Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet hevea brasiliensis di kabupaten bandung barat
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Bandung Barat, merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Barat. Letak geografis Kabupaten
Bandung Barat terletak pada 107 22’ BT sampai 108
05’ BT dan 6 41’ LS
sampai 7 19’ LS. Kabupaten Bandung Barat memiliki wilayah seluas 1.305,77
Km² rata-rata ketinggian 110 meter sampai dengan 2000 meter diatas permukaan
laut. Kemiringan wilayah yang bervariasi antara 0 – 8, 8 – 15 hingga diatas
45, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah barat: berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Sebelah utara: berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
Subang. Sebelah timur: berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi.
Sebelah selatan: berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Cianjur. Cakupan wilayah Kabupaten Bandung Barat, meliputi 16 enam belas
kecamatan yang terdiri dari : Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat, Cisarua, Batujajar, Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy,
Lembang, Sindangkerta, Cihampelas, Rongga, dan Saguling. Kecamatan terluas di kabupaten ini adalah Kecamatan Gununghalu dengan
luas 160,7962 km
2
atau 16.079,62 Ha dan luas kecamatan terkecil adalah Kecamatan Ngamprah dengan luas 36,0858 km
2
atau 3.608 Ha. Pada tahun 2011 akhir wilayah Kabupaten Bandung Barat tersebut bertambah satu kecamatan yaitu
Kecamatan Saguling yang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Batujajar. Kecamatan Saguling membawahi enam desa, yaitu Desa Bojonghaleuang,
Cikande, Girimukti, Cipangeran, Jati dan Desa Saguling. Kecamatan Batujajar yang sebelumnya berjumlah 13 desa, sekarang hanya membawahi tujuh desa
setelah pemekaran kecamatan tersebut.
Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet hevea brasiliensis di kabupaten bandung barat
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
B. Metode Penelitian
Surakhman 1982: 11 mengemukakan bahwa “Metode penelitian adalah
suatu cara kerja yang utama, untuk mengkaji hipotesisanggapan dasar dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu digunakan setelah
penyelidikan memperhitungkan kewajaran ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan tujuan misalnya untuk mengkaji serangkaian hipotesis
dengan menggunakan teknik serta alat –alat tertentu. Dalam penelitian,
penggunaan metode berpengaruh besar terhadap keberhasilan penelitian itu
sendiri.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode survai deskriptif. Menurut Singarimbun 1987:1
“Penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok ”. Lebih lanjut Singarimbun 1987:2
menambahkan bahwa “Penelitian survai dapat digunakan untuk maksud; 1 penjajagan
eksploratif, 2 deskriptif, 3 penjelasan explanatory, yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, 4 evaluasi, 5 prediksi
atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, 6 penelitian opresional, dan 7 pengembangan indicator-indikator sosial.
Lebih detail pula Singarimbun 1987: 3 mengungkapkan “Kegunaan
lainnya dari penelitian survai adalah untuk mengadakan evaluasi ”.
Metode survai deskriptif digunakan pada penelitian ini didasarkan bahwa penelitian ini akan mengambil sampel dari satu populasi, kemudian
mengidentifikasi, mengklasifikasi serta menggambarkan secara aktual dan potensial mengenai kelas kesesuaian lahan di lokasi penelitian yang bertujuan
mengidentifikasi untuk mengetahui potesnsi wilayah pengembangan budidaya keret berdasarkan kondisi geografi fisik dan geografi sosial, potensi
pengembangan eilayah dan pemasaran hasil karet, dan arahan potensi pengembangan budidaya karet di Kabupaten Bandung Barat, yang diinterpretasi
berdasarkan data primer ataupun data sekunder.
Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet hevea brasiliensis di kabupaten bandung barat
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Arikunto 1998:102
mengemukakan bahwa
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedang sampel merupakan bagian atau wakil
populasi yang akan diteliti ”. Sedang menurut Sumaatmadja 1988: 112
menyatakan “Populasi adalah keseluruhan gejala fisis, sosial, ekonomi, individu
manusia baik perorangan maupun kelompok, kasus masalah, peristiwa tertentu yang akan kita teliti, yang ada di daerah penelitian menjadi objek penelitian
geografi ”. Sugiyono 2009 : 61 menambahkan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Berdasarkan dari pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini
terdiri dari dua yaitu, populasi manusia dan populasi wilayah. a.
Populasi manusia dalam peneletian ini adalah seluruh pertanian yang menerapkan budidaya karet di Kabupaten Bandung Barat. Untuk populasi
pertanian yang menerapkan budidaya karet, dalam penelitian ini terbagi kedalam tiga bagian berdasarkan kepemilikan hak guna usaha perkebunan
karet di Kabupaten Bandung Barat yang terdiri dari Perkebunan Rakyat PR, Perkebunan Besar Swasta PBS, dan Perkebunan Besar Negara
PBN. Berdasarkan populasi manusia untuk pertanian yang menerapkan budidaya karet dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut
Tabel 3.1 Kelembagaan dan Tenaga Kerja Perkebunan Karet di Kabupaten Bandung Barat
Komoditi Jumlah Kelembagaan
Penyerapan Tenaga Kerja Kelomp
ok Tani klp
Asosiasi Petani buah
Koperasi Perkebunan
unit Mitra Usaha
Kepala Keluarga
KK Laki-
laki orang
Perempu an
orang
Jumlah Bidang
Usaha
Karet 12 -
- -
- 1700
2400 5
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013