Penerapan Analisis Jalur Dalam Menentukan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2011 Di Provinsi Sumatera Utara

(1)

PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

ARGIMORITA LYDIA

112407007

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 STATISTIKA

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

ARGIMORITA LYDIA

112407007

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 STATISTIKA

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penerapan Analisis Jalur Dalam Menentukan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Pengangguran Terbuka Tahun 2011 Di Provinsi Sumatera Utara.

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Argimorita Lydia

Nomor Induk Mahasiswa : 112407007 Program Studi : D3 Statistika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2014

Disetujui Oleh:

Program Studi D3 Statistika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Dr. Faigiziduhu Bu‟ulölö, M.Si Drs. Open Darnius, M.Sc

NIP. 195312181980031003 NIP. 196410141991031004


(4)

PERNYATAAN

PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011 DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2014

ARGIMORITA LYDIA 112407007


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Penerapan Analisis Jalur Dalam Menentukan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2011 Di Provinsi Sumatera Utara.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Open Darnius, M.Sc selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. Terimakasih kepada Bapak Dr. Faigiziduhu Bu‟ulölö dan Dr. Suwarno

Ariswoyo, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Tulus. M.Si dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU Medan, Bapak Dr. Sutarman M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan, seluruh staff dan Dosen Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, pengawai FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Ayahanda tercinta Ir. Andar S. Gultom, M.Pd, Ibunda tercinta Osmawid Simatupang dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Batasan Masalah 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 5

1.6 Metode Penelitian 5

1.7 Tinjauan Pustaka 6

1.8 Sistematika Penulisan 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Pengertian Analisis Jalur 9

2.2 Asumsi-asumsi Analisis Jalur 10

2.3 Manfaat Analisis Jalur 10

2.4 Beberapa Istilah dalam Analisis Jalur 11

2.5 Model Analisis Jalur 12

2.6 Model Persamaan Struktural 17

2.7 Koefisien Jalur 18

2.7.1 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap

Variabel Endogen 21

2.7.2 Pengujian Koefisen Jalur 22

2.8 Pengangguran 25

2.8.1 Pengangguran 33

BAB 3. GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA 30

3.1 Lokasi dan Keadaan Geografis 30

3.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis 30

3.1.2 Iklim 32

3.2 Penduduk Sumatera Utara 32

3.2.1 Jumlah Penduduk 32

3.2.2 Suku dan Agama 33

BAB 4 PENGOLAHAN DATA 36

4.1 Penyajian Data 36

4.2 Pengolahan Data 39


(7)

4.2.2 Merumuskan Hipotesis 40

4.2.3 Menggambarkan Model Jalur 40

4.2.4 Merumuskan Persamaan Struktural 42 4.2.5 Menentukan Matriks Korelasi Antar Variabel 43

4.2.6 Menghitung Koefisien Jalur 45

4.2.7 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap

Variabel Endogen 53

4.2.8 Pengujian Koefisien Jalur 62

BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 69

5.1 Pengertian Implementasi Sistem 69

5.2 Sekilas Tentang Program SPSS Versi 18 69

5.3 Pengolahan Data dengan SPSS 70

5.3.1 Mengaktifkan SPSS 70

5.3.2 Mengoperasikan SPSS 71

5.3.3 Pengisian dan Pengolahan Data 72

5.4 Pengolahan Data dengan R 74

5.4.1 Mengaktifkan R 74

5.4.2 Pengisian dan Pengolahan Data 76

BAB 6 PENUTUP 79

6.1 Kesimpulan 79

6.2 Saran 80

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

Tabel 3.1 Wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara 31 Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota

Atas Dasar Harga Konstanta 2000 (persen) Tahun 2011 36 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 37 Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Menurut

Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011 37 Tabel 4.4 Rata-rata Lama Sekolah, Konsumsi Perkapita, Jumlah

Penduduk Melek Huruf, Angka Harapan Hidup dan Indeks

Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 38 Tabel 4.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke

Atas Menurut Kabupaten/Kota 39

Tabel 4.6 Tabel Korelasi Antar Variabel 44


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar

Gambar 2.1 Model Regresi Linear 13

Gambar 2.2 Model Mediasi 13

Gambar 2.3 Model Kombinasi 14

Gambar 2.4 Model Kompleks 14

Gambar 2.5 Model Rekursif dan Non Rekursif 15

Gambar 2.6 Model Persamaan Satu Jalur 16

Gambar 2.7 Model Persamaan Dua Jalur 16

Gambar 2.8 Model Persamaan Tiga Jalur 17

Gambar 2.9 Diagram Jalur 17

Gambar 2.10 Hubungan Kausal dari 18

Gambar 4.1 Model Diagram Jalur Berdasarkan Hubungan

Paradigma Variabel 41

Gambar 4.2 Model Diagram Jalur Persamaan Struktural 42

Gambar 4.3 Hubungan Sub Struktur 1 45

Gambar 4.4 Hubungan Sub Struktur 2 47

Gambar 4.5 Hubungan Sub Struktur 3 50

Gambar 4.6 Besar Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap

Endogen 53

Gambar 5.1 Tampilan Mengaktifkan SPSS 17.0 71

Gambar 5.2 Tampilan Worksheet SPSS 17.0 for Windows 71 Gambar 5.3 Tampilan Pengisian Dara Variabel Pada Variabel View 73 Gambar 5.4 Tampilan Pengisian Data Pada Variabel pada Data View 73 Gambar 5.5 Tampilan pada Jendela Bivariate Correlations 74

Gambar 5.6 Tampilan Mengaktifkan R-2.15.2 75

Gambar 5.7 Tampilan Worksheet R-2.15.2 for Windows 75 Gambar 5.8 Tampilan Perhitungan Invers Matriks Sub Struktur I 76 Gambar 5.9 Tampilan Perhitungan Invers Matriks Sub Struktur I 77 Gambar 5.10 Tampilan Perhitungan Invers Matriks Sub Struktur I 78


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dalam pengelompokkan negara berdasarkan taraf kesejahteraan masyarakatnya, dimana salah satu permasalahan yang dihadapi oleh negara–negara berkembang termasuk indonesia adalah masalah pengangguran.

Penggangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah untuk dipahami. Apabila pengangguran tersebut tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan kerawanan sosial, dan berpotensi mengakibatkan kemiskinan (Badan Pusat Statistik, 2007).

Pertumbuhan penduduk yang tinggi, menimbulkan kesulitan pada Negara- Negara berkembang untuk mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat. Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar sekali dapat menimbulkan beberapa beberapa masalah baru dan salah satu masalah tersebut adalah masalah pengangguran. Sedangkan pertambahan penduduk yang semakin pesat dan semakin besar jumlahnya menyebabkan masalah pengangguran menjadi bertambah buruk (Sadono Sukirno, 1985).

Pengangguran merupakan isu penting dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara dan beberapa indikator ekonomi yang dapat mempengaruhi besarnya tingkat pengangguran diantaranya adalah tingkat inflasi yang terjadi, besaran tingkat upah yang berlaku, tingkat pertumbuhan


(11)

penduduk dan tingkat kesempatan kerja. Dengan semakin tinggi tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan penduduk maka akan berpengaruh dengan tingkat pengangguran yang semakin tinggi. Sedangkan semakin tinggi tingkat upah dan tingkat kesempatan kerja akan berpengaruh pada tingkat pengangguran yang rendah.

Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya kesenjangan antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak perpindahan tenaga kerja (migrasi) baik antara desa-desa maupun secara sektoral. Hal ini sejalan dengan pernyataan Todaro (2000) yang menjelaskan bahwa terjadinya perpindahan penduduk disebabkan oleh tingginya upah/ pendapatan yang besar antara daerah untuk datang dan mencari pekerjaan dikota.

Ada kecendrungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku dan teknologi tersedia (Tambunan, 2001).

Kesempatan kerja timbul karena adanya investasi dan usaha. Untuk memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Strategi pembangunan yang diterapkan juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Strategi pembangunan dan sasaran tujuan nasional harus benar -benar memperhatikan aspek sumber daya manusia dalam memasuki lapangan kerja. Orientasi untuk peningkatan GDP (Gross Domestic Product) harus terlebih


(12)

dahulu diikuti oleh peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan keterampilan yang memadai agar dalam pembangunan tersebut peningkatan GDP (Gross Domestic Product) juga diikuti dengan peningkatan

produktivitas kerja.

Angkatan kerja yang telah bekerja tersebar di sektor-sektor ekonomi yang ada dan sebagian besar berada disekitar industri, perdagangan dan keuangan. Kondisi ini sejalan dengan kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Peningkatan investasi akan meningkatkan kesempatan kerja dan peningkatan upah akan menunrunkan pengangguran.

Secara teoritis permintaan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat upah. Ditinjau dari faktor upah, selama ini masalah yang sering timbul dalam hal pengupahan adalah adanya perbedaan pengertian dan kepentingan mengenai upah antara pengusaha dan pekerja. Sehingga hal ini diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasi perbedaan kepentingan tersebut. Perbaikan upah berarti peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakateningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan akan barang dan jasa yang kemudian pada gilirannya secara makro mendorong perusahaan untuk berkembang.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul PENERAPAN

ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI SUMATERA UTARA.


(13)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan suatu masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu Beberapa besar pengaruh laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah, indeks pembangunan manusia, tingkat pertumbuhan PDRB, jumlah penduduk melek huruf, konsumsi perkapita, tingkat partisipasi angkatan kerja dan angka harapan hidup dapat mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan ini dibatasi faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka pada 9 faktor saja yang dianggap penting seperti dirumuskan dalam rumusan masalah yang datanya diambil dari BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh masing-masing faktor yakni laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah, indeks pembangunan manusia, tingkat pertumbuhan PDRB, jumlah penduduk melek huruf, konsumsi perkapita, tingkat partisipasi angkatan kerja dan angka harapan hidup, serta pengaruh total (simultan) terhadap tingkat pengangguran terbuka tahun 2011 di Provinsi Sumatera Utara.


(14)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan/input bagi pemerintah pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dalam mengambil keputusan mengenai rencana peningkatan kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.

2. Menambah pengalaman penulis dalam menerapkan dan mengembangkan konsep ilmiah (ilmu pengetahuan) yang diperoleh dari perkuliahan untuk menyelesaikan permasalahan yang diteliti.

1.6 Metode Penelitian

1. Jenis data dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang dapat diukur secara langsung atau dinilai dengan angka yang diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Utara.

2. Teknik Pengumpulan data

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan

kepustakaan berupa jurnal, buku-buku, dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data tertulis (mengutip atau mengumpulkan dokumen) yang terkait dengan penelitian.


(15)

3. Metode Pengolahan Data

Adapun metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menentukan variabel eksogen dan variabel endogen. b. Merumuskan hipotesis.

c. Menggambarkan diagram jalur lengkap. d. Merumuskan persamaan struktural. e. Menghitung koefisien jalur.

f. Menghitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen.

g. Menguji koefisien jalur dan melakukan proses trimming apabila model jalurnya tidak signifikan.

Membuat kesimpulan.

1.7 Tinjauan Pustaka

Metode analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi linier berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung (terikat) tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung (Robert D Rutherford,1993).

Metode analisis data ini biasanya menggunakan model jalur. Model jalur adalah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas (X), variabel perantara, dan variabel terikat (Y). Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak panah yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel bebas (X), perantara, dan variabel terikat (Y). Berdasarkan model jalur


(16)

akan diperoleh persamaan struktural. Secara umum rumus persamaan jalur dapat dituliskan sebagai berikut:

di mana:

Y = variabel terikat

= koefisien jalur ke-i,

Xi = variabel bebas ke-i,

Untuk menghitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung variabel bebas terhadap variabel terikat adalah:

1. Besarnya Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE) variabel bebas

terhadap variabel terikat . DE = ( )2 ,

2. Besarnya Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE) variabel

bebas terhadap variabel terikat melalui hubungan korelasi dari variabel .

IE = ( ) ( ) ( ),

3. Besarnya Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE) variabel

terhadap variabel terikat melalui variabel bebas . IE = ( ) ( ),


(17)

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang diuraikan oleh penulis antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang segala sesuatu yang mencangkup tentang penyelesaian masalah sesuai dengan judul yang dibuat secara teoritis.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA

Bab ini menguraikan tentang sejarah singkat Privinsi Sumatera Utara, letak dan keadaan geografis serta profil penduduk Provinsi Sumatera Utara .

BAB 4 PENGOLAHAN DATA

Bab ini menguraikan tentang analisis dan pengolahan data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi hingga diperoleh suatu kesimpulan.

BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini menguraikan tentang penggunaan program R-2.15.2 dan SPSS 17.0

dalam mengolah data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti serta saran-saran.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Analisis Jalur

Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya sebuah teknik yang merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Teknik ini juga dikenal sebagai model sebab-akibat (causing modeling). Definisi analisis jalur, di antaranya: “Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel

tergantungnya tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung”

(Robert D. Rutherford, 1993). Definisi lain mengatakan “Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi

(significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel” (Paul Webley, 1997).

Model analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Model analisis jalur yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian dalam kerangka analisis jalur hanya berkisar pada variabel bebas (X1, X2, …, Xk) berpengaruh terhadap variabel


(19)

kausal total maupun simultan seperangkat variabel bebas (X1, X2, …, Xk) terhadap

variabel terikat Y.

2.2 Asumsi-asumsi Analisis Jalur

Sebelum melakukan analisis, ada beberapa prinsip dasar atau asumsi yang mendasari analisis jalur, yaitu:

1. Pada model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah bersifat linier, adaptif, dan bersifat normal.

2. Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang berbalik.

3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan ratio.

4. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel

untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

5. Variabel observasi diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung.

6. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori yang dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.

2.3 Manfaat Analisis Jalur

Manfaat model analisis jalur di antaranya adalah:

1. Untuk penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti.


(20)

2. Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X), dan prediksi dengan analisis jalur ini bersifat kualitatif.

3. Faktor dominan terhadap variabel terikat (Y) dapat digunakan untuk menelusuri mekanisme pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y). 4. Pengujian model mengggunakan teori trimming baik untuk uji reliabilitas

konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan konsep baru.

2.4 Beberapa Istilah dalam Analisis Jalur

Model jalur adalah ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas, perantara dan terikat. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak panah. Anak panah-anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel bebas (exogenous) atau perantara dengan satu

variabel dengan variabel terikat atau lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahan (variable residue) dengan semua variabel terikat (endogenous)

masing-masing. Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara pasangan variabel-variabel exogeneus.

Variabel exogenous dalam suatu model jalur ialah semua variabel yang tidak

ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel exogenous dikorelasikan maka korelasi tersebut ditunjukkan

dengan anak panah dengan kepala dua yang menghubungkan variabel-variabel tersebut.

Variabel endogenous ialah variabel yang mempunyai anak-anak panah

menuju ke arah variabel tersebut. Variabel yang termasuk di dalamnya ialah mencakup semua variabel perantara dan terikat. Variabel perantara endogenous


(21)

mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur. Adapun variabel tergantung hanya mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya.

Koefisien jalur adalah koefisien regresi standar atau disebut „beta‟ yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel terikat dalam suatu model jalur tertentu. Oleh karena itu, jika suatu model mempunyai dua atau lebih variabel-variabel penyebab, maka koefisien-koefisien jalurnya merupakan koefisien-koefisien regresi parsial yang mengukur besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu model jalur tertentu yang mengontrol dua variabel lain sebelumnya dengan menggunakan data yang sudah distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan.

Jenis pengaruh dalam analisis jalur yaitu Direct Effect (DE) dan Indirect

Effect (IE). Direct Effect (DE) adalah pengaruh langsung yang dapat dilihat dari

koefisien dari satu variabel ke variabel lainnya, dan Indirect Effect (IE) adalah

urutan jalur melalui satu atau lebih variabel perantara.

2.5 Model Analisis Jalur

Sebelum menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi, diagram jalur terlebih dahulu dibuatkan dengan lengkap. Adapun model diagram jalur dan persamaan struktural yang paling sederhana sampai dengan yang lebih rumit di antaranya:

1. Model Regresi Berganda

Model ini merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan dua variabel exogenous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogenous Y.


(22)

Model digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Regresi Berganda 2. Model Mediasi

Model mediasi atau perantara di mana variabel Y memodifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Z. Model digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Model Mediasi

3. Model Kombinasi

Model ini merupakan kombinasi model regresi berganda dan model mediasi, yaitu variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y.

X1

Y X2

X

Y


(23)

Model digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Model Kombinasi 4. Model Kompleks

Model ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1 secara

langsung mempengaruhi variabel Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak

langsung mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel

Y1. Model digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4 Model Kompleks X

Z

Y

X2

X1


(24)

5. Model Rekursif dan Model Non Rekursif

�41 e3

�21 �31

r21 �43

�32 �42

e1 e2

e1

Gambar 2.5 Model Rekursif dan Non Rekursif

Dari sisi pandang arah sebab-akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu rekursif dan

non rekursif. Model tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

- Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3, dan 4; dari 2 ke 3 dan dari 3 menuju ke 4. Tidak ada arah yang terbalik, misalnya dari 4 ke 1. - Hanya terdapat satu variabel exogenous, yaitu 1 dan tiga variabel

endogenous, yaitu 2, 3, dan 4. Masing-masing variabel endogenous

diterangkan oleh variabel 1 dan error (e1, e2, e3).

- Satu variabel endogenous dapat menjadi penyebab variabel endogenous

lainnya, tetapi bukan ke variabel exogenous.

Model non rekursif terjadi jika anak panah tidak searah atau terjadi arah yang

terbalik (looping), misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat

sebab-akibat (reciprocal cause). Ada tiga tipe model dalam model rekursif dan non

rekursif, yaitu: 1

4 3


(25)

a). Model persamaan satu jalur

Gambar 2.6 Model Persamaan Satu Jalur

b). Model persamaan dua jalur

Gambar 2.7 Model Persamaan Dua Jalur X1

Y X2

X3

X1

Y2

X4

X2


(26)

c). Model persamaan tiga jalur

Gambar 2.8 Model Persamaan Tiga Jalur

2.6 Model Persamaan Struktural

Persamaan struktural atau juga disebut model struktural yaitu apabila setiap variabel endogen (endogenous) secara unik keadaannya ditentukan oleh

seperangkat variabel eksogen (exogenous). Selanjutnya gambar meragakan

struktur hubungan kausal antar variabel disebut diagram jalur. Jadi, persamaan ini Y=F(X1; X2; X3) dan Z=F(X1; X3;Y) merupakan persamaan struktural karena

setiap persamaan menjelaskan hubungan kausal yaitu variabel eksogen X1, X2,

dan X3 terhadap variabel endogen Y dan Z. Diagram jalur untuk model struktural

sebagai berikut:

ɛ1

ɛ2

Gambar 2.9 Diagram Jalur X1

Y X3

X4

X2

X1

Y X2

Z


(27)

Persamaan model struktural untuk diagram jalur, yaitu:

Jadi, secara sistematik analisis jalur mengikuti pola model struktural, sehingga langkah awal untuk mengerjakan atau penerapan model analisis jalur yaitu dengan merumuskan persamaan struktural dan diagram jalur yang berdasarkan kajian teori tertentu yang telah diuraikan.

2.7 Koefisien Jalur

Besarnya pengaruh langsung dari suatu variabel eksogen terhadap variabel endogen tertentu, dinyatakan oleh besarnya nilai numerik koefisien jalur (path

coefficient) dari eksogen ke endogen.

ɛ

Gambar 2.10 Hubungan Kausal dari X1, X2, X3

Hubungan antara X1 dan X2 adalah hubungan korelasional. Intensitas

keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi

r

X1X2.

Hubungan X1 dan X2, ke X3 adalah hubungan kausal. Besarnya nilai numerik

koefisien jalur dan . Koefisien jalur menggambarkan besarnya pengaruh langsung variabel residu (implicit exogenous variable) terhadap X3.

Langkah kerja yang dilakukan untuk menghitung koefisien jalur adalah: X1

X3


(28)

1. Gambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya. Dengan demikian tampak jelas variabel apa saja yang merupakan variabel eksogen dan variabel endogennya.

2. Menghitung matriks korelasi antar variabel.

X1 X2 Xk

[

]

Formula untuk menghitung koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Product Moment Coeffisient dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik

koefisien korelasi dari Karl Pearson adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval. Formulanya:

                               

 

       n j n j j j n j n j j j n j n j j j n j j j Y x Y X n X X n Y X Y X n r j j 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 di mana:

koefisien korelasi variabel dan variabel

1,2,…,n


(29)

3. Identifikasikan sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien jalurnya. Misalkan dalam substruktur yang telah diidentifikasi terdapat k buah variabel eksogen, dan sebuah variabel endogen Xu yang dinyatakan oleh

persamaan:

di mana:

= Variabel eksogenus , = Variabel endogenus

= error

dan untuk menghitung koefisien residunya ( ) dihitung dengan rumus:

√ ( ) di mana:

= Variabel eksogenus = Variabel endogenus = error

Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogen yang menyusun sub-struktur tersebut:

X1 X2 Xk

[


(30)

4. Menghitung matriks invers korelasi eksogen, dengan rumus berikut: X1 X Xk

[

]

5. Menghitung semua koefisien jalur , di mana melalui rumus:

[

]

[

]

[

]

2.7.1 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen

Pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogen dari dua atau lebih variabel eksogen, dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa juga berupa pengaruh tidak langsung, yaitu melalui variabel eksogen yang lainnya.

Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen) secara parsial (berdasarkan Gambar 2.10), dapat dilakukan dengan rumus:

1. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect atau DE) variabel bebas

terhadap variabel terikat . DE=

(

)

2

,

2. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect atau IE) variabel bebas


(31)

variable

.

,

3. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel terikat

.

Pengaruh Total = DE + IE

Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(

) [

]

di mana:

1. adalah koefisien determinasi total terhadap atau besarnya pengaruh variabel eksogen secara bersama-sama (gabungan) terhadap variabel endogen.

2.

(

)

adalah koefisien jalur.

3.

(

)

adalah koefisien variabel eksogen

dengan variabel endogen .

2.7.2 Pengujian Koefisien Jalur

Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah

dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen, dapat dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut:


(32)

1. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji.

H0 :

= 0,

artinya tidak terdapat pengaruh variabel endogen ( )

terhadap variabel endogen ( ).

H1 :

≠ 0,

artinya tidak terdapat pengaruh variabel endogen ( ) terhadap

variabel endogen ( ).

2. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu: a. Untuk menguji setiap koefisien jalur:

√ ( )

di mana:

Banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji.

Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas

Kriteria pengujian: Ditolak H0 jika nilai

t

hitung lebih besar dari nilai

t

tabel.

( )

b. Untuk menguji koefisien jalur secara keseluruhan/bersama-sama:


(33)

di mana:

Banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji.

Mengikuti tabel distribusi F Snedecor, dengan derajat bebas k dan

.

Kriteria pengujian: Ditolak H0 jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel.

(

)

.

2.8 Pengangguran

Sumber daya manusia mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja yang diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha yang diberikan seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang atau jasa. Pengertian kedua dari sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu melaksanakan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Payaman Simanjutak, 1985).

Sumber daya manusia atau sering disebut dengan human resources merupakan

penduduk secara keseluruhan. Dari segi penduduk sebagai faktor produksi, maka tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi.

Menurut Payaman J. Simanjutak ( 1985), penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan. Untuk mengukur tingkat


(34)

pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja dan dinyatakan dalam persen.

Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan kepada tiga jenis yaitu:

a. Pengangguran friksional

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk sekedar waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi. b. Pengangguran structural

Pengangguran struktural terjadi karena ada problema dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan ketrampilan baru tersebut.

c. Pengangguran musiman

Pengangguran musiman terjadi karena pergantian musim. Di luar musim panen da turun ke sawah, banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu musim yang baru. Selama masa mengunggu tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur musiman, namun dalam sensus penduduk 1971, survey nasional 1976 dan sensus penduduk 1980


(35)

hal ini tidak jelas terlihat karena mereka menurut definisi digolongkan bekerja.

Menurut Irawan dan Suparmoko (1983), di Negara yang sedang berkembang, pengangguran dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:

a. Pengangguran yang kelihatan ( Visible underemployment )

Pengangguran yang kelihatan akan timbul apabila jumlah waktu kerja yang sungguh- sungguh digunakan lebih sedikit daripada waktu kerja yang sanggup / disediakan untuk bekerja.

b. Pengangguran tak kentara ( invisible underemployment )

Pengangguran tak kentara terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik (setelah ada perubahan – perubahan sederhana dalam organisasi atau metode produksi tetapi tanpa suatu tambahan yang besar) ke sektor/perusahaan lain tanpa mengurangi output.

c. Pengangguran potensial ( Potential underemployment)

Pengangguran potensial merupakan suatu perluasan daripada disguised

unemployment, dalam arti bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat

ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi ouput; hanya harus dibarengi dengan perubahan – perubahan fundamental dalam metode – metode produksi yang memerlukan pembentukan capital yang berarti.

Menurut BPS, Pengangguran terbuka terdiri atas: 1. Penduduk yang sedang mencari pekerjaan 2. Penduduk yang sedang mempersiapkan usaha


(36)

4. Penduduk yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka yang menunjukkan banyaknya pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan kerja. Pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep

seluruh angkatankerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali maupun yang sedang bekerja sebelumnya. Sedang pekerja yang digolongkan setengah penganguran (underemployment) adalah pekerja yang

masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal, atau berarti bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu). Namun masih mau menerima pekerjaan, serta mereka yang tidak mencari pekerjaan namun mau menerima pekerjaan itu. Pekerja digolongkan setengah pengangguran parah (severely underemployment)

bila ia termasuk setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam seminggu.

Menururt Kaufman dan Hotckiss (1999:657-668) penganguran akan muncul dalam suatu perekonomian disebabkan oleh tiga hal; proses mencari kerja, kelakuan upah dan efisiensi terhadap upah.

1. Proses mencari kerja

Pada proses ini disediakan penjelasan teoritis yang penting bagi tingkat pengangguran. Munculnya angkatan kerja baru akan menimbulkan persaingan yang ketat pada proses mencari kerja. Dalam proses ini terdapat hambatan dalam mencari kerja yaitu disebabkan adanya para pekerja yang ingin pindah ke pekerjaan lain, tidak sempurnanya informasi yang diterima pencari kerja mengenai


(37)

lapangan pekerjaan yang tersedia, serta informasi yang tidak sempurna pada besarnya tingkat upah yang layak mereka terima, dan sebagainya.

2. Kelakuan upah

Besarnya pengangguran yang terjadi dipengaruhi juga oleh tingkat upah yang tidak fleksibel dalam pasar tenaga kerja. Penurunan pada proses produksi dalam perekonomian akan mengakibatkan pergeseran atau penurunan pada permintaan tenaga kerja. Akibatnya akan terjadi penurunan besarnya upah yang ditetapkan. Dengan adanya kelakuan upah, dalam jangka pendek, tingkat upah akan mengalami kenaikan pada tingkat upah semula. Hal itu akan menimbulkan kelebihan penawaran (excess supply) pada tenaga kerja sebagai indikasi dari

adanya tingkat pengangguran akibat kelakuan upah yang terjadi. 3. Efisiensi upah

Besarnya upah juga dipengaruhi oleh efisiensi pada teori pengupahan. Efisiensi yang terjadi pada fungsi tingkat upah tersebut terjadi karena semakin tinggi perusahaan membayar upah maka akan semakin keras usaha pata pekerja untuk bekerja (walaupun akan muncul juga kondisi dimana terjadi diminishing rate). Hal ini justru akan memberikan

konsekuensi yang buruk jika perusahaan memilih membayar lebih pada tenaga kerja yang memiliki efisiensi lebih tinggi maka justru akan terjadi pengangguran terpaksa akibat dari persaingan yang ketat dalam mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.


(38)

BAB 3

GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA

3.1 Geografi Sumatera Utara

3.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10– 40 Lintang Utara dan 980 – 1000 Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan provinsi Aceh, sebelah timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan disebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 Km2, Sebagian besar berada di daratan pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di provinsi pulau Nias, pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik dibagian Barat maupun dibagian Timur pantai pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 Km2, atau sekitar 9,23% dari total luas Sumatera Utara, diiuti kabupaten Langkat dengan luas 6263,29 Km2 atau 8,74% dari total luas Sumatera Utara, kemudian kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 Km2 atau sekitar 6,12% dari total luas Sumatera Utara. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 Km2 atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara .


(39)

Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota. Adapun kabupaten/kota yang ada di rovinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara

Wilayah Kabupaten Wilayah Kota

Nias Nias Selatan Sibolga

Mandailing Natal Humbang Hasundutan Tanjung Balai

Tapanuli Selatan Pakpak Bharat Pematang Siantar

Tapanuli Tengah Samosir Tebing Tinggi

Tapanuli Utara Serdang Bedagai Medan

Toba Samosir Batu Bara Binjai

Labuhan Batu Padang Lawas Utara Padang Sidimpuan

Asahan Padang Lawas Gunung Sitoli

Simalungun Labuhan Batu Selatan

Dairi Labuhan Batu Utara

Karo Nias Utara

Deli serdang Nias Selatan

Langkat

Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Daratan Tinggi, dan Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Pdang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga, dan Kota Gunung Sitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten dairi, Kabupaten karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Lbuhan Batu Utara, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten


(40)

Deli Serdang, Kabupaten Lngkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.

3.1.2 Iklim

Karena terletak dekat garis khatulistiwa provinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33,40C, sebagian daerahnya berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhunya minimal bisa mencapai 23,70C.

Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret. Diantara kedua musim tersebut diselingi oleh musim pancaroba.

3.2Penduduk Sumatera Utara

3.2.1 Jumlah Penduduk

Provinsi Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat terbesar jumlah penduduknyadi Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April 2003 dilakukan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah


(41)

penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil sensus penduduk pada bulan Mei 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara 12.982.204 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun1990 adalah 143 jiwa per Km2 dan tahun 2000 meningkat menjadi 161 jiwa per Km2. Laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 1990-2000 adalah 1,20% per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi 1,22% per tahun.

Pada tahun 2012 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.215.401 jiwa. Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah sekitar 6.544.299 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 6.671.102 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 99,52.

Pada tahun 2012 penduduk Sumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,67 juta jiwa (50,48%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6,54 juta jiwa (49,52%).

3.2.2 Suku dan Agama

Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli provinsi ini. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1. Melayu :Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kabupaten Langkat

2. Batak Karo :Kabupaten Karo, Deli Serdang, Langkat, dan Medan.


(42)

3. Batak Toba :Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Toba Samosir

4. Batak Mandailing :Kabupaten Mandailing Natal.

5. Batak Angkola :Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas 6. Batak Simalungun :Kabupaten Simalungun

7. Batak Pakpak :Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat

8. Nias :Pulau Nias

9. Minangkabau :Kota Medan, Kabupaten Batu Bara, dan Pesisir Barat

10.Aceh :Kota Medan

11.Jawa :Pesisir Timur

12.Tionghoa :Perkotaan pesisir Timur dan Barat

Sebagai provinsi yang multietnis maka pendududk provinsi Sumatera Utara juga menganut agama ataupun kepercayaan yang beragam. Agama utama di provinsi Sumatera Utara adalah:

1. Islam, terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Batak Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak.

2. Kristen (Protestan dan Katolik), terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Batak Toba, Pakpak, Mandailing, dan Nias.

3. Hindu, terutama dipeluk oleh suku Tamil diperkotaan. 4. Buddha, terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan. 5. Konghucu, terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan.


(43)

6. Parmalim, dipeluk oleh sebagian oleh suku Batak di Huta Tinggi. 7. Animisme, masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu


(44)

BAB 4

PENGOLAHAN DATA

4.1 Penyajian Data

Data yang akan diolah dalam tugas akhir ini adalah data yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, yaitu data mengenai tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 per Kabupaten/Kota (persen).

Adapun data laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah, indeks pembangunan manusia, produk domestik regional bruto perkapita, jumlah penduduk yang melek huruf, konsumsi perkapita, tingkat partisipasi agkatan kerja dan angka hatapan hidup dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen) Tahun 2011

j Kabupaten/Kota 2011 J Kabupaten/Kota 2011

Kabupaten Kabupaten

1 Nias 6,81 18 Serdang Bedagai 5,98

2 Mandailing Natal 6,43 19 Batu Bara 5,11

3 Tapanuli Selatan 5,26 20 Padang Lawas Utara 6,81

4 Tapanuli Tengah 6,27 21 Padang Lawas 6,39

5 Tapanuli Utara 5,54 22 Labuhan Batu Selatan 6,13

6 Toba Samosir 5,26 23 Labuhan Batu Utara 6,21

7 Labuhan Batu 5,72 24 Nias Utara 6,88

8 Asahan 5,37 25 Nias Barat 6,76

9 Simalungun 5,81 Kota

10 Dairi 5,28 26 Sibolga 5,06

11 Karo 6,59 27 Tanjungbalai 5,11

12 Deli Serdang 6,01 28 Pematangsiantar 6,02

13 Langkat 5,78 29 Tebing Tinggi 6,67

14 Nias Selatan 4,46 30 Medan 7,69

15 Humbang Hasundutan 5,94 31 Binjai 6,28

16 Pakpak Bharat 5,98 32 Padangsidimpuan 5,99

17 Samosir 5,96 33 Gunung Sitoli 6,55


(45)

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

j Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk (Jiwa)

j Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kabupaten Kabupaten

1 Nias 132 605 18 Serdang Bedagai 599 941

2 Mandailing Natal 408 731 19 Batu Bara 379 400

3 Tapanuli Selatan 266 282 20 Padang Lawas Utara 225 621

4 Tapanuli Tengah 314 142 21 Padang Lawas 227 365

5 Tapanuli Utara 281 868 22 Labuhan Batu Selatan 280 269

6 Toba Samosir 174 748 23 Labuhan Batu Utara 333 793

7 Labuhan Batu 418 992 24 Nias Utara 128 343

8 Asahan 674 521 25 Nias Barat 82 572

9 Simalungun 825 366 Kota

10 Dairi 272 578 26 Sibolga 85 271

11 Karo 354 242 27 Tanjungbalai 155 889

12 Deli Serdang 1 807 173 28 Pematangsiantar 236 893

13 Langkat 976 582 29 Tebing Tinggi 146 606

14 Nias Selatan 292 417 30 Medan 2 117 224

15 Humbang

Hasundutan 173 255

31 Binjai

248 456

16 Pakpak Bharat 40 884 32 Padangsidimpuan 193 322

17 Samosir 120 772 33 Gunung Sitoli 127 382

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Rupiah) Tahun 2011

j Kabupaten/Kota Rupiah j Kabupaten/Kota Rupiah

Kabupaten Kabupaten

1 Nias 4 114 201 18 Serdang Bedagai 8 039 104

2 Mandailing Natal 5 290 955 19 Batu Bara 20 485 243

3 Tapanuli Selatan 7 086 187 20 Padang Lawas Utara 3 710 435

4 Tapanuli Tengah 4 169 588 21 Padang Lawas 3 510 898

5 Tapanuli Utara 6 044 495 22 Labuhan Batu Selatan 10 737 944

6 Toba Samosir 10 612 552 23 Labuhan Batu Utara 10 065 377

7 Labuhan Batu 8 229 894 24 Nias Utara 4 078 894

8 Asahan 8 420 068 25 Nias Barat 3 285 312

9 Simalungun 7 141 787 Kota

10 Dairi 7 920 146 26 Sibolga 9 117 743

11 Karo 10 131 858 27 Tanjungbalai 9 419 060

12 Deli Serdang 8 515 516 28 Pematangsiantar 9 124 757

13 Langkat 7 810 450 29 Tebing Tinggi 8 481 007

14 Nias Selatan 4 339 593 30 Medan 18 220 195

15 Humbang

Hasundutan

6 154 848 31 Binjai 8 644 670

16 Pakpak Bharat 4 274 131 32 Padangsidimpuan 5 132 000

17 Samosir 9 287 062 33 Gunung Sitoli 7 254 260


(46)

Tabel 4.4 Rata-rata lama sekolah, Konsumsi perkapita, Jumlah Penduduk Melek Huruf, Angka Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

j Kabupaten/Kota

Rata-rata lama sekolah Konsumsi Perkapita Melek Huruf Angka Harapan Hidup IPM Kabupaten

1 Nias 8,86 610,30 90,44 69,77 69,03

2 Mandailing Natal 6,45 639,92 99,33 63,70 71,00

3 Tapanuli Selatan 7,92 646,21 99,83 67,34 74,39

4 Tapanuli Tengah 8,95 622,02 95,78 68,26 71,54

5 Tapanuli Utara 8,15 635,19 98,60 70,02 74,77

6 Toba Samosir 8,97 649,31 98,35 70,02 76,88

7 Labuhan Batu 9,89 638,21 97,96 70,75 74,53

8 Asahan 8,53 633,82 97,01 70,02 73,02

9 Simalungun 7,90 635,71 97,50 69,13 73,84

10 Dairi 8,70 630,60 98,16 69,08 73,48

11 Karo 8,91 628,55 98,72 68,59 75,73

12 Deli Serdang 9,22 635,17 98,53 72,29 75,62

13 Langkat 9,50 631,93 96,96 70,88 73,51

14 Nias Selatan 8,78 604,98 85,20 69,12 67,70

15 Humbang

Hasundutan

6,33 616,75 98,21 70,36 72,36

16 Pakpak Bharat 9,31 617,58 96,52 67,96 71,15

17 Samosir 8,20 625,88 97,47 67,81 74,12

18 Serdang Bedagai 9,54 631,93 97,80 69,84 73,58

19 Batu Bara 8,65 632,09 95,27 68,08 72,05

20 Padang Lawas

Utara

7,61 636,33 99,53 68,71 73,11

21 Padang Lawas 8,89 628,99 99,66 66,62 72,47

22 Labuhan Batu

Selatan

8,40 631,66 98,93 67,09 74,12

23 Labuhan Batu

Utara

8,21 633,10 98,53 70,23 73,85

24 Nias Utara 8,01 608,33 89,19 69,97 68,05

25 Nias Barat 6,10 611,71 84,30 69,24 67,05

26 Kota

Sibolga 9,72 632,51 99,29 70,29 75,42

27 Tanjung balai 8,89 627,56 98,99 70,76 74,61

28 Pematang siantar 10,89 637,56 99,47 72,29 77,82

29 Tebing Tinggi 9,90 642,57 98,73 71,47 76,86

30 Medan 10,84 638,19 99,36 72,06 77,68

31 Binjai 9,99 636,38 99,19 71,89 76,78

32 Padangsidimpuan 10,19 632,41 99,70 69,72 75,53

33 Gunung Sitoli 8,72 615,15 96,75 70,29 72,33


(47)

Tabel 4.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut

Kabupaten/Kota

j Kabupaten/Kota TPAK TPT J Kabupaten/Kota TPAK TPT

Kabupaten Kabupaten

1 Nias 76.51 4.69 18 Serdang Bedagai 73.69 4.89

2 Mandailing Natal 73.79 4.52 19 Batu Bara 74.09 4.97

3 Tapanuli Selatan 75.57 4.18 20 Padang Lawas

Utara 76.16 4.61

4 Tapanuli Tengah 74.03 5.22 21 Padang Lawas 74.87 6.95

5 Tapanuli Utara 74.80 3.85 22 Labuhan Batu

Selatan 76.15 3.92

6 Toba Samosir 74.51 2.35 23 Labuhan Batu

Utara 75.04 4.93

7 Labuhan Batu 73.55 5.88 24 Nias Utara 74.35 4.75

8 Asahan 73.22 6.14 25 Nias Barat 74.91 3.83

9 Simalungun 73.84 4.62 26 Kota

10 Dairi 76.09 2.60 Sibolga 68.76 9.82

11 Karo 75.75 4.46 27 Tanjung balai 68.17 10.88

12 Deli Serdang 70.24 7.69 28 Pematang siantar 65.79 9.50

13 Langkat 74.26 5.78 29 Tebing Tinggi 67.31 8.36

14 Nias Selatan 75.19 5.23 30 Medan 67.11 9.97

15 Humbang

Hasundutan 75.23 3.56 31 Binjai 67.85 8.73

16 Pakpak Bharat 83.03 3.92 32 Padang sidimpuan 69.45 8.81

17 Samosir 75.01 2.26 33 Gunung Sitoli 72.78 6.09

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

4.2 Pengolahan Data

4.2.1Menentukan variabel eksogen dan variabel endogen

Variabel eksogen adalah Laju pertumbuhan ekonomi, Jumlah penduduk, Rata-rata lama sekolah, Indeks pembangunan manusia, Produk domestik regional bruto per kapita atas dasar harga konstan 2000, Melek huruf, Tingkat partisipasi angkatan kerja, sedangkan variabel endogen adalah Tingkat pengangguran terbuka.


(48)

4.2.2Merumuskan Hipotesis

Hipotesis (sebagai H1) dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu) yaitu rata-rata lama sekolah dan

indeks pembangunan manusia terhadap variabel endogen (Xk) yaitu angkatan

kerja secara signifikan.

2. Terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu) yaitu produk domestik regional bruto,

melek huruf dan konsumsi perkapita terhadap variabel endogen (Xk) yaitu

angka harapan hidup secara signifikan.

3. Terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu) yaitu laju pertumbuhan ekonomi,

jumlah penduduk, angkatan kerja dan angka harapan hidup terhadap variabel endogen (Xk) yaitu tingkat pengangguran terbuka secara signifikan.

4.2.3Menggambarkan Model Jalur

Menggambarkan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan variabel dengan tahapan seperti berikut:

1. Terdapat hubungan kausalitas variabel laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran terbuka .

2. Terdapat hubungan kausalitas variabel jumlah penduduk terhadap tingkat pengangguran terbuka .

3. Terdapat hubungan korelasi variabel rata-rata lama sekolah dengan angkatan kerja .

4. Terdapat hubungan kausalitas variabel indeks pembangunan manusia terhadap angkatan kerja .


(49)

5. Terdapat hubungan kausalitas variabel produk domestik regional bruto terhadap angka harapan hidup .

6. Terdapat hubungan kausalitas variabel melek huruf terhadap angka harapan hidup .

7. Terdapat hubungan kausalitas variabel konsumsi perkapita terhadap angka harapan hidup .

8. Terdapat hubungan kausalitas variabel angka harapan hidup terhadap tingkat pengangguran terbuka .

9. Terdapat hubungan kausalitas variabel angkatan kerja terhadap tingkat pengangguran terbuka

Gambar 4.1 Model Diagram Jalur Berdasarkan Hubungan Paradigma Variabel


(50)

di mana:

: Tingkat PengangguranTerbuka (%) : Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) : Jumlah Penduduk (Jiwa)

: Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) : Indeks Pembangunan Manusia : PDRB Per Kapita (Rupiah)

: Jumlah Penduduk Melek Huruf (Jiwa)

7 : Pengeluaran rill per kapita (Rupiah)

: Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja (%) : Harapan Hidup (Tahun)

4.2.4Merumuskan Persamaan Struktural

Merumuskan persamaan strukturalnya harus berdasarkan model diagram jalur sebagai berikut:

Gambar 4.2 Model Diagram Jalur Persamaan Struktural


(51)

Diagram jalur tersebut terdiri atas tiga persamaan sruktural, yaitu X1, X2, X3, X4,

X5, X6, X7 adalah variabel eksogen dan X8, X9, dan adalah variabel endogen.

Bentuk persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut:

sub struktur 1

7

sub struktur 2

sub struktur 3

di mana:

variabel laju pertumbuhan ekonomi

variabel jumlah penduduk

variabel rata-rata lama sekolah

variabel indeks pembangunan manusia

variabel produk domestik regional bruto

variabel melek huruf

7 variabel konsumsi perkapita

variabel tingkat pasrtisipasi angkatan kerja

variabel angka harapan hidup

variabel tingkat pengangguran terbuka

error

4.2.5 Menentukan Matriks Korelasi Antara Variabel

Untuk menghitung korelasi antara variabel produk domestik regional bruto, konsumsi perkapita, laju pertumbuhan ekonomi, angka harapan hidup, dan indeks


(52)

pembangunan manusia dianalisis menggunakan SPSS dengan langkah-langkah sebagi berikut

1. Klik Analyse.

2. Pilih Correlate.

3. Pilih Bivariate.

4. Masukkan variabel laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah, indeks pembangunan manusia, produk domestik regional bruto, jumlah penduduk melek huruf, konsumsi perkapita, angka harapan hidup, angka harapan hidup dan tingkat pengangguran terbuka ke kolom Variables.

5. Klik OK

Tabel 4.6 Tabel Matriks Korelasi Antara Variabel

Correlations 7 Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation .342 Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation 7 Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation


(53)

4.2.6 Menghitung Koefisien Jalur

Dari rumusan hipotesis dan diagram jalur pada Gambar 4.2. Model dibagi menjadi tiga sub struktur,yaitu:

1. Hubungan sub struktur X1 dan X2 terhadap X3.

ɛ1

Gambar 4.3 Hubungan Sub Struktur 1

Untuk menganalisis sub struktur 1, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persamaan struktural:

di mana:

variabel rata-rata lama sekolah

variabel indeks pembangunan manusia

variabel tingkat partisipasi angkatan kerja

error


(54)

b. Membuat matriks korelasi antar variabel

[

]

[

]

c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen

[ ]

d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen

Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers korelasi variabel eksogen sebagai berikut:

[

]

e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen

[

]

[

]

[

]

[

]

[

]

[

]

[ ]


(55)

Maka diperoleh persamaan struktural berikut:

Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus:

( ) [ ]

( ) [ ] ( )

( ) adalah koefisien determinasi,

0,877

Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi:

2. Hubungan sub struktur X5, X6, X7 terhadap X9.

Gambar 4.4 Hubungan Sub Struktur 2


(56)

Untuk menganalisis sub struktur 2, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persamaan struktural:

7

di mana:

variabel produk domestik regional bruto

variabel melek huruf

7 variabel konsumsi perkapita

error

b. Membuat matriks korelasi antar variabel

7 7[ ] 7 7[ ]

c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen 7

7

[ ]


(57)

d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen

Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers korelasi variabel eksogen sebagai berikut:

[

]

e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen

[ ] [

]

[ ] [ ] [

] [ ] [

]

Maka diperoleh persamaan struktural berikut:

7

Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus:

[ ]

[

]


(58)

adalah koefisien determinasi,

0,913

Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi:

7 0,913

Hubungan sub struktur X1, X2, X8 dan X9 terhadap Y.

Gambar 4.5 Hubungan Sub Struktur 3

Untuk menganalisis sub struktur 3, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persamaan struktural:

7


(59)

di mana:

variabel laju pertumbuhan ekonomi

variabel jumlah penduduk

variabel tingkat partisipasi angkatan kerja variabel angka harapan hidup

variabel tingkat pengangguran terbuka error

b. Membuat matriks korelasi antar variabel

[ ] [ ]

c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen

[ ]


(60)

d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen

Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers korelasi variabel eksogen sebagai berikut:

[ ]

e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Maka diperoleh persamaan struktural berikut:

Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus:

√ ( ) [ ] [ ]


(61)

adalah koefisien determinasi,

0,323

Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi:

4.2.7 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur diperoleh model persamaan struktural sebagai berikut:

7

Gambar 4.6 Besar Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Endogen


(62)

di mana:

7 , yang merupakan koefisien jalur dari terhadap .

, yang merupakan koefisien jalur dari terhadap .

, yang merupakan koefisien jalur dari terhadap .

, yang merupakan koefisien jalur dari terhadap .

, yang merupakan koefisien jalur dari 7 terhadap .

, yang merupakan koefisien jalur dari terhadap .

, yang merupakan koefisien jalur dari terhadap .

, yang merupakan koefisien jalur dari terhadap .

, yang merupakan koefisien jalur dari terhadap .

Berdasarkan hasil tersebut, pengaruh parsial variabel eksogen terhadap endogen dapat dihitung seperti berikut:

1. Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap

variabel


(63)

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel

2. Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap

variabel

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel

3. Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel


(64)

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap

variabel

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel

4. Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap

variabel

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect)


(65)

5. Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel variabel

terhadap variabel

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel indeks pembangunan

manusia ( ) terhadap variabel tingkat partisipasi angkatan kerja ( )

6. Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap

variabel


(66)

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel

7. Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap

variabel

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel

8. Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel


(67)

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap

variabel

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel

9. Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap

variabel

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel


(68)

10.Untuk jalur terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap

variabel

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel

11.Untuk jalur 7 terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel konsumsi perkapita

( 7) terhadap variabel angka harapan hidup ( )

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel konsumsi

perkapita ( 7) terhadap variabel angka harapan hidup ( )


(69)

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel konsumsi perkapita ( 7) terhadap variabel angka harapan hidup ( )

12.Untuk jalur 7 terhadap

a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel 7 terhadap variabel

b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel 7 terhadap variabel

c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel 7 terhadap variabel

Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel eksogen teerhadap endogen sebagai berikut:

Pengaruh simultan terhadap variabel

Besarnya pengaruh variabel eksogen dan terhadap variabel endogen adalah:


(70)

( ) [

]

[

]

Dengan demikian pengaruh variabel laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat partisispasi angkatan kerja dan angka harapan hidup secara bersama-sama terhadap tingkat pengangguran terbuka adalah sebesar 89,6% dan 10,4% dipengaruhi variabel lain di luar model jalur.

4.2.8 Pengujian Koefisien Jalur

Menguji kebermaknaan (test of significant) koefisien jalur yang telah dihitung

untuk sub struktur 1, sub struktur 2 dan sub struktur 3 sebagai berikut: 1. Pengujian koefisien jalur pada substruktur 1

Persamaan strukturalnya:

di mana:

variabel rata-rata lama sekolah

variabel indeks pembangunan manusia

variabel tingkat partisipasi angkatan kerja


(71)

Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa

H0 : = 0 , Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen

(Xu) yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia

terhadap variabel endogen (Xk) yaitu angka partisipasi angkatan kerja

secara signifikan.

H1 : ≠ 0 , Artinya terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu)

yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia terhadap variabel endogen (Xk) yaitu angka partisipasi angkatan kerja

secara signifikan.

b. Menentukan taraf signifikan Taraf signifikan α = 0,05

Derajat kebebasan (dk) V1 = k dan V2 = ( n – k – 1 ) yaitu 2 dan 30

Mengikuti tabel distribusi F untuk F0,05(2,30) = 3,32

c. Kriteria pengujian

H0 = diterima , apabila Fhitung ≤ Ftabel dan sebaliknya

H0 = ditolak , apabila Fhitung > Ftabel

d. Uji statistik


(72)

Untuk menghitung Uji F langkah pertama yang dilakukan adalah: Menghitung nilai

( ) [

]

( ) [ ] ( )

Setelah didapat nilai ( ) kemudian menghitung nilai uji F,

Diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,08 dan Ftabel = 3,32, hal ini berarti nilai Fhitung <

Ftabel maka H0 diterima. Maka variabel eksogen yaitu rata-rata lama sekolah

dan indeks pembangunan manusia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja.

2. Pengujian koefisien jalur pada sub struktural 2 Persamaan strukturalnya:


(73)

di mana:

variabel produk domestik regional bruto

variabel melek huruf

7 variabel konsumsi perkapita

error

Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa

H0 : = 0 , Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen

(Xu) yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi

perkapita terhadap variabel endogen (Xk) yaitu angka harapan hidup

secara signifikan.

H1 : ≠ 0 , Artinya terdapat pengaruh variabel eksogen (Xu)

yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi perkapita terhadap variabel endogen (Xk) yaitu angka harapan hidup

secara signifikan.

b. Menentukan taraf signifikan Taraf signifikan α = 0,05

Derajat kebebasan (dk) V1 = k dan V2 = ( n – k – 1 ) yaitu 3 dan 29

Mengikuti tabel distribusi F untuk F0,05(3,29) = 2,93

c. Kriteria pengujian

H0 = diterima , apabila Fhitung ≤ Ftabel dan sebaliknya


(1)

3. Menghitung korelasi antarvariabel klik Analyze Correlate Bivariate kemudian pindahkan semua variabel kedalam kotak variables LALU KLIK OK

Tampilannya sebagai berikut:

Gambar 5.5 Tampilan pada jendala bivariate correlations

5.4 Pengolahan Data dengan R 5.4.1 Mengaktifkan R

Memulai SPSS pada window yaitu sebagai berikut: a. Pilih menu Start dari Windows b. Selanjutnya pilih menu Program

c. Pilih Rgui

Tampilannya adalah sebagai berikut:

Gambar 5.6 Tampilan pengaktifan R-2.15.2

Tampilan worksheet R-2.15.2for windwos seperti berikut:


(2)

5.4.2 Pengisisan dan Pengolahan Data

1. Sub struktur 1

Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Entri data dalam nama A

b. Buat matriks dengan fungsi “ >B=matrix(A,2,2) ”

c. Menghitung invers matriks dengan fungsi “ >Sub_Struktur_1=solve(B)” d. Ketik “>Sub_Struktur_1” kemudian tekan enter

Tampilannya adalah sebagai berikut:

Gambar 5.8 Tampilan perhitungan invers matriks Sub struktur 1

2. Sub struktur 2

a Entri data dalam nama A

b Buat matriks dengan fungsi “ >B=matrix(A,3,3) ”

c Menghitung invers matriks dengan fungsi “>Sub_Struktur_2=solve(B)” d Ketik “ >Sub_Struktur_2” kemudian tekan enter

Tampilannya adalah sebagai berikut:

Gambar 5.9 Tampilan perhitungan invers matriks Sub struktur 2


(3)

c. Menghitung invers matriks dengan fungsi “>Sub_Struktur_3=solve(B)”

d. Ketik “ >Sub_Struktur_3” kemudian tekan enter Tampilannya adalah sebagai berikut:


(4)

BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pengaruh variabel laju pertumbuhan ekonomi ( ) terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka ( ) secara langsung adalah 0,950 atau berkontribusi sebesar 0,9502 x 100% = 90,2%. Hubungan antara variabel tersebut adalah searah, artinya semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi maka akan semakin tinggi juga tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara.

2. Pengaruh variabel jumlah penduduk ( ) terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka ( ) secara langsung adalah 0,259 atau berkontribusi sebesar 0,2592 x 100% = 6,7%. Hubungan antara variabel tersebut adalah searah, artinya semakin tinggi jumlah penduduk maka akan semakin tinggi juga tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara.

3. Pengaruh simultan variabel eksogen yaitu laju pertumbuhan ekonomi ( ), jumlah penduduk ( ), tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) dan tingkat harapan hidup ( ), terhadap tingkat tingkat pengangguran terbuka ( ) adalah sebesar 0,896 = 89,6% dan sisanya sebesar 10,4% dipengaruhi oleh faktor lain. 4. Pengaruh variabel rata-rata lama sekolah ( ) terhadap tingkat pengangguran


(5)

artinya semakin rata-rata lama sekolah maka akan semakin rendah tingkat tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara.

5. Pengaruh variabel indeks pembangunan manusia ( ) terhadap tingkat pengangguran terbuka ( ) secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) -0,077. Hubungan antara variabel tersebut adalah tidak searah, artinya semakin indeks pembangunan manusia maka akan semakin semakin rendah tingkat tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara.

6. Pengaruh variabel konsumsi per kapita ( 7) terhadap tingkat pengangguran terbuka ( ) secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) 0,018. Hubungan antara variabel tersebut adalah searah, artinya semakin tinggi tingkat per kapita maka akan semakin semakin tinggi tingkat tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara.

6.2 Saran

Melalui penyelesaian tugas akhir ini penulis menyarankan:

Adanya tindak lanjut dari pemerintah, khususnya pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam menciptakan lapangan kerja sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan adanya perhatian khusus dari pemerintah dalam mengembangkan dunia pendidikan sehingga dapat mengurangi angka buta huruf di provinsi Sumatera Utara.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Alghofari, Farid. Analisis Tingkat Pengangguran Di Indonesia.

http:eprints.undip./26483/2/Jurnal_Skripsi.pdf (22 Feb.2012) BPS.2007. Analisis Perkembangan Statistik Ketenagakerjaan. Jakarta BPS.2011. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik

Muhidin, S.A. dan Abdurrahman, M. 2007. Analisis Korelasi Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Penerbit Pustaka Setia. Bandung.

Riduwan, dan E.A. Kuncoro. 2007. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Ruslan, Dede.2007. PerekonomianIndonesia: Fakultas Ekonomi Unimed. Medan Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Penerbit

Andi. Yogyakarta.

Soegandar, Darmawan. 2010. Berkenalan Dengan Analisi Jalur www.Google.com Sudjana.2002. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sukino, Sadono.2004. MakroEkonomi, Edisi Tiga, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta


Dokumen yang terkait

Penerapan Analisis Jalur Dalam Menentukan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

1 77 103

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Di Sumatera Utara

12 117 80

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 1986 - 2013

0 43 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI LAMPUNG (PERIODE 2009-2015)

4 52 129

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 1978-2014 DENGAN METODE ORDINARY LEAST SQUARE.

0 2 28

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KOTA-KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah.

0 2 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KOTA-KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah.

0 3 16

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Analisis Jalur - Penerapan Analisis Jalur Dalam Menentukan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Penerapan Analisis Jalur Dalam Menentukan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

0 0 8

PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2010 TUGAS AKHIR SUPRIANTO SIMANJUNTAK

0 1 10