Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Tentang PerilakuMerokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015

(1)

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA TENTANG PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI

SMA NEGERI 1 BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH ACEH PADA TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

NOVA FITRI 101000034

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

SKRIPSI

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA TENTANG PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI

SMA NEGERI 1 BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH ACEH PADA TAHUN 2015

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NOVA FITRI NIM. 101000034

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Perilaku merokok merupakan perilaku yang dapat membahayakan kesehatan.Perilaku seseorang tidak akan terlepas dari pengaruh lingkungannya. Lingkunganyang terdekat dari individu adalah keluarga. Sosial budaya keluarga akan membentukperilaku seseorang termasuk perilaku merokok seseorang. Penelitian ini bertujuanmelihat Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasildianalisa secara deskriptif kuantitatif yang digambarkan dalam persentase. Jumlah sampel yang menyebar angket sebanyak 70 responden.

Hasil penelitian menunjukkan Sebagian besar responden berasal dari keluargadengan tingkat ekonomi rendah sebanyak 53,7%. Mayoritas pekerjaan orang tua adalah petani yaitu sebanyak 57,1%. Pendidikan Ayah sebagian besar SMA/STM/SMK sebanyak 57,1%, serta Ibu mayoritas SMP sebanyak 51,4%.Sebanyak 82,9% keluarga responden memiliki anggota keluarga yang merokok.Self concept yang merupakan gambaran diri respondenberhubungan dengan rokok. Sebanyak 62,9% responden memiliki self concept yangbaik mengenai perilaku merokok. Pengetahuan siswa berada dalam kategori baik sebanyak 77,1%. Sikap siswa beradapada kategori sedang sebanyak 34,3%. Tindakan siswa berada pada kategori sedang sebanyak 42,9%. Namun terdapat 34,3%berada pada kategori buruk.

Untuk mengurangi kebiasaan merokok siswa diharapkan kepada sekolahuntuk membuat sebuah peraturan mengenai rokok di sekolah. Peraturan tersebutdapat berupa Kawasan Tanpa Rokok ataupun peraturan lainnya. Selain itu perludilakukan pengawasan ketat di sekolah mengenai rokok dan pemberian informasimengenai bahaya rokok. Perlu juga disampaikan kepada keluarga siswa untukmeminimalisir kebiasaan merokok di keluarga.

Kata kunci : Perilaku merokok, Sosial Budaya keluarga (kebiasaan merokok, self concept, Image kelompok), Keluarga, Remaja, Karakteristikkeluarga ( jumlah anggota keluarga, status ekonomi, pendidikan orang tua)


(5)

ABSTRACT

Smoking habit could endanger health. Someone's behavior will not beseparated from the influence of the environment. The nearest environment of theindividual is a family. Family sociocultural will form someone’s behavior includessomeone's smoking behavior. This research aims to see the depiction ofcharacteristics and sociocultural family of smoking behavior high School students on one Bener Meriah Aceh in 2015.

This research is descriptive with quantitative approach. The results wereanalyzed descriptively and quantitatively described as a percentage. Number ofsamples to be distributing questionnaires were 70 respondents.

Results showed most respondents came from families with low economic level as much as 53,7%. The majority of parents work are farmer as many as 57,1%. Most father’s last education are SMA/STM/SMK as much as 57,1%, and the mother as much as 51,4% majority of SMP. Amount of 95,7% of respondents hadfamily members who smoke. Self concept is a reflection of therespondents associated themselves with cigarettes. Amount of 62,9% of respondentshave a good self concept regarding smoking behavior. Knowledge students are in good category each as much as 77,1%. The attitude of students in the category of moderate as much as 34,3%. Student actions in the category of moderate as much as 61,4%. However, there are 34,3% in the category of poor.

To reduce student’s smoking habit, school are expected to make a rule aboutsmoking at school. These rules may be a No Smoking Areas or other regulations. Inaddition it is necessary for strict supervision in school about smoking and givinginformation about the dangers of smoking. It should be also communicated tofamilies of students to minimize smoking in the family.

Keywords: Smoking habit,, Family Sociocultural (smoking habit, selfconcept, the Image group), Family, Teenager, Family Characteristics (number offamily member, economic status, education of parents).


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nova Fitri

Tempat Lahir : Tingkem

Tanggal Lahir : 16 September 1992 Suku Bangsa : Gayo

Agama : Islam

Nama Ayah : Mu’asli Suku Bangsa Ayah : Gayo

Nama Ibu : Aida Fitri

Suku Bangsa Ibu : Gayo

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 5 (lima) orang

Alamat Rumah : Jl. Tingkem Benyer No. 5

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL :

1. SDN 1 Simpang Tiga, Kabupaten Bener Meriah,Aceh :1998-2004 2. SMPN 1 Bukit, Kabupaten Bener Meriah,Aceh :2004-2007 3. SMAN 1 Bukit, Kabupaten Bener Meriah,Aceh :2007-2010


(7)

RIWAYAT ORGANISASI : 1. HMI Komisariat FKM USU

2. HIMABEM-SU (Himpunan Mahasiswa Bener Meriah Sumatera Utara)

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah....

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Tentang PerilakuMerokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapatkekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Drs. Tukiman, MKM dan Namora Lumongga Lubis, M.Sc.Ph.Dselaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu danpemikirannya dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepadapenulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dariberbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikanucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

2. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kesselaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih untuk mengajarkan penulis arti penting dari pengambilan keputusan.

3. Bapak Drs. Tukiman MKM selaku Kepala Departemen Pendidikan dan Ilmu Perilaku dan juga pembimbing penulis, terimakasih telah memberikan banyak sekali ilmu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan pelitian.

4. Drs. Eddy Syahrial, MS dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kesselaku penguji yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

5. Ibu Namora Lumongga Lubis, Msc, Phdyang telah banyak membantu dan memberikan masukan pada penelitian ini.

6. Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bukit dan seluruh staf pegawai SMA Negeri 1 Bukit yang telah banyak membantu penulis.

7. Yang terbaik dan teristimewa untuk Ayahanda Muas’lidan Mama Aida Fitriuntuk Cinta Kasih, Doa, Dukungan dan Kepercayaannyakepada penulis.

8. Arianto, Aviv Alfansyah, terima kasih untuk mengenal penulis seumur hidup dan menjadi adik-adikku yang terbaik. Jadilah Kebanggaan.

9. Pal Gunari, terima kasih telah memberikan dukungan dan menemani peneliti sampai saat ini, semoga selamanya.

10.Sahabat terbaikku Hudaini dan Neli Syahfitriterima kasih memberi warna dalam masa singkat yang sangat berarti.


(9)

11.Icha, Hafny, Yuni, Irma,terima kasih telah membantu dan menemaniku menulis cerita dalam pahitmanis kehidupan di rantau orang.

12.Teman-teman peminatan PKIP (Nitha Rizka Wahyuni Nasution, Lisda Oktari, Melda, kak Nia, Jane, Yani, Ina, Putri, Only,) terimakasih banyak untuk persahabatan dan semangat yang kalian berikan selama ini. 13.UntukTitan Amaliani, terima kasih sebesar-besarnya atas bimbingannya

dan kesabarannya.

14.Untuk Bang Pendi, Bang Iwan, Pak Warsito, Bang Yanov terima kasih banyak untuk semua bantuannya.

15.Kepada orang-orang yang telah mengajarkan penulis arti hidup dan berjuang dalam keterbatasan.

16.Kepada teman-teman 2010 seperjuangan, terima kasih banyak untuk kerjasamadan kebaikannya selama proses perkuliahan.

17.Rekan-rekan serta senior-senior di HIMABEM-SU, kawan-kawan kepengurusan di HIMABEM-SU sejak awal penulis bergabung, terima kasih masa yang mendewasakan.

18.Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Akhir kata semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.


(10)

Medan, April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR ISTILAH ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 10

1.3.Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1.Tujuan umum ... 10

1.3.2.Tujuan Khusus ... 10

1.4.Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1.Perilaku ... 12

2.1.1. Pengertian Perilaku ... 12

2.1.2. Bentuk Perilaku ... 13

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 20

2.1.4. Teori Belajar Sosial ... 22

2.2.Keluarga ... 26

2.2.1. Pengertian Keluarga ... 26

2.2.2. Karakteristik Keluarga ... 29

2.3. Sosial Budaya ... 30

2.4. Rokok ... 34

2.4.1. Pengertian Rokok ... 34

2.4.2. Sejarah Rokok ... 35


(11)

2.4.4. Kandungan Rokok ... 37

2.5. Perilaku Merokok ... 39

2.6. Kerangka Konsep ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Jenis Penelitian ... 44

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 44

3.2.2. Waktu Penelitian ... 44

3.3. Populasi dan Sampel ... 45

3.3.1. Populasi ... 45

3.3.2. Sampel ... 45

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 46

3.4.1. Data Primer ... 46

3.4.2. Data Sekunder ... 47

3.5. Instrumen Penelitian ... 47

3.6. Defenisi Operasional ... 47

3.7. Aspek Pengukuran ... 48

3.8. Tehnik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

4.2. Gambaran Karakteristik Keluarga ... 50

4.2.1. Jumlah Anggota Keluarga ... 50

4.2.2. Pendidikan Orang Tua ... 51

4.2.3. Pekerjaan Orang Tua ... 52

4.3. Gambaran Sosial Budaya Keluarga ... 52

4.3.1.Kebiasaan Merokok Keluarga ... 52

4.3.2. Self Concept Siswa Mengenai Rokok ... 57

4.3.3. Image Kelompok Siswa Mengenai Rokok ... 60

4.4.Gambaran Perilaku Merokok Siswa ... 61

4.4.1. Pengetahuan Siswa Mengenai Rokok ... 61

4.4.2. Sikap Siswa terhadap Perilaku Merokok ... 65

4.4.3. Tindakan Merokok Siswa... 70

4.5. Uji Chi Square ... 73

BAB V PEMBAHASAN ... 76

5.1. Karakteristik Keluarga ... 76

5.2. Kebiasaan Keluarga ... 78

5.3. Self Concept ... 85

5.4. Image Kelompok ... 88

5.5. Pengetahuan Responden ... 90


(12)

5.7. Tindakan Responden ... 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...100

6.1. Kesimpulan ...100

6.2. Saran ...101

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 4.1.Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Reponden ... ... 50

Tabel 4.2.Distribusi Pendidikan Ayah Responden ... 51

Tabel 4.3.Distribusi Pendidikan Ibu Responden ... 51

Tabel 4.4.Distribusi Pekerjaan Orang Tua Responden ... 52

Tabel 4.5.Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden...52

Tabel 4.6.Distribusi Jumlah Keluarga Responden Yang Merokok... 52

Tabel 4.7.Distribusi Kebiasaan Keluarga Responden Merokok Setelah Makan ... 53

Tabel 4.8.Kebiasaan Keluarga Responden Merokok Saat Menonton TV ... 53

Tabel 4.9.Distribusi Kebiasaan Keluarga Responden Merokok Saat Bersama Keluarga ... 53

Tabel 4.10.Distribusi Ketersediaan Asbak Rokok Di Rumah Responden ... 54

Tabel 4.11.Distribusi Anggota Keluarga Responden yang Memiliki Kebiasaan Merokok Saat Ada Masalah ... 54

Tabel 4.12.Distribusi Orang Tua Responden yang Menasihati Jika Ada yang Merokok ... 55


(13)

Tabel 4.14.Distribusi Usia Diizinkan Merokok ... 55

Tabel 4.15.Distribusi Reaksi Orang Tua Jika Mengetahui Responden Merokok ... 56

Tabel 4.16.Distribusi Sanksi Dari Orang Tua Jika Mengetahui Responden Merokok ... 56

Tabel 4.17.Distribusi Orang Tua Memberi Tahu Responden Mengenai Bahaya Merokok ... 57

Tabel 4.18.Distribusi Orang yang Pertama Kali Mengenalkan Rokok ... 57

Tabel 4.19.SelfConcept Siswa Mengenai Rokok ... 57

Tabel 4.20. Distribusi Kategori Self Concept Responden ... 60

Tabel 4.21.Distribusi Keluarga Responden yang Suka Jika Responden Merokok ... 60

Tabel 4.22.Distribusi Keluarga yang Menganggap Responden Dewasa Jik0 Merokok ... 62

Tabel 4.23.Distribusi Anggota Keluarga yang Merasa Tidak Nyaman Jika Responden Merokok ... 61

Tabel 4.24.Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Rokok ... 61

Tabel 4.25.Distribusi Kategori Pengetahuan Responden ... 65

Tabel 4.26.Distribusi Sikap Responden Terhadap Perilaku Merokok ... 65

Tabel 4.27.Distribusi Kategori Sikap Responden ... 70

Tabel 4.28.Distribusi Tindakan Responden Terhadap Rokok ... 70

Tabel 4.29.Distribusi Kategori Tindakan Responden ... 73

Tabel 4.30.Crosstab Self Concept dengan Tindakan Total Kategorik ... 74

Tabel 4.31.Crosstab Jenis Sanksi Dari Orang Tua dengan Tindakan Total Kategorik ... 74


(14)

Tabel 4.32.Crosstab Sikap Total Kategorik dengan TindakanTotal

Kategorik ... 74 Tabel 4.33. Crosstab pengetahuan total kategori dengan tindakan total

Kategorik ... 75

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Skema Teori Bandura ... 26 Gambar 2.2. Rokok ... 37


(15)

ABSTRAK

Perilaku merokok merupakan perilaku yang dapat membahayakan kesehatan.Perilaku seseorang tidak akan terlepas dari pengaruh lingkungannya. Lingkunganyang terdekat dari individu adalah keluarga. Sosial budaya keluarga akan membentukperilaku seseorang termasuk perilaku merokok seseorang. Penelitian ini bertujuanmelihat Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasildianalisa secara deskriptif kuantitatif yang digambarkan dalam persentase. Jumlah sampel yang menyebar angket sebanyak 70 responden.

Hasil penelitian menunjukkan Sebagian besar responden berasal dari keluargadengan tingkat ekonomi rendah sebanyak 53,7%. Mayoritas pekerjaan orang tua adalah petani yaitu sebanyak 57,1%. Pendidikan Ayah sebagian besar SMA/STM/SMK sebanyak 57,1%, serta Ibu mayoritas SMP sebanyak 51,4%.Sebanyak 82,9% keluarga responden memiliki anggota keluarga yang merokok.Self concept yang merupakan gambaran diri respondenberhubungan dengan rokok. Sebanyak 62,9% responden memiliki self concept yangbaik mengenai perilaku merokok. Pengetahuan siswa berada dalam kategori baik sebanyak 77,1%. Sikap siswa beradapada kategori sedang sebanyak 34,3%. Tindakan siswa berada pada kategori sedang sebanyak 42,9%. Namun terdapat 34,3%berada pada kategori buruk.

Untuk mengurangi kebiasaan merokok siswa diharapkan kepada sekolahuntuk membuat sebuah peraturan mengenai rokok di sekolah. Peraturan tersebutdapat berupa Kawasan Tanpa Rokok ataupun peraturan lainnya. Selain itu perludilakukan pengawasan ketat di sekolah mengenai rokok dan pemberian informasimengenai bahaya rokok. Perlu juga disampaikan kepada keluarga siswa untukmeminimalisir kebiasaan merokok di keluarga.

Kata kunci : Perilaku merokok, Sosial Budaya keluarga (kebiasaan merokok, self concept, Image kelompok), Keluarga, Remaja, Karakteristikkeluarga ( jumlah anggota keluarga, status ekonomi, pendidikan orang tua)


(16)

ABSTRACT

Smoking habit could endanger health. Someone's behavior will not beseparated from the influence of the environment. The nearest environment of theindividual is a family. Family sociocultural will form someone’s behavior includessomeone's smoking behavior. This research aims to see the depiction ofcharacteristics and sociocultural family of smoking behavior high School students on one Bener Meriah Aceh in 2015.

This research is descriptive with quantitative approach. The results wereanalyzed descriptively and quantitatively described as a percentage. Number ofsamples to be distributing questionnaires were 70 respondents.

Results showed most respondents came from families with low economic level as much as 53,7%. The majority of parents work are farmer as many as 57,1%. Most father’s last education are SMA/STM/SMK as much as 57,1%, and the mother as much as 51,4% majority of SMP. Amount of 95,7% of respondents hadfamily members who smoke. Self concept is a reflection of therespondents associated themselves with cigarettes. Amount of 62,9% of respondentshave a good self concept regarding smoking behavior. Knowledge students are in good category each as much as 77,1%. The attitude of students in the category of moderate as much as 34,3%. Student actions in the category of moderate as much as 61,4%. However, there are 34,3% in the category of poor.

To reduce student’s smoking habit, school are expected to make a rule aboutsmoking at school. These rules may be a No Smoking Areas or other regulations. Inaddition it is necessary for strict supervision in school about smoking and givinginformation about the dangers of smoking. It should be also communicated tofamilies of students to minimize smoking in the family.

Keywords: Smoking habit,, Family Sociocultural (smoking habit, selfconcept, the Image group), Family, Teenager, Family Characteristics (number offamily member, economic status, education of parents).


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

Salah satu cara menjaga kesehatan adalah dengan mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Adapun PHBS dalam rumah tangga adalah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih , mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah. Salah satu unsur


(18)

yang harus dilakukan adalah tidak merokok. Perilaku merokok merupakan perilaku yang dapat membahayakan kesehatan namun dapat dicegah. Hal ini disebabkan konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berdampak serius terhadap kesehatan. Dampaknya antara lain berupa kanker paru, kanker mulut, kanker organ lain, penyakit jantung, penyakit saluran pernapasan kronik, dan kelainan kehamilan. Hasil penelitian terbaru bahkan membuktikan bahwa perilaku merokok juga menyebabkan katarak, kanker serviks, kerusakan ginjal dan periodontitis. (Depkes, 2006).

WHO memperkirakan terdapat 1,25 miliar penduduk dunia adalah perokok dan dua pertiganya terdapat di negara-negara maju, dengan sekurang-kurangnya 1 dari 4 orang dewasa adalah perokok. Prevalensi perokok secara berturut di Amerika Serikat dan Inggris pada laki-laki adalah 25% dan 27% dan pada wanita adalah 21% dan 25%. Di beberapa negara Eropa didapatkan data prevalensi merokok di Jerman 38%, Prancis 30%, Italia 29%, Swedia 18% dan di negara berkembang didapatkan prevalensi yang lebih tinggi (Darmawati, 2010).

Dunia kesehatan menyatakan bahwa merokok memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan dan diduga sebagai salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner, impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin. Menurut data WHO satu juta manusia pertahun di dunia meninggal karena merokok dan 95 % diantaranya adalah kanker paru-paru. Data statistik WHO yang dipublikasikan tanggal 28 Mei 2002 menyebutkan bahwa aktivitas merokok telah membunuh satu dari sepuluh orang dewasa di dunia tiap tahun dan itu setara dengan empat juta kematian perokok. Bahkan jika


(19)

trennya tidak berubah, tahun 2030 kematian akan meningkat menjadi satu dari enam perokok. (Wibowo dalam Ginting, 2011).

Merokok masih menjadi penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia, hal ini berkaitan dengan tujuan MDGs yang pertama yaitu memberantas kemiskinan dan kelapanran untuk mensejahterakan rakyat dan pembangunan masyarakat 2015. Dengan dibuktikannya daya beli masyarakat sangat besar untuk rokok yang hampir setara dengan harga beras di Indonesia, pada keluarga yang merokok pegeluaran untuk rokok lebih besar dari pada pengeluaran membeli kebutuhan untuk pemenuhan gizi seperti membeli telur dan ikan. hal tersebut berarti hilangnya penopang ekonomi keluarga yang memiliki dampak jangka panjang pada tingkat pendidikan dan kualitas hidup anggota keluarga.

Merokok juga masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Dengan jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 57 persen penduduk atau kurang lebih 100 juta orang, artinya kini Indonesia menduduki peringkat ke-7 dalam urutan negara yang jumlah perokoknya paling banyak. Jumlah perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,1 miliar orang. Sebanyak 800 juta orang diantaranya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Peraturan Pemerintah (PP) No 81/1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan telah direvisi untuk melindungi masyarakat dari bahaya kesehatan akibat merokok dimana revisi tersebut mengharuskan penulisan jumlah kandungan tar dan nikotin dalam setiap batang rokok. Karena itu, setiap bungkus rokok kini harus ditulis bahaya merokok terhadap kesehatan. Misalnya, sakit jantung, paru-paru dan gangguan kehamilan (Health Today dalam Wiliana, (2010).


(20)

Berdasarkan data Riskesdas (2010) Rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang mulai merokok setiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun dimana yang tertinggi dijumpai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (52,1%), disusul oleh Riau (51,3%), Sumatera Selatan (50,4%), Nusa Tenggara Barat (49,9%) dan Lampung (49,5%). Perokok yang terbanyak mulai merokok 15-19 tahun cenderung menurun dengan meningkatnya umur, demikian juga pada anak umur 5-9 tahun. Mereka yang mulai merokok baik pada umur 15-19 tahun maupun pada umur 5-9 tahun lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, berstatus kawin dan tinggal di perkotaan. Menurut pendidikan, perokok yang mulai merokok pada 15-19 tahun cenderung banyak pada pendidikan tinggi sedangkan yang mulai merokok pada umur 5-9 tahun pada pendidikan rendah. Menurut pekerjaan, perokok yang mulai merokok pada umur 15-19 tahun maupun 5-9 tahun, paling banyak pada anak sekolah dan cenderung meningkat dengan meningkatnya status ekonomi.

Perilaku merokok dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain, cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya umur. Prevalensi perokok dalam rumah lebih banyak pada laki-laki, berstatus kawin, tinggal di perdesaan, dengan pendidikan rendah yaitu tidak tamat dan tamat SD. Menurut pekerjaan, prevalensi perokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lebih banyak yang bekerja sebagai petani/nelayan/buruh diikuti wiraswasta dan yang tidak bekerja, dan cenderung meningkat dengan meningkatnya status ekonomi. Perilaku merokok jelas bukan merupakan perilaku sehat (Riskesdas 2010).


(21)

Berdasarkan data Riskesdas (2013) rerata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur >10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Jumlah rerata batang rokok terbanyak yang dihisap ditemukan dibangka belitung (18 batang). Proporsi terbanyak perokok aktip setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen, pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1.1%). Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah perokok aktif setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya.

Proporsi perokok setiap hari tampak cenderung menurun pada kuintil indeks kepemilikan yang lebih tinggi. Proporsi penduduk umur >15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat dalam riskesdas (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%). Roporsi tertinggi pada tahun 2013 adalah nusa tenggara timur (55,6%). Dibandingkan dengan penelitian global adults tobacco survey (GATS) pada penduduk kelompok umur >15 tahun, proporsi perokok laki-laki 67,0 persen dan pada riskesdas 2013 sebesar 64,9 persen, sedangkan pada peremuan menurut GATS adalah 2,7 persen dan 2,1 persen menurut Riskesdas (2013).

Dapat dilihat dari data Riskesdas 2010-2013 bahwa konsumsi rokok terbanyak di Indonesia berada pada propinsi bangka belitung. Yang sekarang jumlahnya mencapai 18 batang per hari (Riskesdas 2013). Rokok memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan. Termasuk lingkungan yang memengaruhi derajat kesehatan seseorang salah satunya adalah lingkungan sosial budaya. Masyarakat Indonesia terdiri atas banyak suku budaya yang mempunyai latar


(22)

belakang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat memengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan mengenai merokok didalam rumah.

Berdasarkan data Riskesdas provinsi Aceh penduduk berumur 15-19 tahun sudah mulai merokok setiap hari , dan merupakan prevalensi tertinggi menurut kelompok umur. semakin rendah tingkat pendidikan cenderung semakin tinggi prevalensi perokok di Aceh, laki-laki cenderung lebih muda mulai merokok dibandingan dengan perempuan, kecuali pada kelompok umur 30 tahun keatas, perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Dapat diketahui bahwa dari penduduk yang merokok sebagian besar akan merokok dirumah, hal ini mepengaruhi anggota keluarga lain yang menjadi perokok pasif, dan juga akan berpotensi untuk merokok juga. Secara umum di Aceh ada dua jenis rokok yang dihisap, tertinggi prevalensinya adalah jenis rokok kretek dengan filter (55,3%) dan kretek tanpa filter (38,4%) kemudian rokok putih (16,1%) dan rokok linting (7,5%). Di Aceh Sebagian besar penduduk yang berumur antara 10- 44 tahun cenderung memilih rokok dengan filter, sedangkan kelompok umur 55 tahun keatas cenderung memilih rokok linting, Penduduk yang tingkat pendidikannya lebih tinggi akan memilih rokok kretek dengan filter (Riskesda 2007).

Dari penelitian Universitas Hamka dan Komnas Anak di tahun 2007, menunjukkan hampir semua anak (99,7 persen) melihat iklan rokok di televisi dan 68,2 persen memiliki kesan positif terhadap iklan rokok, serta 50 persen remaja perokok lebih percaya diri seperti dicitrakan iklan rokok. Survey yang pernah


(23)

dilakukan di Jakarta juga menunjukkkan bahwa 64,8% pria remaja dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok (Tandra dalam Nasution, 2007).

Dari penelitian universitas Andalas tahun 2011 oleh Novi Indra Sari, menyimpulkan bahwa stres juga sangat mempengaruhi perilaku merokok anak remaja. Keadaan didalam keluarga yang tidak harmonis menyebabkan anak menjadi stres, kemudian menjadikan rokok sebagai salah satu tempat pelarian, karena diyakininya bahwa dengan merokok dapat menghilangkan stres. Semakin stres seorang anak maka keinginan untuk merokok semain kuat.

Menurut teori sistem, keluarga merupakan suatu sistem tempat individu anggota keluarga berinteraksi. Perilaku dan sikap anggota keluarga dibentuk oleh hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Setiap perubahan pada salah satu anggota keluarga akan memengaruhi anggota keluarga lain karena yang tertua didalam keluarga dianggap paling benar semua perilakunya cenderung untuk diikuti oleh anggota keluarga lainnya.(Nasution, 2009).

Karakteristik keluarga adalah sifat keluarga yang relatif tidak berubah dan melekat sebagai ciri-ciri yang akan diingat oleh orang lain karena setiap keluarga pasti akan memiliki karakteristiknya tersendiri yang tidak akan sama dengan keluarga lain, dan dipengaruhi oleh lingkungan seperti pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, penghasilan keluarga dan lain-lain. Karakteristik ini akan mempengaruhi perilaku keluarga termasuk dalam perilaku merokok didalam rumah, sehingga anggota keluarga menjadi perokok pasif dan juga akan mepengaruhi perilaku anggota keluarga lain untuk meniru perilaku merokok (Syamrilaode, 2011).Keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat.


(24)

Keluarga memegang peranan penting dalam promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit pada anggota keluarganya. Nilai yang dianut keluarga dan latar belakang etnik atau kulturnya berasal dari nenek moyang akan memengaruhi interpretasi keluarga terhadap suatu masalah kesehatan. Masalah kesehatan suatu keluarga dapat memengaruhi anggota keluarga lain kerena keluarga merupakan suatu kesatuan. Hasil penelitian yang dilakukan Theodorus (1994) menyatakan bahwa keluarga perokok sangat berperan terhadap perilaku merokok anak-anaknya dibandingkan keluarga non perokok.

Kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Taylor dalam buku Primitive Culture menyatakan ”Kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.” (Notoatmodjo, 2010).

Sosial budaya keluarga ditempat dilakukannya penelitian ini adalah di kabupaten Bener Meriah Aceh, Kabupaten Bener Meriah adalah dataran tinggi Aceh yang suhunya sangat dingin berkisaran antara 18-19 derajat celcius, hal ini dijadikan alasan mengapa didaerah ini terdapat banyak sekali orang yang merokok, karena telah diyakini dari nenek moyang mereka terdahulu bahwa dengan merokok akan dapat menghangatkan tubuh. Jenis dan merek rokok juga mempengaruhi pandangan sosial dimata masyarakat setempat, semakin tinggi


(25)

harga rokok maka dipandang tingkat sosialnya semakin tinggi. Kabupaten bener meriah juga merupakan penghasil Kopi Gayo terbaik sehingga banyak laki-laki disana yang meminum kopi termasuk siswa dikalangan anak SMA, menurut pengakuan mereka meminum kopi akan terasa lebih nikmat jika disertakan dengan merokok.

Perilaku merokok anak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman, pengaruh faktor kepribadian, juga pengaruh iklan. Perilaku merokok jelas bukan merupakan perilaku sehat. Rokok memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan. Namun perilaku seseorang tidak akan terlepas dari pengaruh lingkungannya. Lingkungan yang memengaruhi derajat kesehatan seseorang salah satunya adalah lingkungan sosial budaya. Masyarakat Indonesia terdiri atas banyak suku budaya yang mempunyai latar belakang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat memengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.

Dari hasil observasi sementara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa SMA di Kabupaten Bener Meriah, terdapat beberapa SMA yang memiliki siswa yang berperilaku merokok, salah satunya adalah SMA Negeri 1 Bukit. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti diperoleh bahwa terdapat sekitar 15 siswa dari sekitar 20 siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit yang diamati merupakan perokok, selain itu siswa tersebut merokok di lingkungan sekolah. Dari informasi yang diperoleh dari kepala sekolah dan warga sekitar


(26)

SMA tersebut diperoleh pula informasi bahwa banyak siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit yang merokok, bahkan ada siswa yang merokok didalam rumah bersama anggota keluarganya.

Oleh karena sangat besar peran keluarga dalam pembentukan perilaku, termasuk perilaku merokok. Maka, penulis melakukan penelitian mengenai Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Dalam Hal Perilaku Merokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Terhadap Perilaku Merokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan status ekonomi keluarga) terhadap perilaku merokok siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.


(27)

a. Untuk mengetahui sosial budaya keluarga (kebiasaan merokok keluarga, peraturan merokok keluarga, informasi merokok di dalam keluargaterhadap perilaku Merokok Siswa Laki-Laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

b. Untuk mengetahui pengetahuan mengenai rokok siswalaki-laki SMA Negeri 1 Bukit Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015.

c. Untuk mengetahui sikap siswa laki-lakiSMA Negeri 1 Bukit terhadap rokok. d. Untuk mengetahui tindakan merokok siswa laki-lakiSMA Negeri 1 Bukit

Kabupaten Bener Meriah Aceh Pada Tahun 2015. 1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan kepada pihak terkait, seperti Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah untuk menentukan dan merencanakan program baru dalam pendidikan kesehatan dan bahaya rokok.

b. Sebagai masukan kepada pihak SMA Negeri 1 Bukit untuk memotivasi siswanya agar mengurangi kebiasaan merokok.

c. Bagi peneliti lain berguna sebagai bahan masukan atau tambahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menyelesaikan penelitian selanjutnya.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo 2012).

Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori Skinner ini disebut “S-O-R” (Stimulus- Organisme-Respons). Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


(29)

a) Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)

Perilaku tertutup terjadi bila respons stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus bersangkutan.

b) Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observeable behaviour”.

2.1.2. Bentuk Perilaku

Benyamin Bloom (1908) dalam (Notoatmodjo 2012) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif

(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangakan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge)

b. Sikap (attitude)

c. Tindakan (practice)

a. Perilaku dalam bentuk Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra


(30)

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 1993).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesutau yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat


(31)

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatau kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2012).

b. Perilaku dalam bentuk Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berprestasi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek


(32)

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya.

Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (2012) salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Mengahargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.


(33)

Berkowitz dalam Azwar (2000) pernah mendaftarkan lebih dari 30 definisi tentang sikap. Namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok pemikiran, yaitu:

1. Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thriston (1928). Rensis Linkert (1932), Charles Osgood (1975) Mengatakan bahwa ” sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak (unfavorable) terhadap objek sikap tertentu “.

2. Kelompok kedua diwakili oleh Chave (1928), Bogardus (1931), La Piere (1934), Mead (1934), dan Girdon Allport (1934) mengatakan bahwa “Sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon”.

3. Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa “ Sikap merupakan konstalasi komponen –komponen kognitif, afektif, dan konatif termasuk dalam kelompok ini Secord dan Backman (1964) mengatakan bahwa “ Sikap adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi) , Pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.

Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus diberi respon baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap


(34)

suatu objek sikap. Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, memihak, (favorable) atau tidak menyetujui, tidak mendukung, atau tidak memihak (Unfavorable) suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan. (Fishbein 1978 dalam Simangunsong 2011).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan.Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu. c. Perilaku dalam bentuk Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap ,menjadi suatu perbuatan nyata diperlukanfactor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalahfasilitas. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apayang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).

Inilah yang disebut pratik(practice) kesehatan. Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tigatingkatan menurut kwalitasnya, yakni :


(35)

Tindakan atau perilaku ini mencakup pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit.

2. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan dan perilaku ini mencakup mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya.

3. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan

Perilaku ini mencakup membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak, dan sebagainya. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,atau bulan yang lalu (recall). Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2012).

2.1.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut Green bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.


(36)

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Teori WHO dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan 4 alasan pokok mengapa seseorang berperilaku, yaitu:

a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Seseorang yang merokok, akan mempertimbangkan untung rugi dan manfaatnya.

b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal references)

Di dalam masyarakat, dimana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Pada keluarga biasanya ayah, ibu atau saudara kandung yang lebih tua. Seseorang yang merokok biasanya melihat orang dilikingkungannya merokok.

c. Sumberdaya (recources)

Faktor ini merupakan pendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Jika dibandingkan dengan teori Green, sumber daya termasuk faktor enabling. Seseorang akan merokok bila memiliki dana untuk memperoleh rokok.


(37)

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Sosio budaya setempat sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini sangat berpengaruh di dalam keluarga. Sebab keluarga merupakan ruang lingkup sosial budaya yang paling kecil.

Teori Shenandu B Kar dalam Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa terdapat 5 determinan perilaku yaitu:

1. Adanya Niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya.

2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support) didalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat. Maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information) adalah tersedianya informasi- informasi terkait dengan tindakan yang akan di ambil oleh seseorang.

4. Adanya otonomi atas kebebasan pribadi (personal outonomy) untuk mengambil keputusan.

5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation) artinya ada kondisi serta kemampuan yang memungkinkan untuk bertindak.


(38)

2.1.4. Teori Belajar Sosial

Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.

Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B = behavior), lingkungan (E =

environment) dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P = perception) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). Menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, yaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.

Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan, lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.


(39)

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observationallearning).

1. Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement.

2. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Untuk menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori tentang imitasi. Bersama dengan Walter (1963) dia mengadakan penelitian pada anak-anak dengan cara menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit ‘sockeroo’ dalam film. Setelah menonton film anak-anak ini diarah bermain di ruang permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam film. Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam film.


(40)

Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan

imitation (peniruan), prosedur-prosedur Social learning: 1. Conditioning

Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilakuperilaku lainnya, yakni dengan; Reward (hadiah), Punishment (hukuman).

Dasar pemikirannya: Sekali seorang mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), sehingga dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat. Hal ini sesuai dengan Conditioning Theory yang dikemukakan dan dikembangkan pertama kali oleh John B. Watson di AS (1878-1958). Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus penganti. Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus dan respon yang baru melalui “conditioning”.Salah satu percobaan yang terkenal adalah percobaan terhadap anak umur 11 tahun “Albert” dengan seekor tikus putih. Percobaan itu memiliki kesimpulan I bahwa rasa takut dapat timbul tanpa dipelajari dengan proses ekstinksi, dengan mengulang stimulus bersyarat tanpa dibarengi stimulus tak bersyarat.


(41)

2. Imitation

Imitation (peniruan). Dalam Hal ini orang tua atau anggota keluarga lain akan sangat mungkin menjadi model yang perilakunya akan di imitasi oleh anggota keluarga lainnya. Jadi dalam Social Learning,seseorang belajar karena contoh lingkungan. Analisis Belajar Sosial dari Bandura menyatakan bahwa perilaku model adalah sumber informasi bagi pihak pengamat. Teori Belajar Sosial menekankan kepentingan lingkungan, atau situasional, sebagai determinan perilaku. Perilaku merupakan hasil dari interaksi terus menerus antara variabel individu dan lingkungannya. Kondisi lingkungan membentuk perilaku melalui proses belajar, dan selanjutnya perilaku orang tersebut membentuk lingkungan. Orang dan situasi saling mempengaruhi secara timbal balik. Orang dapat belajar dengan mengobservasi tindakan orang lain dan dengan melihat konsekuensi tindakan tersebut. Proses ini mungkin lambat dan tidak efisien seakan-akan semua perilaku kita harus dipelajari melalu penguatan langsung respons kita. Asumsi dasar dari teori Belajar Sosial adalah manusia mempelajari tingkah laku melalui proses yang terus berjalan. Meniru model merupakan proses berikutnya yang berhubungan dengan keberadaan, kesukaan, dan kuasa dari model itu sendiri.(Awalia, 2010).

Lingkungan sebagai faktor utama dalam social learning yang dikemukakan oleh Bandura menitik beratkan kepada lingkungan sosial, lingkungan sosial yang paling dekat dengan individu dan memiliki waktu interaksi yang sangat banyak adalah keluarga sebagaimana bentuk-bentuk sosialisasi yang


(42)

lain, menurut Kamanto dalam Notoatmodjo (2012) maka sosialisasi selalu berawal pada keluarga.

Gambar 2.1. Skema Teori Bandura

2.2.1. Keluarga

2.2.2. Pengertian Keluarga

Definisi yang dikemukakan oleh Depkes 1988 adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi dalam Saragi, 2010).

Menurut (Burges dalam Amaliani, 2012) membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :

1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

Personal

Lingkungan Perilaku


(43)

2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran peran sosial keluarga seperti ayah-ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara-saudari.

4. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friendman Marlin dalam Saragi 2010).

Menurut Horton (1991) keluarga adalah suatu struktur kelembagaan yang berkembang melalui upaya masyarakat untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Sehingga keluarga memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi pengetahuan seksual : Keluarga adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.

b. Fungsi reproduksi : Keluarga “mereproduksi” anak. Namun tidak ada masyarakat yang menetapkan seperangkat norma untuk memeroleh anak, kecuali sebagai bagian dari keluarga.


(44)

c. Fungsi sosialisasi : Keluarga merupakan kelompok primer (primary group) yang pertama dari seorang anak dan dari situlah perkembangan kepribadian bermula. Ketika anak sudah cukup umur untuk memasuki kelompok primer lain diluar keluarga, pondasi dasar kepribadiannya sudah tertanamkan secara kuat. Salah satu dari sekian banyak cara keluarga untuk mensosialisasikan anak adalah melalui pemberian model bagi anak.

d. Fungsi afeksi : Sebagian besar masyarakat hampir seluruhnya bertumpu pada keluarga untuk mendapatkan tanggapan kasih sayang. Kebutuhan persahabatan dipenuhi oleh sebagian kelompok lain.

e. Fungsi penentuan status : Dalam memasuki sebuah keluarga, seseorang mewarisi suatu rangkaian status.

f. Fungsi perlindungan : Dalam setiap masyarakat keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologis bagi seluruh anggotanya.

g. Fungsi ekonomis : keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar masyarakat primitive. Para anggota keluarga bekerjasama sebagai tim untuk menghasilkan sesuatu.

2.2.3. Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga adalah sifat keluarga yang relatif tidak berubah atau yang dipengaruhi oleh lingkungan, seperti pendidikan, pekerjaan dll (Amaliani 2012).

Karakteristik ini akan memengaruhi perilaku anggota keluarga sebagai berikut :


(45)

a. Pendidikan orang tua : Tingkat pendidikan orang tua cenderung akan memengaruhi pola komunikasi yang dibangun di dalam keluarga dan akan memengaruhi kebiasaan merokok.

b. Pekerjaan orang tua : pekerjaan orang tua akan mempengaruhi tingkat ekonomi keluarga yang berdampak pada kemampuan untuk merokok. Pekerjaan orang tua juga akan memengaruhi kebiasaan orang tua yang kemudian terbawa ke lingkungan rumah.

c. Jumlah anggota keluarga : Jumlah anggota keluarga akan membagi perhatian keluarga.

d. Penghasilan Keluarga : Penghasilan keluarga akan memengaruhi seberapa banyak uang saku seorang anak. Semakin besar uang saku anak, akan semakin besar kesempatannya untuk menggunakan uang tersebut untuk membeli rokok Selain karakteristik keluarga, setiap perilaku anggota keluarga dipengaruhi oleh sosial budaya yang dianut oleh keluarga tersebut.

2.3. Sosial Budaya

Definisi kebudayaan (Koentjaraningrat dalam Pengantar Antropologi), sebagai berikut:

”Kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.” Taylor dalam buku Primitive Culture menyatakan ”Kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain serta


(46)

kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.” (Notoatmodjo, 2010).

Sifat hakikat kebudayaan menurut Soekanto (2006) adalah: 1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.

2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.

3. Kebudayaan diperlukan manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.

4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan, yang diterima dan ditolak, tindakan yang dilarang dan diizinkan.

Unsur-unsur universal yang pasti didapatkan di semua kebudayaan di dunia adalah:

1) Sistem religi.

2) Sistem dan Organisasi masyarakat. 3) Sistem pengetahuan.

4) Bahasa. 5) Kesenian.

6) Mata pencaharian. 7) Teknologi dan peralatan


(47)

Kebudayaan adalah suatu system norma-norma yang rumit, cara merasa dan bertindak yang diharapkan yang distandarisasi, yang dikenal dan diikuti secara umum oleh para anggota masyarakat. Dalam kebudayaan mengandung :

1. Kebiasaan. Kebiasaan (folkways) hanyalah satu cara yang lazim yang wajar dan diulang-ulang dalam melakukan sesuatu oleh sekelompok orang. Generasi baru menyerap kebiasaan sebagian dengan pendidikan yang terencana yang di perhatikan dan dihayati. Karena mereka terus-menerus melihat cara-cara berperilaku tertentu, mereka yakin hanya itulah cara yang benar.

2. Tata Kelakuan. Tata kelakuan adalah gagasan yang kuat mengenai salah dan benar yang menuntut tindakan tertentu dan melarang yang lain. Tata kelakuan adalah keyakinan tentang salah dan benar dalam perilaku/tindakan. Tata kelakuan tidak ditentukan atau dipikirkan atau disusun dengan sengaja karena seseorang menganggap hal itu merupakan pemikiran yang baik. Namun, Tata kelakuan itu muncul secara bertahap dari perilaku kebiasaan dari sebagian besar orang tanpa pilihan atau maksud maksud yang disadari. Jadi asalnya adalah suatu keyakinan kelompok yang praktis tentang kesejahteraan kelompok. Tata kelakuan diajarkan kepada orang muda bukan sebagai serangkaian keabsolutan yang keramat.

3. Lembaga. Adalah kelompok kebiasaan dan tatakelakuan yang diorganisasi yang berhubungan kegiatan-kegiatan penting diwujudkan dalam lembaga sosial. Suatu lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisasi yang


(48)

mewujudkan nilai-nilai dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tertentu.

Selain faktor budaya terdapat juga faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan (H. Ray Elling dalam Notoatmodjo,2003) antara lain:

1) Imagekelompok

Image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok, misal: anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan mungkin juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter. Dengan demikian, perilaku dari masing-masing anak cenderung merefleksikan kelompoknya. Contoh lain: keluarga di pedesaan yang mempunyai kebiasaan untuk menggunakan dukun, akan berpengaruh terhadap perilaku anaknya dalam mencari pertolongan pengobatan pada saat mereka sudah berkeluarga.

2) Self Concept

Identifikasi individu kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan (G.M. Foster, 1973) Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan pada diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan negatif terhadap perilaku


(49)

kita dalam jangka waktu lama, akan marasa suatu keharusan untuk melakukan perubahan perilaku.

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Menurut Sudarmaji (2000) konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instan, melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup manusia. Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Dimana pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya. (Sahputra , 2009) Oleh karena itu secara tidak langsung self concept kita cenderung menentukan misal: bila kita dipandang negatif karena tubuh kita terlalu gemuk, kita merasa tidak bahagia, dan akan segera berkonsultasi kepada ahli diet, atau mulai berolah raga untuk menurunkan berat badan. Self concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan, karena memengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku kesehatan. Self concept ditentukan oleh pendapat yang biasanya melekat pada suatu lingkungan komunitas.

2.3.1. Rokok

2.3.2. Pengertian Rokok

Menurut UU no 19 tahun 2003 Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman


(50)

mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm, berwarna putih dan coklat. Biasanya berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah, ditambah sedikit racikan seperti cengkeh, saus rokok, serta racikan lainya untuk menikmati sebatang rokok, perlu dilakukan pembakaran pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya yang lain.

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat tetapi kebiasaan merokok sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Sementara, alasan utama merokok adalah cara untuk bisa diterima secara sosial, melihat orang tuanya merokok, menghilangkan rasa jenuh, ketagihan dan untuk menghilangkan stress.

2.3.3. Sejarah Rokok

Awal mula perkenalan dunia pada tembakau dan kebiasaan merokok tak bisa dilepaskan dari peristiwa penemuan benua Amerika oleh para pelaut Spanyol di bawah pimpinan Christopher Colombus, melihat bangsa Indian mempergunakan daun kering dengan berbagai cara, salah satu diantaranya dengan membakarnya sebagai rokok yang mendatangkan kenikmatan pada tubuh mereka, menciptakan rasa nyaman dan mengurangi kelelahan.


(51)

Sejarah rokok daun tembakau dipopulerkan pada abad XVI di Eropa, jumlah perokok terus meningkat. Bangsa Spanyol dan Portugis bersama menanam tembakau di Hindia Barat dan Brasil. Perancis mengenal tembakau lewat Jean Nicot dijumpai Istilah Nicotiane untuk menyebut jenis tanaman obat (tembakau) yang dimaksud. Pada abad XVIII orang Rusia mengenal cara baru menikmati tembakau dengan menggunakan pipa air, yang sebelumnya telah populer di kalangan orang Turki. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk Keperluan ritual dan pengobatan, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata. Merokok yang semula bertujuan untuk pengobatan akhirnya menjadi penyebab banyak kelainan dan penyakit. Salah satu berhubungan dengan sistem kardiovaskuler, merokok juga berhubungan dengan jaringan lunak dan keras di rongga mulut karena merupakan awal terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok, maka mukosa mulut juga mempunyai dampak akibat dari merokok.

2.3.4. Jenis Rokok

Bahan baku rokok hanya tembakau baik menggunakan filter maupun non filter dikenal sebagai rokok putih. Rokok kretek adalah rokok dengan atau tanpa filter yang menggunakan tembakau rajangan dengan cengkeh rajangan digulung dengan kertas sigaret boleh memakai bahan tambahan asalkan diizinkan pemerintah. Rokok campuran adalah rokok yang dihisap oleh seseorang dalam waktu tidak tentu dengan jenis rokok kretek maupun rokok putih. Rokok filter


(52)

adalah rokok yang bagian pangkalnya terdapat gabus. Rokok non filter adalah rokok yang bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

Ada juga rokok filter dikenal dengan rokok putih adalah jenis diartikan sebagai rokok tanpa campura Klasifikasi ini didasarkan pada jenisnya, di mana rokok putih dan rokok kretek. Perbedaan di antara kedua jenis rokok tersebut yakni didasarkan pada bahan campuran (blend) kandungannya dan juga keberadaan filter di ujung batang rokok tersebut. Rokok putih atau seringkali disebut dengan r Rokok ini memiliki kandungan denga rokok putih adalah rokok buatan pabrik yang tidak mengandung campuran tambahan cengkeh ataup 2.3.5. Kandungan Rokok

Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%). Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen. Pertama, komponen yang lekas menguap berbentuk gas. Kedua, komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85 persen dan sisanya berupa partikel. Asap yang dihasilkan rokok terdiri dari asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream


(53)

smoke). Asap utama adalah asap tembakau yang dihisap langsung oleh perokok, sedangkan asap samping adalah asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat terhirup oleh orang lain yang dikenal sebagai perokok pasif.

Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol,nikotin, karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen).

Gambar 2.2. Rokok ( sumber : Panduan Perilaku Tidak Merokok, Depkes RI). Nikotin merupakan zat yang paling sering dibicarakan dan sering menjadi bahan penelitian. Nikotin berbentuk cairan, tidak berwarna, merupakan basa yang mudah menguap. Nikotin berubah warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan udara, kadar nikotin dalam tembakau berkisar 12%. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari dapat membuat seseorang ketagihan. Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang


(54)

1 hari menghasilkan 10 μg. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke

dalam tubuh adalah 20 μg per hari. Jadi, zat timah hitam akan sangat berbahaya

jika konsumsi rokok melebihi batas ambang yang dapat diterima oleh tubuh. Gas Karbon monoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh, tetapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka CO berikatan dengan hemoglobin. Kadar gas CO dalam darah orang yang tidak merokok kurang dari 1 % sementara dalam darah perokok mencapai 4-15%.

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Dunia kesehatan menyatakan bahwa merokok memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan dan ditenggarai sebagai salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner, impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin. Menurut data WHO satu juta manusia pertahun di dunia meninggal karena merokok dan 95 % diantaranya adalah kanker paruparu. Data statistik WHO yang dipublikasikan tanggal 28 Mei 2002 menyebutkan bahwa aktivitas merokok telah membunuh satu dari sepuluh orang dewasa di dunia tiap tahun dan itu setara


(55)

dengan empat juta kematian perokok. Bahkan jika trennya tidak berubah, tahun 2030 kematian akan meningkat menjadi satu dari enam perokok.

2.4. Perilaku Merokok

Faktor yang menyebabkan perilaku merokok sebagaimana yang dikemukakan oleh Mu’tadin dalam Ginting (2011) meliputi:

1. Pengaruh orang tua

Anak muda berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orangtua (single parent). Kecenderungan seseorang berperilaku sebagai perokok lebih terlihat pada remaja putri bila ibu mereka merokok daripada ayahnya.

2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya menjadi perokok juga. Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman- temannya atau bahkan teman temannya dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya semua menjadi perokok.

3. Faktor kepribadian

Seseorang mencoba untuk merokok karena ingin tahu atau melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.


(56)

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut. Menurut Mu’tadin dalam Ginting (2011) jika ditinjau dari banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap hari, tipe perokok dibagi menjadi tiga. Pertama, perokok sangat berat yakni perokok yang menghabiskan lebih dari 31 batang rokok tiap hari dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur pada pagi hari. Kedua, perokok berat, yaitu perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pada pagi hari. Ketiga, perokok sedang, yakni perokok yang menghabiskan sekitar 10 batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok 60 menit setelah bangun tidur paga pagi hari.

Menurut Silvan Tomkins dalam Ginting (2011) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory yaitu :

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh kebiasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green menyatakan dalam Psychological factor in Smoking 1978 menambahkan dua subtipe perilaku merokok.

a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah di dapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangkan


(57)

2. Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang merokok untuk mengurangi perasaan negatif misalnya bila ia marah, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiktif akan menambah dosis rokok disetiap saat setelah efek dari rokok berkurang.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan tetapi karena benar benar sudah menjadi kebiasaanya rutin.

2.5. Kerangka Konsep

Dari teori yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti merancang suatu kerangka konsep yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Karakteristik keluarga:

 Jumlah anggota keluarga

 Pendidikan orang tua

 Pekerjaan orang tua

 Status ekonomi keluarga

Sosial budaya keluarga :  Kebiasaan

merokokkeluarga  Self concept  Image kelompok

Pengetahuan siswa tentang

rokok

Tindakan merokok siswa Sikap merokok


(58)

Gambar 2.3. Kerangka Konsep

Teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura menitik beratkan kepada lingkungan sebagai salah satu faktor pembentuk perilaku. Keluarga sebagai sebuah lembaga sosial yang paling kecil memiliki banyak kesempatan interaksi sosial sesama anggota keluarganya. Interaksi sosial di dalam keluarga menyebabkan adanya hubungan erat antara perilaku anggota keluarga satu dengan yang lainnya. Keluarga merupakan subsistem dalam masyarakat dimana keluarga memiliki bentuk social budaya yang berbeda-beda dan akan mempengaruhi perilaku anggota – anggota keluarganya.

Dalam teori belajar sosial Bandura ditekankan unsur modelling, dimana seseorang akan berperilaku karena ada yang dicontoh olehnya. Pada hal ini adalah anggota keluarga sebagai model. Perilaku Merokok di keluarga dapat dilihat dari sosial budaya di keluarga itu sendiri, yaitu ada tidaknya kebiasaan merokok dalam

Faktor yang mempengaruhi perilaku :  Predisposing

Factors

 Enabling Factors  Reinforcing


(59)

keluarga, norma/ peraturan merokok di keluarga tersebut serta informasi merokok di keluarga tersebut. Ketiga hal ini akan memengaruhi perilaku merokok siswa. Selain itu ada pula faktor lain yang memengaruhi yaitu faktor sosial dimana ada 2 hal yang sangat berpengaruh self concept dan image kelompok. Artinya tanggapan keluarga mengenai perilaku merokok akan memengaruhi perilaku siswa dalam hal merokok.

Menurut teori Green perilaku ditentukan oleh tiga faktor, diantaranya adalah Predisfosing Factors yang mempermudah siswa untuk merokok seperti tradisi dari nenek moyang terdahulu telah merokok maka akan mempengaruhi siswa untuk merokok. Selanjutnya Enabling Factors adalah faktor yang memfasilitasi siswa untuk merokok dengan diberikan uang saku yang lebih akan membuat siswa mempunyai kesempatan untuk membeli rokok, yang terakhir

Reinforcing Faktors adalah faktor yang mendorong siswa untuk merokok seperti dari tersedianya rokok disetiap tempat perbelanjaan akan mendorong siswa untuk merokok.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui gambaran karakteristik dan sosial budaya keluarga terhadap perilaku merokok siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit tahun 2015.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bukit dengan alasan :

1. Berdasarkan perkiraan sementara SMA Negeri 1 Bukit yang memiliki paling banyak siswa laki-laki merokok dibanding SMA lainnya di Kabupaten Bener Meriah.

2. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh sosial budaya keluarga terhadap perilaku merokok siswa laki-laki di SMA Negeri 1 Bukit. 3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak SMA Negeri 1 Bukit untuk

melakukan penelitian. 3.2.2. Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 – April 2015.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki SMA Negeri 1 Bukit kelas X dan XI adalah sekitar 200 siswa. Disini kelas XII tidak diambil sebagai populasi penelitian karena tidak mendapatkan ijin dari


(61)

gurunya dengan alasan kelas XII harus lebih fokus belajar karena waktu UN sudah dekat.

3.3.2. Sampel

Penelitian ini populasinya homogen (siswa laki-laki), maka penelitian ini adalah penelitian sampel. Menurut Gasperz (1991) pengambilan sampel minimal dapat menggunakan rumus berikut :

n = NZ2P (1−P)

NG2+Z2P(1−P)

dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

P = proporsi populasi. Karena belum pernah dilakukan penelitian maka prporsinya adalah 0,5

Z = tingkat keandalan (0,05) dilihat dari tabel Z (=1,960)

G = galat pendugaan (0,1)

Perhitungan :

= 200 (1,960)

2= (0,5)(10,5)

200(0,1)2+ (1,960)2(0,5)(10,5)

= 200(3,8416)(0,5)(0,5)


(1)

No Pernyataan Ya Tidak

1. Saya bangga jika merokok 0 1

2. Merokok membuat penampilan saya terlihat lebih Baik

0 1

3. Saya terlihat dewasa jika merokok 0 1

4. Saya tidak setuju dengan perilaku merokok tetapi saya suka merokok

0 1

5. Merokok di dekat anggota keluarga membuat saya terlihat dewasa

0 1

6. Jika anggota keluarga membiarkan saya merokok berarti saya telah dianggap dewasa

0 1

7. Jika keluarga saya melarang merokok, saya tidak akan merokok.

1 0

8. Saya orang yang menghormati orang lain, maka sayatidak merokok di sekitar orag lain

1 0

9. Saya sadar asap rokok saya mengganggu orang lain 1 0 10. Merokok tidak mengganggu kesehatan saya 0 1 11. Jika saya merokok, saya lebih diterima di

lingkunganteman dan keluarga saya.

0 1

12. Merokok membuat wajah saya terlihat lebih segar 0 1

13. Saya merasa tenang jika merokok 0 1

14. Saya merasa lebih percaya diri jika merokok. 0 1 15. Saya dapat berkonsentrasi dengan baik jika

merokok

0 1

III. Image Kelompok

25. Apakah menurut kamu keluarga suka jika anda merokok? a. Ya

b. Tidak

26. Apakah menurut kamu akan dibanggakan jika anda merokok? a. Ya

b. Tidak

27. Apakah anda lebih di terima di keluarga dan family jika merokok? a. Ya

b. Tidak

28. Apakah anda dianggap dewasa jika sudah merokok? a. Ya


(2)

29. Apakah ada anggota keluarga yang tidak nyaman ketika anda merokok? a. Ada

b. Tidak ada.

D. PENGETAHUAN

1. Rokok adalah…

a. Tembakau yang digulung, dibungkus kertas dan diberi tambahan seperti cengkeh. (2)

b. Tembakau dibungkus (1)

2. Apakah kamu tahu apa yang dimaksud merokok? a. membakar tembakau kemudian dihisap asapnya. (1) b. membakar rokok (0)

3. Jenis jenis rokok adalah :

a. Rokok Kretek dan Rokok Putih (1) b. Rokok tembakau dan rokok herbal (0) 4. Rokok terbuat dari?

a. Tembakau dan tambahan lainnya (2) b. tembakau saja (1)

5. Tembakau rajangan dengan cengkeh rajangan yang digulung dengan kertas sigaret dan biasanya memakai bahan tambahan lainnya disebut rokok …

a. Kretek (1) b. Filter (0)

6. Perbedaan rokok filter dengan rokok non filter adalah … a. Perbedaan pada harga (0)

b. Ada tidaknya campuran (1) c. Ada tidaknya gabus (2)

7. Dibawah ini adalah zat yang terkandung dalam rokok yaitu: a. Nikotin, Tar dan Timah Hitam (2)

b. Nikotin, Formal dehid dan Oksigen (1) c. Hidrogen, Tar, Asap (0)


(3)

8. Apakah anda tahu bahwa ada lebih dari 4000 zat kimia yang terdapat dalam rokok?

a. Benar (1) b. Salah (0)

9. Merokok dapat menyebabkan … a. Flu (0)

b. Kanker (1)

10. Rokok mengandung zat adiktif…. a. Benar (1)

b. Salah (0)

11. Endapan berwarna cokelat pada gigi disebabkan oleh a. Tar (2)

b. Nikotin (1) c. Timbal (0)

12. Mengapa pada bungkus rokok diberi peringatan? a. Karena berbahaya bagi kesehatan (2)

b. Karena peraturan (1)

13. Merokok dapat menganggu kesehatan… a. Kulit (0)

b. Gigi dan Mulut (1)

14. Nikotin dapat menyebabkan… a. batuk (0)

b. Iritasi (1) c. Kecanduan (2) 15. Perokok pasif adalah

a. Orang yang kadang kadang merokok (0)

b. Orang yang tidak merokok namun menghirup asap rokok orang lain (2) c. Orang yang tidak merokok (1)

16. Apakah merokok dapat menyebabkan kematian? a. Ya (1)


(4)

b. Tidak (0)

17. Apakah Rokok dapat memberikan efek ketergantungan? a. Ya (1)

b. Tidak (0)

18. Apakah Merokok membahayakan orang-orang sekitar? a. Ya (1)

b. Tidak (0)

19. Apakah perokok pasif lebih beresiko daripada perokok aktif? a. Ya (1)

b. Tidak (0)

20. Apakah merokok menyebabkan penyakit ISPA? a. Ya (1)

b. Tidak (0)

E. SIKAP

No. Pernyataan Sangat

Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1. Saya akan marah jika teman merokok di dekat saya

1 0

2. Merokok di tempat umum hanya merugikan diri sendiri

0 1

3. Merokok setiap hari tidak masalah 0 1

4. Tidak ada zat racun di dalam rokok 0 1

5. Asap rokok berbahaya bagi orang sekitar perokok

1 0

6. Rokok membuat kecanduan 1 0

7. Tidak merokok berarti belum dewasa 0 1

8. Merokok jika bersama keluarga 0 1

9. Orang tua melarang merokok demi kebaikan kita

1 0

10. Saya merokok sehabis makan 0 1

11. Dengan merokok terlihat keren 0 1

12. Merokok ketika kumpul dengan teman teman

0 1

13. Jika Sudah batuk tidak boleh merokok 0 1

14. Merokok adalah kebiasaan buruk 1 0

15. Merokok membuat prestasi menurun 0 1


(5)

adalah benar

17. Iklan rokok harus dihentikan 1 0

18. Orang tua sebaiknya tidak merokok di depan anak-anaknya

1 0

19. Saya akan merokok untuk

menghilangkan stress

0 1

20. Saya merokok di ruangan ber -AC 0 1

21. Merokok membuat wajah saya terlihat segar

0 1

22. Peraturan Kawasan Tanpa Rokok sebaiknya di adakan di tempat umum

1 0

23. Rokok tidak berbahaya jika sedikit 0 1

24. Saya tidak perlu malu jika tercium bau rokok dari mulut saya

0 1

25. Merokok membuat saya lebih percaya diri

0 1

26. Saya ingin berhenti merokok 1 0

F. TINDAKAN

1. Apakah anda merokok di lingkungan rumah? a. Ya (2)

b. Tidak (1)

c. Tidak Merokok (0)

2. Kapan anda pertama kali merokok? a. Sejak SD (10-13 tahun) (2) b. Sejak SMP (14-16 tahun) (1) c. Baru saja (17-19 tahun) (1) d. Tidak pernah (0)

3. Kapan anda pertama kali merokok di sekitar lingkungan keluarga? a. Sejak pertama merokok (2)

b. Setelah lama merokok (1) c. Tidak pernah (0)

4. Apakah andamerokok didekat teman-teman yang tidak merokok? a. Ya (2)

b. Tidak (1)

c. Tidak Merokok (0)


(6)

a. Di rumah/Disekolah (2) b. Ditempat lain (1) c. Tidak Merokok (0)

6. Apakah anda pernah menggunakan uang saku untuk membeli rokok? a. Pernah (2)

b. Tidak (1)

c. Tidak Merokok (0)

7. Berapa banyak uang saku yang anda habiskan untuk membeli rokok? a. Setengah (2)

b. Seluruhnya (3) c. Tidak pernah (1) d. Tidak Merokok (0)

8. Apakah anda pernah membawa rokok ke lingkungan sekolah? a. Pernah (2)

b. Tidak Pernah (1) c. Tidak Merokok (0)

9. Apakah anda merokok di tempat umum, seperti angkot? a. Ya (2)

b. Tidak (1)