Pipia Londa Agastia, 2013 Pengaruh Pembelajaran Berbasis Kewirausahaan Melalui Pembuatan Awetan Insekta Terhadap
Penguasaan Konsep Klasifikasi Dan Sikap Wirausaha Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan salah satu tempat untuk membentuk generasi muda yang memiliki kepribadian yang baik. Pembentukan kepribadian yang baik ini
sesuai dengan tujuan nasional di bidang pendidikan. Bidang pendidikan khususnya di sekolah sangatlah penting salah satunya sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan hidup bagi peserta didik kelak atau dengan kata lain sebagai sarana untuk menjadi pribadi yang mandiri. Siswa di sekolah belajar
mengenai banyak hal salah satunya mengenai makhluk hidup. Makhluk hidup ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan bagi manusia.
Keanekaragaman makhluk hidup tersebut merupakan kekayaan alam yang dapat dijadikan sebagai sesuatu yang lebih bermanfaat. Namun, dalam
pemanfaatan kekayaan alam haruslah tetap menjaga kelestariannya agar tidak punah. Oleh karena itu, pengenalan makhluk hidup yang beraneka ragam
dalam pembelajaran di sekolah haruslah efisien. Selain itu, pembelajaran tersebut haruslah memandang ke depan mengenai peluang-peluang usaha
tentang konsep yang dipelajari siswa sehingga dapat lebih berguna saat ia telah lulus sekolah.
Pembentukan pribadi yang lebih baik pada generasi yang akan datang tersirat dalam tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang
Gulo:2008 bahwa:
Pipia Londa Agastia, 2013 Pengaruh Pembelajaran Berbasis Kewirausahaan Melalui Pembuatan Awetan Insekta Terhadap
Penguasaan Konsep Klasifikasi Dan Sikap Wirausaha Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan
bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Selain itu,
menurut Badan
Standar Nasional
Pendidikan 2006
mengungkapkan bahwa Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan SKL- SP bagi Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMAMA SMALB Paket C
memiliki tujuan, yaitu untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Setiap lulusan pendidikan formal khususnya tingkat SMA dan sederajat yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan standar
kompetensi lulusan ini diharapkan menjadi pribadi yang mandiri. Kata
“mandiri” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu dan Zain:1996 adalah berdiri sendiri dalam arti tidak tergantung kepada orang lain
dalam mengerjakan sesuatu, tidak menyandarkan hidup pada orang lain karena sudah dapat berusaha sendiri. Sikap mandiri tersebut berkaitan dengan
kecakapan hidup. Kecakapan hidup life skill seperti yang dikemukakan Depdiknas 2003 merupakan kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk
berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga mampu mengatasinya. Oleh karena itu, sikap mandiri ini sangat penting dimiliki oleh setiap orang khususnya peserta didik kelak untuk
bertahan hidup survive saat berada di masyarakat lingkungannya. Selain itu,
Pipia Londa Agastia, 2013 Pengaruh Pembelajaran Berbasis Kewirausahaan Melalui Pembuatan Awetan Insekta Terhadap
Penguasaan Konsep Klasifikasi Dan Sikap Wirausaha Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Khoiri et al. 2011 mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara kecapakan hidup dengan minat kewirausahaan siswa.
Sikap mandiri yang menjadi tujuan pendidikan tersebut belum tercermin pada kenyataan yang sesungguhnya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik
Bulan Februari tahun 2010 menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia untuk lulusan SMP dan SMAsederajat masih cukup tinggi. Pada
Bulan Februari 2010, tingkat pengangguran terbuka TPT tersebut berada pada rentang 7,55-13,81. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menanggulangi hal
tersebut adalah
pendidikan kewirausahaan
entrepreneurship perlu
ditanamkan sejak di bangku sekolah. Seperti yang diungkapkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum 2010 bahwa kewirausahaan
dapat diajarkan melalui penanaman nilai-nilai kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha agar para peserta didik
kelak dapat mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha. Selain itu, Astamoen 2005:161 menambahkan bahwa pendidikan rumah, sekolah formal, dan
nonformal, dapat mulai menyisipkan pelajaran-pelajaran atau wahana-wahana yang dapat menumbuhkan wawasan dan mental wirausaha kepada para
pemuda usia sekolah. Namun, menurut Badan Pengembangan Pusat Kurikulum 2010 pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh
perhatian yang cukup memadai baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat dan banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan
karakter dan perilaku wirausaha peserta didik. Adapun ciri-ciri seseorang yang memiliki sikap wirausaha Meredith et al., 2000:5 adalah percaya diri,
Pipia Londa Agastia, 2013 Pengaruh Pembelajaran Berbasis Kewirausahaan Melalui Pembuatan Awetan Insekta Terhadap
Penguasaan Konsep Klasifikasi Dan Sikap Wirausaha Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinalan, dan berorientasi ke masa depan.
Di dalam dunia pendidikan, siswa belajar mengenal alam melalui mata pelajaran Biologi. Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 menyebutkan
bahwa biologi sebagai salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Salah satu
konsep yang harus dipahami siswa adalah keanekaragaman hewan khususnya Kelas Insekta. Kelas Insekta merupakan hewan yang paling banyak di muka
bumi, seperti yang diungkapkan Ragaei dan Allam 1997 bahwa tak seorang pun mengetahui jumlah seluruh spesies di muka bumi, diperkirakan terdapat 5
sampai 80 juta lebih spesies, tetapi hanya 1,4 juta spesies yang dapat dideskripsikan di antaranya adalah 750.000 insekta, 41.000 vertebrata dan
250.000 tumbuhan, serta sisanya adalah invertebrata, fungi, alga, dan mikroorganisme.
Insekta serangga ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan manusia, di antaranya adalah berita dalam Kompas Bere:2012
mengungkapkan bahwa hama belalang menyerang tanaman para petani di tiga kecamatan di kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur yang
mengakibatkan ratusan petani mengalami gagal panen dan kerugian yang sangat besar. Selain itu, Hartadi 2012 mengungkapkan tentang adanya
serangga tomcat Paederus riparius menyerang warga Tulungagung dan Gresik sehingga mengakibatkan ratusan orang mengalami gatal-gatal.
Serangga-serangga yang merugikan bagi manusia tersebut seharusnya dapat
Pipia Londa Agastia, 2013 Pengaruh Pembelajaran Berbasis Kewirausahaan Melalui Pembuatan Awetan Insekta Terhadap
Penguasaan Konsep Klasifikasi Dan Sikap Wirausaha Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
kita jadikan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan lebih dikenal siswa, salah satunya adalah dengan membuat awetan.
Setiap makhluk hidup dapat punah, begitu pula dengan insekta. Ada beberapa serangga yang dilindungi karena terancam punah sehingga upaya
pelestarian perlu dilakukan, salah satunya dengan pengawetan hewan dan tumbuhan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999
tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa yang menyatakan bahwa pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah, dan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya adalah
upaya menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa agar tidak punah. Pengenalan keanekaragaman hewan khususnya Kelas Insekta dalam
pembelajaran akan lebih mudah apabila siswa dapat melihat secara langsung hewan tersebut. Seperti yang dikemukakan Rustaman et al. 2003:63 bahwa
materi pelajaran akan lebih mudah dipahami jika konsep-konsepnya lebih bersifat konkrit. Salah satu cara yang dipilih adalah dengan pembelajaran
pembuatan awetan insekta. Awetan insekta dapat pula menjadi suatu peluang usaha karena pada
umumnya orang masih jarang yang membuat awetan insekta serangga ini. Seperti yang diungkapkan Suhendra 2011 bahwa serangga yang diolah
menjadi awetan dan dijadikan suvenir, nilai tambahnya dapat melonjak hingga 5 kali lipat jika dibandingkan dengan menjual serangga dalam keadaan hidup
dan peluang bisnis awetan ini pun belum banyak, pasarnya masih terbuka, dan
Pipia Londa Agastia, 2013 Pengaruh Pembelajaran Berbasis Kewirausahaan Melalui Pembuatan Awetan Insekta Terhadap
Penguasaan Konsep Klasifikasi Dan Sikap Wirausaha Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
unik. Pentingnya mempelajari Kelas Insekta dan pembuatan awetan insekta ini diharapkan dapat menjadi wahana dalam memahami klasifikasi dan
menumbuhkan sikap wirausaha siswa. Pendidikan seharusnya dapat membantu siswa memandang ke depan mengenai sesuatu yang ada di sekitarnya dan dapat
mengoptimalkan sesuatu yang ada tersebut menjadi produk yang lebih baik, lebih unggul, dan bermanfaat bagi pribadi dan lingkungannya. Hal ini dapat
dikatakan bahwa pendidikan seharusnya dapat menfasilitasi siswa menjadi pribadi mandiri dan mempunyai mental yang kuat sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis melakukan
penelitian yang berjudul, “Pengaruh pembelajaran berbasis kewirausahaan
melalui pembuatan awetan insekta terhadap penguasaan konsep klasifikasi dan sikap wirausaha siswa
”.
B. Rumusan Masalah