24
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam pembelajaran konvensional siswa sebagai penerima informasi secara pasif hanya menerima pengetahuan dari
gurunyanya tanpa mengembangkan pengetahuan yang didapatnya ke arah aplikatif, sehingga pengetahuan atau informasi dan keterampilan yang dimiliki
sesuai dengan standar. Dalam pembelajaran konvensional juga terukur beberapa indikator berpikir kritis, namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan
indikator berpikir kritis yang terukur pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode Inkuiri. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran konvensional pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa masih kurang optimal.
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dan Inkuiri lebih efektif daripada penggunaan pembelajaran konvensional ditinjau dari keterampilan berpikir kritis siswa.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1.
Semua siswa dalam populasi penelitian ini dianggap telah menempuh pembelajaran matematika dengan kurikulum yang sama.
2. Semua hal yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa di luar
permasalahan yang diukur akan diabaikan.
25
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis umum pada penelitian ini adalah: Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode Inkuiri lebih
efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa.
Sedangkan hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah:
Keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan Metode Inkuiri lebih baik daripada keterampilan
berpikir kritis siswa pada kelas konvensional.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Bandarlampung yang terdistribusi dalam 9 kelas. Pada penelitian ini dua kelas
diambil sebagai sampel dengan teknik Simple Random Sampling Albinsaid, 2013: 2 yaitu pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap unit dasar
memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Prosedur pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara mengundi daftar nama kelas untuk
dipilih sebagi sampel. Setelah diundi didapatkan kelas VIII A dan VIII B sebagai sampel, kemudian ditentukan kelas VIII A sebagai kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan metode Inkuiri dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penilitian ini adalah Eksperimental-semu quassi eksperimental yaitu dengan memberi perlakuan terhatap situasi atau
kondisi eksperimen yang ada namun tidak dapat memberikan pengendalian secara penuh terhadap faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi eksperimen.
Salah satu desain yang menggunakan eksperimental-semu adalah desain menggunakan pretest dan postest dengan pengendali tidak diacak. Tes dilakukan
sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen perlakuan yang disebut pretest atau
27
pra-test dan sesudah eksperimen perlakuan yang disebut postest atau pasca-test. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan meliputi:
a. Pelaksanaan pretest untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis awal siswa
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. b.
Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan.
c. Pelaksanaan postest untuk melihat perbedaan keterampilan berpikir kritis
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
2. Desain penelitian
Untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis siswa dan mengukur perbedaan kemampuan berpikir kritis di awal dan setelah diberi perlakuan, maka
desain penelitian ini adalah Non Equivalence Pretest-Postest Control Group Design. Desain penelitian yang dikemukakan oleh Furchan 2007: 356 disajikan
seperti pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Desain penelitian Non Equivalence Pretest-Posttest Group Design.
Pretest Perlakuan
Postest Kelas
Eksperimen
1
O
1
X
2
O Kelas
Kontrol
1
O
2
X
2
O
1
O adalah test yang diberikan sebelum perlakuan pretest pada kelas eksperimen dan kelas konvensional, sedangkan
2
O adalah test yang diberikan setelah perlakuan postest pada kelas eksperimen dan kelas konvensional.
1
X adalah