Faktor-Faktor Penting fotosintesis TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan

2 keadaan berlebihan untuk dapat dimanfaatkan pada kegiatan metabolik, temperatur yang menguntungkan dan terdapat sistem enzim yang tepat untuk menunjang terjadinya proses diferensiasi. Apabila ketiga persyaratan ini terpenuhi, salah satu atau lebih dari ketiga respon diferensiasi ini akan terjadi: penebalan dinding sel, deposit dari sebagian sel dan pengerasan protoplasma Ottoline Leyser dan Stephen Day, 2003. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat bergantung pada hasil fotosintesis tanaman yang akan dialokasikan ke berbagai organ penyusun tanaman selama pertumbuhannya sebelum akhirnya dipanen berupa berat kering. Jadi, hasil berat kering tanaman sangat tergantung pada seberapa efisiensi fotosintesis tanaman.

2.2. Faktor-Faktor Penting fotosintesis

Cahaya dan radiasi surya. Berat kering total hasil panen tanaman di lapang merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih asimilasi CO 2 sepanjang musim pertumbuhan. Karena asimilasi CO 2 merupakan hasil penyerapan energi matahari dan akibat perbedaan penerimaan energi radiasi surya di permukaan bumi, maka faktor utama yang mempengaruhi hasil panen ialah radiasi surya yang diabsorbsi tanaman dan efisiensi pemanfaatan energi tersebut untuk fiksasi CO 2. Matahari merupakan suatu pemancar bertubuh hitam, dan menurut hukum Wien, panjang gelombang maksimum benda yang memancarkan radiasi berbanding terbalik dengan temperatur benda tersebut ? maks = 2.88 x 10 6 K dengan 2.88 x 10 6 adalah tetapan pemindahan Wien dan K adalah temperatur. Jika temperatur matahari dianggap 5750 K, maka ? maks matahari = 2.88 x 10 6 5750 = 500 nm hijau. Tumbuh-tumbuhan nampaknya telah beradaptasi terhadap radiasi surya karena gelombang sinar tampak yaitu antara 400 – 700 nm sesuai dengan 44 sampai 50 dari seluruh radiasi surya yang memasuki atmosfer bumi ini Fitter dan Hay, 1994. Bila tidak ada cahaya, terjadi respirasi dalam gelap yang biasanya sehelai daun mengambil 5 sampai 10 dari pengambilan CO 2 dalam cahaya terang. Dengan peningkatan cahaya secara berangsur-angsur, fotosíntesis juga akan meningkat sampai tingkat kompensasi cahaya, yaitu tingkat cahaya pada saat pengambilan CO 2 sama dengan pengeluaran CO 2 Gardner et al. 1991. Temperatur. Fotosintesis harus dipisahkan menjadi bagian penyusunnya untuk menetapkan responnya terhadap suhu. Reaksi terang atau fotoposporilasi tidak tergantung pada suhu dalam rentang suhu kondisi tumbuh tanaman. Fiksasi CO 2 merupakan reaksi yang dikendalikan oleh enzim dan meningkat sejalan dengan meningkatnya temperatur hingga mencapai temperatur yang menyebabkan denaturasi enzim -enzimnya. Laju respirasi akan terus meningkat dengan peningkatan suhu Fitter dan Hay, 1994. Temperatur juga mempengaruhi ketersediaan air tanah melalui viskositas air. Russel mengestimasi bahwa viskositas air yang menurun pada temperatur tinggi dapat memungkinkan drainase terjadi bahkan pada tanah yang ukuran porinya sempit 10µm Russel, 1996. Air. Sekitar 0.1 dari jumlah air total digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis, Transpirasi meliputi 99 dari seluruh air yang digunakan oleh tumbuhan; kira-kira 1 digunakan untuk membasahi tumbuhan, mempertahankan tekanan turgor, dan memungkinkan terjadinya pertumbuhan Gardner et al. 1991. Laju pertumbuhan sel -sel tanaman dan efisiensi proses fisiologis mencapai tingkat tertinggi bila sel-sel berada pada turgor maksimum, yaitu saat kondisi air tanaman optimum. Dalam hubungannya dengan kondisi air tanaman, dikenal tiga keadaan stres air yaitu stres ringan ditekan lebih rendah dari 0.3 bar, stres sedang 12-15 bar dan stres berat 15 bar Schulze dan Chaldwell, 1994. Bahkan dibawah keadaan stress ringan akan terjadi pengurangan pertumbuhan yang nyata karena terjadinya penurunan tekanan turgor. Sel dan daun berhenti tumbuh pada tekanan turgor nol. Pada tingkat stres air sedang, proses-proses biokimia metabolisme hormon pertumbuhan dan asimilasi CO 2 mulai dipengaruhi. Stres berat akan mengakibatkan masalah metabolisme sel yang serius , ditandai dengan meningkatnya respirasi dengan cepat dan terjadinya akumulasi gula pada sel tertentu Schulze dan Chaldwell, 1994. Keseluruhan gejala tersebut pada dasarnya disebabkan oleh peningkatan tahanan stomata karena tertutupnya stomata akibat kekurangan air. Dalam kondisi lapangan, perakaran menembus tanah yang relatif lembab sedangkan akar dan batang tumbuh ke atmosfer yang relatif kering. Hal ini menyebabkan aliran air yang terus-menerus dari tanah melalui tumbuhan ke atmosfer sepanjang suatu landaian energi potensial yang menurun Lambers et al. 1998. Karena itu, jalan utama yang dilalui air ialah dari tanah ke daun untuk mengganti kehilangan transpirasi. Perakaran tanaman tumbuh ke dalam tanah yang lembab dan menarik air sampai tercapai potensial air kritis dalam tanah. Air 3 yang dapat diserap dari tanah oleh akar tanaman, disebut air yang tersedia, merupakan perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang air yang tetap tersimpan dalam tanah yang tidak mengalir ke bawah karena gaya gravitasi dan jumlah air dalam tanah pada titik layu permanen Fitter dan Hay, 1994. Kehilangan air yang terjadi dalam hal hubungan air, tanah dan tanaman dikenal sebagai transpirasi dan evaporasi. Kombinasi antara keduanya disebut sebagai evapotranspirasi. 2.3. Evapotranspirasi Jumlah total air yang hilang dari lapangan karena evaporasi tanah dan transpirasi tanaman secara bersama-sama disebut evapotranspirasi ET. Evaporasi merupakan suatu proses yang tergantung energi yang meliputi perubahan sifat dari fase cair ke fase gas. Transpirasi memberikan gaya penggerak utama untuk pergerakan air tanaman melawan gaya gravitasi dan tahanan gesekan bagi jalur air melalui tanaman Allen, 1998. Laju pengambilan air oleh tanaman terutama dikendalikan oleh laju transpirasi. Kehilangan air ke atmosfer ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan dan faktor dalam tanaman. Pengaruh lingkungan terhadap ET disebut kebutuhan atmosfer atmospheric demand untuk melakukan evapotranspirasi. Makin besar tuntutan atmosfer, makin cepat dapat dievaporasikan air dari permukaan air yang bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi antara lain Allen, 1998: 1. Radiasi surya. Dari radiasi surya yang diserap oleh daun, 1 sampai 5 digunakan untuk fotosintesis dan 75 sampai 85 digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi Gardner et al. 1991. Pemanasan dan pendinginan daun akibat radiasi surya akan mempengaruhi transpirasi. Saat daun menerima radiasi surya, temperatur daun akan naik dan stomata terbuka. Ketika stomata terbuka, kehilangan air dari daun berlangsung terus- menerus yang menurunkan potensial daun sehingga lebih rendah daripada potensial tangkai daun. Karena air bergerak dari potensial yang lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah, air akan menga lir dari tangkai daun ke daun. Aliran air ini mengurangi potensial tangkai daun dan pada akhirnya mengurangi potensial batang karena air mengalir dari batang ke tangkai daun. Landaian energi ini berlanjut ke bawah hingga ke akar tanaman dan lajunya tergant ung energi radiasi yang diterima Lambers et al. 1993. 2. Temperatur. Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan uap air, yang berarti kebutuhan atmosfer yang lebih besar untuk evapotranspirasi. 3. Kelembaban relatif dan kecepatan angin. Pada tanaman yang diairi dengan baik, terdapat tiga proses utama yang menyebabkan perpindahan panas dari daun ke atmosfer, yaitu radiasi pantul, konveksi panas dan transpirasi. Ini dapat dituliskan dalam bentuk neraca energi sehelai daun Schulze dan Chaldwell, 1994: Q abs = Q rad + Q konv + Q trans ..................i Dengan: Q abs : Energi yang diabsorbsi oleh daun Q rad : Energi yang hilang karena radiasi Q konv : Energi yang hilang karena konveksi panas Q trans : Energi yang hilang karena transpirasi Neraca energi tersebut menjelaskan proses pemanasan dan pendinginan sehelai daun dengan sederhana, yaitu bila Q abs Q rad + Q konv + Q trans .................ii daun akan menjadi dingin; sedangkan bila Q abs Q rad + Q konv + Q trans .................iii Temperatur daun naik Gates 1976 telah memperluas persamaan i untuk memberi bentuk yang tepat. Q abs = es T 1 4 + k 1 VI 12 T 1 -T a + Ld 1 s T 1 - RHd 2 s T a R 1 .............................iv. Dengan: e : emisivitas daun T 1 , T 2 : temperatur daun dan temperatur massa udara V, D, L : kecepatan angin, lebar daun dan panas laten penguapan air d 1 s T 1 , d 2 s T a : kejenuhan kerapatan uap air di daun dan di udara RH : kelembaban relatif massa udara R 1 : tahanan difusi daun. Dengan menganalisa persamaan ii, iii, iv Gates menyimpulkan bahwa pendinginan daun disebabkan oleh kecepatan angin yang tinggi dan kelembaban relatif yang rendah, sedangkan pemanasan daun disebabkan oleh kecepatan angin yang rendah dan kelembaban relatif yang tinggi. Pendinginan daun sebagian besar disebabkan oleh penguapan air melalui stomata dan dikendalikan oleh keadaan lapisan perbatas disekitar atmosfer permukaan daun. Bila pada lapisan ini terjadi turbulensi karena angin, penguapan akan lebih cepat. Suatu lapisan 4 perbat as yang stabil akan memberikan tahanan yang besar terhadap pergerakan uap air. Gardner, 1991 menambahkan bahwa makin besar kandungan air di udara, makin tinggi potensial air di udara, yang berarti kebutuhan atmosfer untuk evapotranspirasi menurun dengan peningkatan kelembaban relatif. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Terbentuk penghambat landaian difusi di sekitar stomata dalam udara yang sangat tenang. 4. Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar ET. Ketika LAI yang mengambarkan luasan daun meningkat di lapang, jumlah ET juga akan meningkat. Namun terdapat beberapa petunjuk bahwa nilai ET tidak akan meningkat di atas nilai tertentu dari LAI Schulze dan Chaldwell, 1994. 5. Kedalaman perakaran. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dan meningkatkan pengambilan air dari dalam tanah sebelum terjadi pelayuan permanen Allen, 1998. 2.3.1. Evapotranspirasi Potensial Evapotranspirasi potensial merupakan kombinasi antara evaporasi dan transpirasi den gan seluruh permukaan tanah tertutup oleh tanaman dan kelembaban tinggi. Kebanyakan tanaman budidaya tidak tinggal pada evapotranspirasi potensial sepanjang daur hidupnya karena pada waktu-waktu tertentu tidak penuh tajuknya serta tanah tidak mampu memasok air untuk mengganti transpirasi Allen, 1998. Apabila evapotranspirasi potensial dibandingkan dengan curah hujan, segera tampak mengapa kekurangan kelembaban sering terjadi selama periode laju pertumbuhan yang paling cepat. Agar diperoleh hasil panen yang tinggi, tanaman harus dipasok cukup air selama periode ini. Hal ini dapat dilaksanakan baik dengan adanya cadangan kelembaban yang cukup untuk memasok tanaman budidaya tersebut selama periode kekurangan maupun dengan irigasi. Pada banyak daerah pertanian, tanah yang paling produktif ialah tanah yang mempunyai kapasitas tinggi untuk menampung air, yang memungkinkan tanaman budidaya tersebut terus berproduksi selama periode ketika curah hujan lebih rendah dari ET Fitter dan Hay, 1994.

2.4. Analisis Pert umbuhan