Melakukan Rotasi Faktor Nilai kedekatan ini dapat digunakan untuk melakukan beberapa pengujian

Gambar 4.1 Scree PLot

4.7.4. Melakukan Rotasi Faktor

Output terpenting dalam analisis faktor adalah Matriks Faktor atau yang disebut juga dengan Komponen Matriks. Matriks faktor memuat koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisien ini merupakan factor loading, mewakili koefisien korelasi antara faktor dengan variabel. Koefisien dengan nilai mutlak absolute yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel sangat terkait. Koefisien dari matriks faktor dapat dipergunakan untuk menginterpretasi faktor. Matriks faktor atau matriks komponen dapat dilihat sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16 Matriks Faktor Sebelum Dirotasi Component Matrix a Component 1 2 3 x4 .849 x3 .838 x6 .807 x1 .750 x8 .546 -.474 -.414 x7 .688 x9 .518 .658 x2 -.590 .550 x5 .454 .722 Walaupun matriks faktor atau matriks komponen awal sebelum dirotasi menunjukkan hubungan antara faktor komponen dengan variabel secara individu, akan tetapi masih sulit diambil kesimpulannya tentang banyaknya faktor yang dapat diekstraksi. Hal ini disebabkan karena faktor komponen berkorelasi dengan banyak variabel lainnya atau sebaliknya variabel tertentu masih berkorelasi dengan banyak fakor. Sehingga dalam keadaan ini terkadang membuat peneliti kesulitan dalam penentuan suatu variabel kedalam suatu faktor. Misalkan Matriks Faktor sebelum dirotasi diatas dapat dilihat bahwa F 1 memiliki korelasi kuat dengan 7 variabel, yaknix 1, x 3, x 4, x 5, x 6, x 8, x 9 sementara F 2 memiliki korelasi kuat dengan x 7 danx 9 dan F 3 memiliki korelasi kuat dengan x 2 dan x 5 . Korelasi dianggap cukup kuat jika koefisien korelasi yang diwaliki factor loading mempunyai nilai lebih besar dari 0,40. Juga variabel berkorelasi dengan banyakfaktor, seperti variabel x 1 berkorelasi dengan factor 1, variabel x 7 berkorelasi dengan faktor 2, variabel x 2 berkorelasi dengan faktor 3, situasi seperti ini membuat kesimpulan mengenai banyaknya faktor yang diekstraksi dari variabel menjadi sulit. Universitas Sumatera Utara Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan proses rotasi pada faktor yang terbentuk agar memperjelas posisi sebuah variabel, akankah dimasukkan pada faktor yang satu ataukah ke faktor lainnya. Beberapa metode rotasi yang bisa digunakan adalah orthogonal rotation, varimax rotation, dan oblique rotation. Orthogonal rotation adalah kalau dipertahankan tegak lurus sesamanya bersudut 90 derajat. Yang paling banyak digunakan adalah varimax rotation, yaitu rotasi orthogonal dengan meminimumkan banyaknya variabel yang memiliki loading tinggi pada sebuah faktor, sehingga lebih mudah mengiterpretasi faktor. Rotasi orthogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi. Oblique rotation adalah jika sumbu-sumbu tidak dipertahankan harus tegak lurus sesamanya bersudut 90 derajat dan faktor-faktor berkorelasi. Oblique rotation harus dipergunakan kalau faktor dalam populasi berkorelasi sangat kuat. Proses rotasi terhadap faktor pada penelitian ini menggunakan metode varimax rotation. Dan hasil rotasi terhadap dapat dilihat pada matriks faktor setelah dirotasi dibawah ini Tabel 4.17 Matriks Faktor Setelah Dirotasi Rotated Component Matrix a Component 1 2 3 x4 .929 x8 .789 x6 .726 x1 .722 x3 .634 .538 x5 .916 x7 .826 x2 .446 -.674 x9 .473 .668 Universitas Sumatera Utara Tujuan dilakukan rotasi adalah untuk memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Dapat dilihat perbedaan antara matriks faktor sebelum dirotasi dengan matriks faktor setelah dirotasi.

4.7.5. Interpretasi faktor