Permukaan Respon Pengaruh Faktor
20 menunjukkan bahwa biji jarak cukup potensial untuk digunakan sebagai
sumber minyak nabati. Tabel 7 menunjukkan bahwa komponen tertinggi kedua dalam biji
jarak setelah minyak adalah protein. Protein yang terkandung dalam biji jarak memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu 14,4 persen. Kandungan protein
yang cukup tinggi pada biji jarak ini mengindikasikan tingginya enzim dalam biji jarak mengingat struktur enzim hampir sama dengan struktur protein.
Semua enzim yang telah diamati sampai saat ini adalah protein, dan aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein
Lehninger, 1995. Biji jarak mengandung enzim hidrolase trigliserida yang jumlahnya sangat besar Aires-Barros et al., 1994. Kandungan enzim lipase
yang tinggi dalam biji jarak menyebabkan minyak jarak sangat berpotensi untuk dihidrolisis secara in situ dalam biji jarak. Saat ini sedang banyak
dikembangkan teknik hidrolisis minyak jarak tanpa mengisolasi minyak maupun enzim lipase dari biji jarak, yaitu teknik hidrolisis in situ dalam biji
jarak Mukherjee dan Hills, 1994. Dari hasil analisis diperoleh kadar air biji jarak sebesar 6,9 persen. Nilai
kadar air biji jarak perlu diketahui karena kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan pertumbuhan kapang penghasil lipase kurang optimal. Di sisi
lain, kadar air yang terlalu tinggi akan menurunkan porositas media untuk difusi oksigen, pertukaran gas serta meningkatkan resiko kontaminasi bakteri
lain. Dari hasil uji mikrobiologi dapat diketahui bahwa dalam biji jarak yang belum diinkubasi, teridentifikasi jenis kapang penghasil lipase antara lain
Aspergillus niger . Hasil pengujian mikrobiologi kapang pada biji jarak segar
secara lengkap disajikan pada Lampiran 4 yaitu pada sampel B. Kadar serat kasar biji jarak hasil analisis sebesar 9,7 persen. Serat terdiri
dari berbagai polisakarida dengan berat molekul berbeda yang terjalin secara kompleks, sehingga menyulitkan pengklasifikasiannya, baik secara kimia
maupun struktural. Nilai kadar serat dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah pada waktu dipanen. Semakin tinggi tingkat kematangan buah, maka
kadar seratnya akan semakin rendah. Kadar serat biji jarak yang dianalisis cukup rendah, hal ini menunjukkan bahwa biji jarak yang digunakan cukup
21 matang atau tua. Asam risinoleat tidak dibentuk pada biji yang masih muda.
Setelah biji masuk pada hari ke-36 jumlah asam risinoleat mencapai 90 persen dan setelah itu komposisi asam lemak minyak cenderung konstan
Weiss, 1971. Kadar karbohidrat biji jarak berdasarkan metode by difference sebesar
10 persen. Kadar abu biji jarak yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 3,1 persen. Kadar abu menyatakan banyaknya kandungan bahan-bahan
anorganik unsur mineral dalam suatu bahan. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah
disebut abu. B. KARAKTERISASI AWAL MINYAK JARAK
Karakterisasi awal sifat fisikokimia minyak jarak dilakukan pada minyak biji jarak yang belum mengalami inkubasi. Karakterisasi sifat fisikokimia
yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengujian bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan indeks bias. Hasil karakterisasi awal sifat
fisikokimia minyak jarak disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Hasil karakterisasi awal sifat fisikokimia minyak jarak
Sifat Fisiko Kimia Hasil Karakterisasi
Bilangan asam mg KOHg minyak 1,6
Bilangan iod g I
2
g minyak 84,7
Bilangan penyabunan mg KOHg minyak 155,5
Indeks bias 25
o
C 1,4747 Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai bilangan asam minyak
jarak pada biji yang belum diinkubasi masih berada pada kisaran nilai bilangan asam minyak jarak menurut Kirk dan Othmer 1964. Bilangan asam
digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak Ketaren, 1986.
Nilai bilangan asam biji jarak di beberapa tempat dipengaruhi oleh faktor iklim Weiss, 1971. Bilangan asam minyak
pada biji jarak yang digunakan dalam penelitian ini tergolong rendah yaitu 1,6 mg KOHg minyak. Rendahnya bilangan asam minyak jarak pada awal