7 orang (15,5%) termasuk kategori defisit. Hal ini disebabkan karena faktor ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua yang rendah. Sehingga dalam membeli dan


(59)

pemilihan jenis makanan jadi tidak bervariasi dan tidak menarik. Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan penurunan berat badan dan jika berlanjut akan mengakibatkan keadaan gizi kurang. Pada keadaan gizi kurang akan mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan badan. Ini karena rendahnya pendapatan ekonomi keluarga yang berakibat rendahnya konsumsi energi dan protein anak.

Menurut (Sedioetama, 1996), untuk tingkat konsumsi lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian.

Hasil penelitian Santi ( 2011) menunjukkan bahwa pola makan pada balita yang cukup lebih banyak dengan pencapaian penerapan status gizi baik sebanyak 26 (23,9 %), status gizi kurang sebanyak 22 (20,2 %), sedangkan pada pola makan kurang dengan pencapaian status gizi baik sebanyak 16 (14,7 %), status gizi kurang sebanyak 45 (41,3 %). Ketersediaan pangan di keluarga harus memenuhi jumlah yang


(60)

cukup untuk memenuhi seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu dan keamanannya. Kemampuan suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi seimbang dipengaruhi oleh daya beli (kemiskinan), pengetahuan dan juga oleh kemampuan wilayah dan rumah tangga memproduksi dan menyediakan pangan secara cukup, aman, dan kontiniu (Dinkes Prop Sumut, 2006).

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ibu sangat jarang membeli bahan makanan yang beraneka ragam. Keluarga cenderung mengkonsumsi ikan yang diasinkan, ini disebabkan sebagian besar kepala keluarga bekerja sebagai nelayan, ikan yang segar di jual ke pasar, sementara ikan yang sudah tidak segar di bawa pulang dan diasinkan, serta mengkonsumsi telur dan makanan yang serba praktis seperti mie dan makanan jajanan. Anak-anak yang mengikuti PAUD Kasih Ibu dalam hal mengkonsumsi buahan dan sayur-sayuran sangat kurang. Sedangkan buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan bahan pengatur dalam tubuh, memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

PAUD Kasih Ibu tidak memberikan makanan tambahan kepada anak didik. Sedangkan pemberian makanan tambahan merupakan salah satu komponen penting dalam usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) dan merupakan salah satu bentuk kegiatan gizi berupa makanan dari luar keluarga. Anak didik perlu mendapat perhatian karena masih dalam masa tumbuh kembang. Hal ini sangat baik dilakukan seandainya ada anak yang susah makan dan dengan petunjuk guru anak akan mau mengikutinya. Oleh karena itu program makan bersama disekolah sangat baik dilaksanakan agar anak mau diarahkan pada gizi yang baik. Menurut Direktorat Pembinaan PAUDNI layanan PAUD memiliki 3 bagian yang saling terkait yaitu:


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Asydhad, L.A, dan Mardiah, 2006. Makanan Tepat Untuk Balita. PT. Kawan

Pustaka. Jakarta.

Anonim, 2012. Bahan Ajar Gizi dan Kesehatan Anak di TPA. bbpaudni bjb.org/ index.php?option=comcontent&view=article&id=117:bahan-ajar-gizi-dan-kesehatan-anak-di-tpa&catid=70:ajar. Diakses tanggal 20 Januari 2012. Anonim, 2012. Faktor Perkembangan Anak.

bidanku.com/indeks.php?/faktor-perkembangan-anak.

Ahira, 2011. Pendidikan anak usia dini. http

anak/pendidikan-anak-usia dini-htm. Diakses tanggal 28 April 2011.

Andriyanto, 2012. Persatuan Ahli Gizi Indonesia.www.Persagi. org/indeks.php? hal=fi1&keyIdHead=48. Diakses tanggal 25 Januari 2012.

Arma, A. 2010. Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan. Skripsi Kesehatan Masyarakat FKM USU, Medan.

Barasi, M. E., 2007. Nutrition at Galance. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Dinas kesehatan, 2010. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini. Id.shvoong.com/social-sciences/education/2190294-pengertian-pendidikan-anak-usia-dini. Diakses tangga 25 Juli 2011.

Departemen Pendidikan nasional, 2007. Program Pendidikan Anak Usia Dini. Direktorat Pembinaan PAUDNI, 2011. Paudni.

New.paudni.kemdiknas.go.id/wp-content/uploads/2012/2/Do1-Juknis-Bantuan-Riatisan-Tk-dan-KB.pdf

Dinkes Sumut, 2006. Pedoman Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk, Medan.

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2011. Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah, pmtas.ditptksd.go.id. Diakses tanggal 31 Maret 2011.

Hidayat, A. A., 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. Edisi I. Salemba Medika. Jakarta.


(2)

Husaini, M.A dan Husaini, Y. K, 1999. Makanan Bayi Bergizi. Cetakan ke-7, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Khomsan, A.,Baliwati,Y.F, Dwiriani, C.M. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Cetakan 3. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lawson, M. 2003. Makanan Sehat untuk Bayi dan Balita. Dian Rakyat. Jakarta. Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada

Balita. Nuha Medika. Yogyakarta.

Mitayani, dan Sartika, W, 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Trans Info Media. Jakarta. Martinus, S. 2010. Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga dan Status Gizi Anak

Balita di Desa Tertinggal Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010. Skripsi Kesehatan Masyarakat, FKM USU, Medan.

Nursalam, Susilaningrum, R, 2005. Asuhan keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I. Salemba Medika. Jakarta.

Puspita, N. 2006. Perbedaan Pola Konsumsi dan Status Gizi Balita Usia 2-4 Tahun Berdasarkan Status Ekonomi. Tesis Universitas Diponegoro.

Ramayulis, Rita, 2008. Menu dan Resep Makanan Balita. Cetakan I. Penerbit Plus. Jakarta.

Riskesdas, 2010. Gizi Anak Usia Dini. http:/ server/node/10803/anak-usia-dini.

Suryana A, 2008. Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi

Majalah Pangan Edisi No. 52/XVII/Edisi Oktober-Desember 2008. hal 1-17. Supariasa, I.D.N, Bakri, B. Dan Fajar, I, 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Sutomo, B. 2008. Makanan Untuk Balita. PT. Primamedia Pustaka. Jakarta. Soegeng, S Ann, l . 2004. Kesehatan dan Gizi. PT. Rieneka Cipta. Jakarta.

Sajogyo,1994. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.


(3)

Santi, 2011. Faktor yang Berhubungan Kejadian Status Gizi Pada Anak Balita. Skripsi Kesehatan (STIKES) Baramuli Program Studi Kesehatan Masyarakat. Sediaoetama, A, 1996. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Penerbit

Dian Rakyat. Jakarta.

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Uripi, V. 2004. Menu Sehat untuk Balita. Cetakan I. Puspa Swara. Jakarta

Widjaja, M.C, 2002. Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Cetakan Ke-I. Kawan Pustaka. Jakarta.


(4)

Lampiran 1 KUESIONER

I. Identitas Responden

a. Nama Responden : b. Umur Responden : c. Hubungan Keluarga :

d. Suku :

e. Jenis Kelamin : f. Pendidikan : g. Pekerjaan : II. Identitas Anak Usia Dini

No Nama Anak Tanggal Lahir

Berat Badan ( Kg )

Tinggi Badan ( Cm )

Penyakit Penyerta


(5)

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

Hari ke:... Waktu

Makan

Nama Makanan

Bahan Makanan

Jenis URT Gram

Pagi

Siang

Malam

Keterangan:

URT : Ukuran Rumah Tangga, misalnya : piring, mangkok, sendok, gelas, dan lain-lain.


(6)

FORMULIR FOOD FREQUENSI

MENURUT JENIS BAHAN-BAHAN MAKANAN Jenis bahan

makanan

Frekuensi

≤ 3 x sehari 3 x sehari 3 x seminggu 3x seminggu

Bahan Makanan pokok Nasi Mie Roti Lauk-pauk Ikan basah Ikan kering Telur Ayam Daging Tahu Telur Ayam Daging Tahu Tempe Sayur-sayuran Daun singkong Bayam Kangkung Wortel Kol Sawi Kacang panjang Buah-buahan Pisang Jeruk Semangka Pepaya Nenas Minuman Teh manis Susu Dll...


Dokumen yang terkait

Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Keluarga Buruh Kayu di Kampung Kotalintang Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2014

4 44 137

Gambaran Kebiasaan Konsumsi Tuak Dan Status Gizi Pada Pria Dewasa Di Desa Suka Maju Kecamtan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

12 92 103

Perkawinan Usia Dini Dalam Perspektif Pluralisme Hukum (Studi Kasus di Desa Saentis Kecamatan Percut SeiTuan, Kabupaten Deli Serdang)

3 57 138

Gambaran Karakteristik Pekerja Anak di Pantai Bunga Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2010

0 35 131

Pola Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir, Tahun 2010

3 39 79

Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Peserta Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kelompok Bermain Generasi Sejahtera di Kelurahan Merdeka Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

6 176 70

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Gambaran Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Tahun 2008

0 66 64

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK MELALUI PAUD DENGAN PARTISIPASINYA DI PAUD KASIH IBU ipi100550

0 0 14

Keywords: child nutritional status, mother's education level PENDAHULUAN - HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI

1 1 5