Pengertian Maq TINJAUAN UMUM TENTANG

20 Islam tersebut dalam lima misi, semua misi ini wajib dipelihara untuk melastarikan dan menjamin terwujudnya kemaslahatan. Kelima misi tersebut disebut maq ȃ sid syar ȋ’ah yang mencangkup memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. 9 Imam Al-Ghazali 450-505 H berpendapat, bahwa maslahat pada dasarnya adalah ungkapan dari memperoleh manfaat dan menolak mudarat. Ungkapan tersebut dikatagorikan dalam sebuah kaidah yang paling luas ruang lingkupnya dan cakupannya. Dalam kaidah sebagai berikut: َدقم ْدس افمْلاءْرد حل اصمْلا بْلج ىلع “Menolak kemudhorotan harus diutamakan daripada mendapatkan kemaslahatan. ” 10

B. Bagian-Bagian Maq

ȃ sid Syar ȋ’ah Kita tahu bahwa Allah tidaklah membuat perundang-undangan atau syari’at dengan main-main sundau gurau dan tidak pula menciptakan dengan sembarangan, namun Allah mensyar’iatkan perundang-undangan Islam untuk tujuan-tujuan besar dengan kemaslahatan dunia dan akhirat yang kembali kepada para hamba, sehingga sejahtera akan merata dan rasa aman dan sentosa. Kemaslahatan dunia dikatagorikan menjadi dua, baik yang pencapaianya dengan cara menarik kemanfaatan atau dengan cara menolak kemudhorotan. Yaitu: 1. Kemaslahatan darûriyyah intipokok, kemaslahatan maq ȃ sid syar ȋ’ah yang berada dalam urutan paling atas. 9 Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqa sid Syari’ah Menurut al- Syatibi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996 h. 71 10 Sabri Samin, Pidana Islam Dalam Politik Hukum Indonesia, Ciputat: Ciputat Kolam Publishing, 2008 h. 73 21 2. Kemaslahatan ghairu darûriyyah bukan kemaslahatan pokok namun kemaslahtan ini penting dan tidak bisa dipisahkan. Kemaslahatan inti pokok yang disepakat i dalam semua syari’at tercakup dalam lima hal, seperti yang terhitung dan disebutkan oleh ulama al-Kulliyyât al- Khams lima hal pokok di antaranya ialah : 1. Hifdz al-Dîn menjaga atau memlihara agama Islam sangat menjaga hak dan kebebasan, dan kebebasan yang pertama adalah kebebasan beragama atau berkeyakinan dalam beribadah :            Artinya: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”QS. Al- Baqarah [2]: 256 Mengenai tafsir ayat tersebut Ibnu Kastir mengungkapkan “janganlah kalian memaksa seseorang untuk masuk kedalam agama Islam ” sesungguhnya dalil dan bukti akan hal ini sangat jelas dan gamblang bahwa sesorang tidak boleh dipaksa dalam masuk keagama Islam. 11 Dalam ketentuan hukum Islam untuk membunuh orang kafir dan menghukum pembuat bid’ah yang mengajak orang lain untuk berbuat bid’ahnya, apabila dibiarkan dapat menimbulkan hilangnya agama umat atau subtansi-subtansi dari agama tersebut. Allah mensyariatkan untuk menjaga 11 Ahmad Al Mursi Husain Jauhar, Maqash id syari’ah , Jakarta : Hamzah, 2009 cet ke 1, h.1 22 agama dan wajib untuk dipelihara oleh setiap orang muslim, baik yang berkaitan dengan aqidah, ibadah dan muamalah. 12 2. Hifzd al - Nafs perlindungan terhadap jiwa Islam sangat menjunjung tinggi hak manusia untuk hidup, hak yang disucikan dan tidak boleh dihancurkan kemuliaanya. Sebagaiman Allah berfirman dalam Al- Qur’an :            Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya allah adalah maha penyayang kepadamu.” QS. An-nisa [4]: 29. Dalam hadist shahih nabi juga menjelaskan ancaman bagi orang orang yang membunuh jiwa: ْوي ه َّع ءْيش هسْفن لتق ْنم همايقْل لسم هاور “Barang siapa yang membunuh diri dengan sesuatu, dia akan disiksa dengan mengunkan sesutu tersebut di hari kiamat ”.H.R Muslim 13 Dalam kaitanya hal ini, untuk kemaslahatan jiwa dan hidup manusia, Allah mensyari’atkan berbagai hukum yang terkait dengan itu, seperti syari’at qis ȃ s bagi para pembunuh, dan syariat yang berkaiatan dengan jiwa manusia. 14 Dititik puncak perhatiannya untuk melindungi jiwa nyawa, syari ’at Islam telah mencapai target yang tinggi, yang tidak dapat dicapai oleh syari ’at 12 Nasrun haroen, Usul Fiqh I,Ciputat : Logos Publishing House, 1996 h.155 13 Ahmad Al Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syari ’ah, h. 44 14 Nasrun Haroen , Usul Fiqh 1 , h. 155 23 apapun didunia saat ini. Adapun tindakan penganiyayaan terhadap jiwa yang dilakukan dengan cara membunuhnya dengan keji ataupun dengan cara yang lain yang dapat menghilangkan nyawa seseorang, itu merupakan perbuatan yang keluar dari ajaran dan undang-undang agama Islam, menodai syariat yang dimuliakan Allah SWT dan dilindungin Allah, hal yang demikan itu memerangi fitrah yang diciptakan Allah untuk jiwa tersebut. Ini juga merupakan tindakan kriminal terhadap hak-hak seluruh masyarakat. 15 Allah berfirman:                              Artinya : “Oleh karena itu kami tetapkan suatu hukum bagi bani israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya QS. Al –Maidah [5]32. 3. Hifzd al – ‘Aql menjaga akal Akal adalah merupakan sumber hikmah pengetahuan, sinar hidayah, cahaya mata hati, dan media kebahagiaan manusia dunia akhirat. Dengan akal, surat perintah Allah disampaikan, dan dengan akal manusia berhak menjadi pemimpin dimuka bumi ini dan dengannya manusia sempurna dari mahluk lainnya. Allah SWT berfirman : 15 Ahmad Mursi Husain Jauhar Maqashid Syari ’ah , h. 41 - 42