PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN MELALUI PEMBUATAN AWETAN INSEKTA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP KLASIFIKASI DAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA.

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN MELALUI PEMBUATAN AWETAN INSEKTA

TERHADAP PENGUASAAN KONSEP KLASIFIKASI DAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh:

PIPIA LONDA AGASTIA 0706576

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012


(2)

Pengaruh Pembelajaran Berbasis

Kewirausahaan melalui Pembuatan

Awetan Insekta terhadap

Penguasaan Konsep Klasifikasi dan

Sikap Wirausaha Siswa

Oleh Pipia Londa A

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Pipia Londa 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PIPIA LONDA AGASTIA

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN MELALUI PEMBUATAN AWETAN INSEKTA

TERHADAP PENGUASAAN KONSEP KLASIFIKASI DAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Fransisca Sudargo, M.Pd. NIP. 195107261978032001

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Suroso Adi Yudianto, M.Pd. NIP. 195305221980021001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi,

Dr. H. Riandi, M. Si. NIP. 196305011988031002


(4)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul,”Pengaruh Pembelajaran Berbasis Kewirausahaan melalui Pembuatan Awetan Insekta terhadap Penguasaan Konsep Klasifikasi dan Sikap Wirausaha Siswa” telah dilaksanakan pada kelas X-F dan X-G di SMA Laboratorium UPI tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta terhadap penguasaan konsep klasifikasi dan sikap wirausaha siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy-experimental dengan desain Non-equivalent Control Group Design. Instrumen pada penelitian ini adalah tes penguasaan konsep, skala sikap, lembar penilaian presentasi dan produk, dan angket respon siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta terhadap penguasaan konsep klasifikasi dan sikap wirausaha siswa. Peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol terkategori sedang. Di kelas eksperimen, rerata sikap wirausaha secara keseluruhan pada skala sikap terkategori tinggi dan setiap aspek sikap wirausaha yang memiliki rerata tertinggi hingga terendah secara berturut-turut adalah sikap berorientasi ke masa depan, sikap kepemimpinan, sikap berorientasi tugas dan hasil, sikap keorisinalan, sikap pengambil resiko, dan sikap percaya diri. Adapun setiap aspek sikap wirausaha yang dijaring menggunakan penilaian presentasi mulai dari rerata tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah sikap percaya diri, sikap kepemimpinan, dan sikap pengambil resiko, sedangkan pada penilaian produk secara berturut-turut adalah sikap keorisinalan, sikap berorientasi pada tugas dan hasil, dan sikap berorientasi ke masa depan.

Kata Kunci: Kewirausahaan, Awetan Insekta, Penguasaan Konsep, Klasifikasi


(5)

ABSTRACT

The research about, "The Effect of Entrepreneurship Based Learning through The Making of Insect Creation toward Classification Concept Mastery and Students’ Entrepreneurial Attitudes " has been done in XF and XG at Laboratory’s Senior High School of UPI academic year 2012/2013. The aim of this research is for analyze the influence of entrepreneurship based-learning through the making of insects creation toward classification concept mastery and the students’ entrepreneurial attitudes. The method used quasy-experimental with non-equivalent Control Group Design. Instruments in this research are a test of concept mastery, attitude scale, assessment of product and presentation, and questionnaire of student responses. The result show that the entrepreneurship based-learning through the making of insect creation have effected toward the mastery of classification concept and students’ entrepreneurial attitudes. Increased concept mastery in the experimental and control classes are medium category. In the experimental class, the overall mean of students’entrepreneurial attitudes on attitude scale is high category, and the students’entrepreneurial attitudes which have mean in series from the highest mean to the lowest are future-oriented, leadership, task and results- oriented, originality, risk-taking, and confident. As the students’entrepreneurial attitudes which are captured by the presentation valuation have mean in series from highest mean to lowest are confident, leadership, and risk-taking, while they on the assessment of product have mean score are originality, task-oriented and results, and future-oriented respectively.

Keywords: Entrepreneurship, Insect Creation, Concept Mastery,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

F. Asumsi ... 9

G.Hipotesis ... 9

BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN MELALUI PEMBUATAN AWETAN INSEKTA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP KLASIFIKASI DAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA A.Kewirausahaan ... 10

1. Definisi Sikap dan Sikap Wirausaha ... 10

2. Pembelajaran berbasis Kewirausahaan ... 15

3. Pembentukan Sikap ... 18


(7)

B.Awetan Insekta ... 23

1. Macam-Macam Awetan Insekta ... 24

a. Pengawetan Basah ... 24

b. Pengawetan Kering ... 25

1) Insektarium ... 25

2) Spesimen Awetan Slide ... 26

3) Bioplastik ... 26

2. Produk berbasis Insekta dan Awetannya ... 29

C.Penguasaan Konsep ... 30

D.Klasifikasi Kelas Insekta ... 32

1. Klasifikasi Makhluk Hidup ... 32

2. Tujuan Klasifikasi Makhluk Hidup ... 33

3. Langkah-Langkah dalam Klasifikasi Makhluk Hidup ... 33

4. Kelas Insekta ... 34

a) Ciri-Ciri Umum Kelas Insekta ... 34

b) Klasifikasi Kelas Insekta ... 34

1) Subkelas Apterygota ... 36

2) Subkelas Paleopterygota ... 37

3) Subkelas Exopterygota ... 39

4) Subkelas Endopterygota ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A.Definisi Operasional ... 54

B.Jenis dan Desain Penelitian ... 55

C.Subjek Penelitian ... 56

D.Lokasi Penelitian ... 57

E. Instrumen Penelitian ... 57

F. Analisis Instrumen ... 60

G.Prosedur Penelitian ... 70


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ... 83

B.Pembahasan ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 117


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Ciri- ciri dan watak yang dimiliki seorang wirausaha ... 12

2.2 Indikator Ketercapaian Nilai-Nilai Kewirausahaan Jenjang SMA/MA/SMALB/Paket C ... 17

3.1 Kisi- Kisi Soal Pilihan Ganda ... 58

3.2 Kisi-Kisi Skala Sikap ... 59

3.3 Kisi-Kisi Angket ... 59

3.4 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 60

3.5 Distribusi Butir Soal berdasarkan Tingkat Validitas ... 61

3.6 Klasifikasi Reliabilitas Tes ... 61

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 62

3.8 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda ... 62

3.9 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 62

3.10 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran ... 63

3.11 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Penguasaan Konsep ... 63

3.12 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Skala Sikap ... 68

3.13 Skala Kategori Nilai Angka ... 72

3.14 Kategori Ngain (Indeks Gain) ... 73

3.15 Nilai setiap Alternatif Jawaban pada Suatu Pernyataan ... 73

3.16 Rentang Skor pada Setiap Kategori ... 74

3.17 Rentang Skala Kategori Sikap Wirausaha Siswa ... 74

3.18 Kategori Sikap Wirausaha Siswa ... 75

3.19 Skor Kategori Sikap Wirausaha Siswa ... 76

3.20 Kriteria Persentase Angket ... 77

3.21 Uji Normalitas Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep ... 78

3.22 Uji Normalitas Pretest dan Posttest Skala Sikap ... 79

3.23 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep ... 80

3.24 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Skala Sikap ... 80

4.1 Hasil Uji t Pretest Penguasaan Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 84

4.2 Hasil Uji Mann-Whitney UPosttest Penguasaan Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85

4.3 Hasil Uji t Pretest dan Posttest Skala Sikap Wirausaha pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87

4.4 Deskripsi Respon Siswa terhadap Pembelajaran berbasis Kewirausahaan melalui Pembuatan Awetan Insekta ... 93


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Contoh Bioplastik berupa Gantungan Kunci ... 28

2.2 Contoh Bioplastik sebagai Media Pembelajaran ... 28

2.3 Produk-produk berbasis Insecta dan Awetannya ... 30

2.4 Skema Tingkatan Klasifikasi Makhluk Hidup ... 33

2.5 Klasifikasi Kelas Insecta menurut Engemann dan Hegner ... 35

3.1 Alur Penelitian ... 71

4.1 Perbandingan Indeks Gain Penguasaan Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86

4.2 Perbandingan Pretest dan Posttest Skala Sikap Wirausaha antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 88

4.3 Perbandingan Posttest Skala Sikap Wirausaha Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 88

4.4 Sikap Wirausaha Siswa Berdasarkan Penilaian Presentasi pada Kelas Eksperimen ... 89

4.5 Sikap Wirausaha berdasarkan Lembar Penilaian Produk pada Kelas Eksperimen ... 90

4.6 Rerata Sikap Wirausaha pada Lembar Penilaian Produk ... 91

4.7 Respon Siswa terhadap Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ... 92


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

A.1a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 117

A.1b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 133

A.2 Lembar Kerja Siswa A.2a. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 141

A.2b. Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... 150

A.2c. Kunci Determinasi Serangga ... 155

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN B.1. Kisi-Kisi Penguasaan Konsep ... 158

B.2. Soal Penguasaan Konsep Uji ... 175

B.3. Kisi-Kisi Skala Sikap Wirausaha ... 181

B.4. Skala Sikap Uji ... 185

B.5. Kisi-Kisi Penilaian Presentasi ... 186

B.6. Penilaian Presentasi Uji ... 187

B.7. Kisi-Kisi Penilaian Produk ... 189

B.8. Penilaian Produk Uji ... 190

B.9. Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ... 192

B.10. Angket Respon Siswa Uji ... 194

LAMPIRAN C ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN C.1. Analisis Uji Coba Soal Penguasaan Konsep ... 195

C.2. Analisis Uji Coba Skala Sikap Wirausaha ... 204

LAMPIRAN D PENGOLAHAN DATA D.1. Data Penguasaan Konsep ... 224

D.2. Nilai Indeks Gain Penguasaan Konsep ... 232

D.3. Data Skala Sikap Wirausaha Siswa ... 234

D.4. Uji Prasyarat dan Uji Hipotesis Penguasaan Konsep dan Sikap Wirausaha ... 242

D.5. Data Penilaian Presentasi ... 250

D.6. Data Penilaian Produk ... 253

D.7. Data Respon Siswa ... 255

LAMPIRAN E PERIZINAN E.1. Surat Izin Penelitian ... 256

E.2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 257

LAMPIRAN F DOKUMENTASI PENELITIAN Foto-Foto Penelitian ... 258


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan salah satu tempat untuk membentuk generasi muda yang memiliki kepribadian yang baik. Pembentukan kepribadian yang baik ini sesuai dengan tujuan nasional di bidang pendidikan. Bidang pendidikan khususnya di sekolah sangatlah penting salah satunya sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi peserta didik kelak atau dengan kata lain sebagai sarana untuk menjadi pribadi yang mandiri. Siswa di sekolah belajar mengenai banyak hal salah satunya mengenai makhluk hidup. Makhluk hidup ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan bagi manusia. Keanekaragaman makhluk hidup tersebut merupakan kekayaan alam yang dapat dijadikan sebagai sesuatu yang lebih bermanfaat. Namun, dalam pemanfaatan kekayaan alam haruslah tetap menjaga kelestariannya agar tidak punah. Oleh karena itu, pengenalan makhluk hidup yang beraneka ragam dalam pembelajaran di sekolah haruslah efisien. Selain itu, pembelajaran tersebut haruslah memandang ke depan mengenai peluang-peluang usaha tentang konsep yang dipelajari siswa sehingga dapat lebih berguna saat ia telah lulus sekolah.

Pembentukan pribadi yang lebih baik pada generasi yang akan datang tersirat dalam tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang (Gulo:2008) bahwa:


(13)

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Selain itu, menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) mengungkapkan bahwa Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) bagi Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/ SMALB/ Paket C memiliki tujuan, yaitu untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Setiap lulusan pendidikan formal khususnya tingkat SMA dan sederajat yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan standar kompetensi lulusan ini diharapkan menjadi pribadi yang mandiri.

Kata “mandiri” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu dan Zain:1996) adalah berdiri sendiri dalam arti tidak tergantung kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu, tidak menyandarkan hidup pada orang lain karena sudah dapat berusaha sendiri. Sikap mandiri tersebut berkaitan dengan kecakapan hidup. Kecakapan hidup (life skill) seperti yang dikemukakan Depdiknas (2003) merupakan kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Oleh karena itu, sikap mandiri ini sangat penting dimiliki oleh setiap orang khususnya peserta didik kelak untuk bertahan hidup (survive) saat berada di masyarakat (lingkungannya). Selain itu,


(14)

Khoiri et al. (2011) mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara kecapakan hidup dengan minat kewirausahaan siswa.

Sikap mandiri yang menjadi tujuan pendidikan tersebut belum tercermin pada kenyataan yang sesungguhnya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Bulan Februari tahun 2010 menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia untuk lulusan SMP dan SMA/sederajat masih cukup tinggi. Pada Bulan Februari 2010, tingkat pengangguran terbuka (TPT) tersebut berada pada rentang 7,55-13,81%. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menanggulangi hal tersebut adalah pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) perlu ditanamkan sejak di bangku sekolah. Seperti yang diungkapkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010) bahwa kewirausahaan dapat diajarkan melalui penanaman nilai-nilai kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha agar para peserta didik kelak dapat mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha. Selain itu, Astamoen (2005:161) menambahkan bahwa pendidikan rumah, sekolah formal, dan nonformal, dapat mulai menyisipkan pelajaran-pelajaran atau wahana-wahana yang dapat menumbuhkan wawasan dan mental wirausaha kepada para pemuda usia sekolah. Namun, menurut Badan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010) pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat dan banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan karakter dan perilaku wirausaha peserta didik. Adapun ciri-ciri seseorang yang memiliki sikap wirausaha (Meredith et al., 2000:5) adalah percaya diri,


(15)

berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinalan, dan berorientasi ke masa depan.

Di dalam dunia pendidikan, siswa belajar mengenal alam melalui mata pelajaran Biologi. Badan Standar Nasional Pendidikan (2010) menyebutkan bahwa biologi sebagai salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Salah satu konsep yang harus dipahami siswa adalah keanekaragaman hewan khususnya Kelas Insekta. Kelas Insekta merupakan hewan yang paling banyak di muka bumi, seperti yang diungkapkan Ragaei dan Allam (1997) bahwa tak seorang pun mengetahui jumlah seluruh spesies di muka bumi, diperkirakan terdapat 5 sampai 80 juta lebih spesies, tetapi hanya 1,4 juta spesies yang dapat dideskripsikan di antaranya adalah 750.000 insekta, 41.000 vertebrata dan 250.000 tumbuhan, serta sisanya adalah invertebrata, fungi, alga, dan mikroorganisme.

Insekta (serangga) ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan manusia, di antaranya adalah berita dalam Kompas (Bere:2012) mengungkapkan bahwa hama belalang menyerang tanaman para petani di tiga kecamatan di kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur yang mengakibatkan ratusan petani mengalami gagal panen dan kerugian yang sangat besar. Selain itu, Hartadi (2012) mengungkapkan tentang adanya serangga tomcat (Paederus riparius) menyerang warga Tulungagung dan Gresik sehingga mengakibatkan ratusan orang mengalami gatal-gatal. Serangga-serangga yang merugikan bagi manusia tersebut seharusnya dapat


(16)

kita jadikan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan lebih dikenal siswa, salah satunya adalah dengan membuat awetan.

Setiap makhluk hidup dapat punah, begitu pula dengan insekta. Ada beberapa serangga yang dilindungi karena terancam punah sehingga upaya pelestarian perlu dilakukan, salah satunya dengan pengawetan hewan dan tumbuhan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa yang menyatakan bahwa pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah, dan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya adalah upaya menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa agar tidak punah.

Pengenalan keanekaragaman hewan khususnya Kelas Insekta dalam pembelajaran akan lebih mudah apabila siswa dapat melihat secara langsung hewan tersebut. Seperti yang dikemukakan Rustaman et al. (2003:63) bahwa materi pelajaran akan lebih mudah dipahami jika konsep-konsepnya lebih bersifat konkrit. Salah satu cara yang dipilih adalah dengan pembelajaran pembuatan awetan insekta.

Awetan insekta dapat pula menjadi suatu peluang usaha karena pada umumnya orang masih jarang yang membuat awetan insekta (serangga) ini. Seperti yang diungkapkan Suhendra (2011) bahwa serangga yang diolah menjadi awetan dan dijadikan suvenir, nilai tambahnya dapat melonjak hingga 5 kali lipat jika dibandingkan dengan menjual serangga dalam keadaan hidup dan peluang bisnis awetan ini pun belum banyak, pasarnya masih terbuka, dan


(17)

unik. Pentingnya mempelajari Kelas Insekta dan pembuatan awetan insekta ini diharapkan dapat menjadi wahana dalam memahami klasifikasi dan menumbuhkan sikap wirausaha siswa. Pendidikan seharusnya dapat membantu siswa memandang ke depan mengenai sesuatu yang ada di sekitarnya dan dapat mengoptimalkan sesuatu yang ada tersebut menjadi produk yang lebih baik, lebih unggul, dan bermanfaat bagi pribadi dan lingkungannya. Hal ini dapat dikatakan bahwa pendidikan seharusnya dapat menfasilitasi siswa menjadi pribadi mandiri dan mempunyai mental yang kuat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul, “Pengaruh pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta terhadap penguasaan konsep klasifikasi dan sikap wirausaha siswa”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh pembelajaran berbasis

kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta terhadap penguasaan konsep klasifikasi dan sikap wirausaha siswa?”

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan penguasaan konsep klasifikasi antara kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan


(18)

awetan insekta dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (praktikum tanpa pembuatan awetan insekta)?

2. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep klasifikasi antara kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (praktikum tanpa pembuatan awetan insekta)?

3. Apakah terdapat perbedaan sikap wirausaha siswa antara kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (praktikum tanpa pembuatan awetan insekta)?

4. Bagaimanakah sikap wirausaha siswa pada pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta (kelas eksperimen)?

C.Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah

1. Awetan insekta dalam penelitian ini berupa bioplastik berbentuk gantungan kunci.

2. Penguasaan konsep klasifikasi yang diukur adalah ranah kognitif mengenai klasifikasi hewan-hewan Kelas Insekta hingga tingkat ordo. Ranah kognitif ini berdasarkan klasifikasi hasil belajar dari revisi Taksonomi Bloom melalui tes pilihan berganda (multiple choice) sebanyak 20 soal. Tipe soal yang digunakan adalah jenjang C1 (mengingat/ remembering) sampai C4 (menganalisis/ analyzing).


(19)

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta terhadap penguasaan konsep klasifikasi dan sikap wirausaha siswa.

E.Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya:

1. Bagi siswa

Siswa diharapkan dapat memahami klasifikasi insekta dan menumbuhkan sikap wirausaha yang dimilikinya sehingga kelak dapat lebih mengembangkan kemampuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi guru (pengajar)

Diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai potensi siswa dalam berwirausaha sehingga guru dapat terus memotivasi siswa yang kelak diharapkan dapat menjadi pribadi yang kuat dalam menghadapi persaingan setelah kelulusan.

3. Bagi peneliti

Untuk mengetahui penguasaan konsep klasifikasi insekta dan sikap wirausaha pada siswa SMA, serta hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi penelitian sejenis dengan konsep yang lain.


(20)

F. Asumsi

1. Materi pelajaran akan lebih mudah dipahami jika konsep-konsepnya lebih bersifat konkret (Rustaman et al., 2003:63).

2. Kegiatan praktikum dalam IPA menurut Woolnough & Allsop (Rustaman:1995, Rustaman et al., 2003:160) dapat membangkitkan motivasi belajar IPA, mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen, menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, dan menunjang materi pelajaran.

3. Program pembelajaran yang terdiri dari kegiatan laboratorium, tatap muka di dalam kelas, pembuatan produk, presentasi, pembuatan peta pikiran, dan tes tertulis dapat meningkatkan penguasaan konsep dan menumbuhkan sikap wirausaha siswa (Susianna:2007).

G.Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi yang dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

Terdapat pengaruh pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta terhadap penguasaan konsep klasifikasi dan sikap wirausaha siswa.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam berbagai penafsiran terhadap definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran berbasis kewirausahaan pada kelas eksperimen yang dimaksud adalah pembelajaran yang menumbuhkan sikap wirausaha melalui pembuatan awetan Insekta. Pembelajaran ini dilakukan selama 4 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama persiapan (penugasan dan pemberian LKS), pertemuan kedua pembuatan produk bioplastik, pertemuan ketiga dan pertemuan keempat adalah presentasi. Susianna (2007) mengungkapkan bahwa kegiatan presentasi dan pembuatan produk dapat menumbuhkan sikap wirausaha siswa. Sedangkan pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum tanpa pembuatan awetan insekta, tetapi di dalamnya tetap disisipkan kewirausahaan (setiap kelompok hanya merencanakan produk bernilai ekonomis yang berbahan baku serangga). 2. Sikap wirausaha dalam penelitian ini berdasarkan indikator seorang

wirausaha menurut Meredith et al. (2000:5-6), yaitu sikap percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Sikap wirausaha siswa dijaring


(22)

menggunakan pretest dan posttest skala sikap. Sikap wirausaha ini dijaring dengan menggunakan skala sikap sebanyak 20 pernyataan, lembar penilaian presentasi, dan lembar penilaian produk.

3. Pembuatan awetan insekta yang dilakukan adalah kegiatan pembelajaran di mana siswa dalam suatu kelompok membuat suatu produk bioplastik hewan-hewan pada Kelas Insekta yang bernilai ekonomi (dapat dijual). Produk bioplastik tersebut berupa gantungan kunci. Pembuatan awetan insekta ini dilakukan pada kelas eksperimen.

4. Penguasaan konsep yang diukur adalah hasil belajar yang diperoleh dari nilai kognitif siswa berdasarkan pretest dan posttest yang dilakukan. Pengukuran penguasaan konsep dijaring melalui tes pilihan ganda (multiple choice) sebanyak 20 soal mengenai Kelas Insekta.

B.Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasy-experimental dengan desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design, yakni satu kelompok diberi perlakuan tertentu sebagai kelas eksperimen, sementara kelompok yang satunya lagi dijadikan sebagai kelas kontrol. Masing-masing kelas diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, dan setelah selesai kegiatan pembelajaran kedua kelas diberikan tes akhir (posttest). Secara umum desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sugiyono, 2011:79)

E O1 X O2


(23)

Keterangan:

E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol

O1 : Pretest pada kelas eksperimen O2 : Posttest pada kelas eksperimen O3 : Pretest pada kelas kontrol O4 : Posttest pada kelas kontrol

Dalam desain ini, kelas eksperimen adalah satu kelas terpilih yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta. Pembelajaran ini dilakukan selama 4 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama persiapan (penugasan dan pemberian LKS), pertemuan kedua pembuatan awetan insekta berupa bioplastik, pertemuan ketiga dan pertemuan keempat adalah presentasi. Dalam kegiatan pembelajaran ini, kelas dibagi ke dalam 7 kelompok dan setiap kelompok terdiri atas 3-4 orang. Menurut Susianna (2007) kegiatan presentasi dan pembuatan produk dapat menumbuhkan sikap wirausaha siswa. Adapun kelas kontrol dalam desain penelitian ini adalah satu kelas yang di dalamnya dilakukan pembelajaran mengenai materi Kelas Insekta menggunakan metode praktikum tanpa membuat awetan insekta. Pembelajaran pada kelas kontrol meliputi pertemuan pertama, yaitu persiapan, pertemuan kedua adalah praktikum (mengamati serangga) dan diskusi kelas (beberapa kelompok mempresentasikan hasil pengamatan di depan kelas).

C.Subjek Penelitian


(24)

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Laboratorium UPI semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah tujuh kelas.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak kelompok (Cluster Random Sampling). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua kelas dari tujuh kelas X yang ada, yaitu kelas X-G sebagai kelas eksperimen sebanyak 27 siswa, sedangkan X-F sebagai kelas kontrol sebanyak 28 siswa.

D.Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium UPI yang beralamat di Jalan Setiabudhi No.229 Bandung. Sekolah ini berada di lingkungan kampus UPI Bandung dan memiliki suasana lingkungan sekolah yang nyaman untuk belajar.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat untuk menjaring data yang diperlukan dijabarkan sebagai berikut ini:

1. Tes Tertulis

Tes tertulis untuk mengetahui penguasaan konsep siswa. Tes tertulis ini terdiri atas 20 soal pilihan ganda (multiple choice) dengan 5 pilihan jawaban. Tes tertulis diberikan sebelum pembelajaran atau disebut pretest,


(25)

dan setelah pembelajaran (posttest). Adapun kisi-kisi soal penguasaan konsep adalah sebagai berikut.

Tabel.3.1 Kisi- Kisi Soal Pilihan Ganda

Indikator

Jenjang Soal dan Nomor Soal Juml

ah

C1 C2 C3 C4

Siswa dapat menjelaskan

ciri-ciri Kelas Insekta 1,2 2

Siswa dapat mengidentifikasi hewan-hewan pada Kelas Insekta

4 3,5 3

Siswa dapat mengklasifikasi hewan-hewan pada Kelas Insekta

6,7,9, 10,11,1 3,16,17

8,14,

15 11

Siswa dapat menjelaskan peranan Kelas Insekta dalam kehidupan

18 19 12,20 4

Jumlah 4 11 2 3 20

Persentase 20% 55% 10% 15% 100%

2. Lembar Penilaian

Lembar penilaian ini digunakan pada saat pertemuan ke tiga dan keempat, yaitu ketika kegiatan presentasi. Lembar penilaian ini terdiri atas 2 lembar penilaian, yaitu

a. Lembar penilaian presentasi untuk menjaring sikap percaya diri, kepemimpinan, dan pengambil resiko. Lembar ini diisi oleh dua observer.

b. Lembar penilaian produk untuk menjaring sikap berorientasi pada tugas dan hasil, keorisinalan, dan berorientasi ke masa depan. Produk yang dinilai merupakan produk setiap kelompok. Lembar penilaian produk ini diisi oleh peneliti/guru.


(26)

3. Skala Sikap

Skala sikap untuk menjaring seluruh sikap wirausah siswa, yaitu sikap percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, kepemimpinan, pengambil resiko, keorisinalan, dan berorientasi ke masa depan. Skala sikap ini diisi oleh siswa untuk menilai sikap dirinya sendiri. Adapun kisi-kisi skala sikap wirausaha pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Skala Sikap

No Sikap Wirausaha Nomor

Pernyataan

Jumlah Pernyataan

1 Percaya diri 1,2,3,4 4

2 Berorientasi pada tugas dan Hasil 5,6,7 3

3 Pengambil resiko 8,9,10,11 4

4 Kepemimpinan 12,13,14 3

5 Keorisinalan 15,16,17 3

6 Berorientasi ke masa depan 18,19,20 3

Total 20

4. Respon Siswa

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta. Angket diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran selesai. Adapun kisi-kisi angket yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket

No Aspek yang

ditanyakan

Nomor Pertanyaan

Jumlah Pernyataan

1 Motivasi 1,3,6 3

2 Kewirausahaan 10,11,12 3

3 Keaktifan 7,8 2

4 Pemahaman 2,4,5,9 4


(27)

F. Analisis Instrumen

Instrumen terlebih dahulu dijudgment oleh beberapa dosen ahli dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah dibuat memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai alat pengumpul data.

1. Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep

Setiap butir soal yang diujicobakan dianalisis, analisis ini meliputi:

a. Validitas Tes

Valid disebut pula sahih. Untuk memperoleh data yang valid, maka instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid (Arikunto, 2009:64). Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software AnatesV4. Nilai validitas yang telah dihitung kemudian diinterpretasikan mengenai besarnya koefisien korelasi menggunakan tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai Arti

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,00 sampai dengan 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2009:75) Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan program AnatestV4


(28)

Tabel 3.5 Distribusi Butir Soal berdasarkan Tingkat Validitas

Kategori validitas Banyak Soal Persentase

Tinggi 4 20%

Cukup 10 50%

Rendah 6 30%

Jumlah soal 20 100%

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes. Instrumen yang sudah dapat dipercaya (reliabel) akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2006:178). Uji reliabilitas ini menggunakan bantuan software AnatesV4. Nilai reliabilitas yang telah dihitung kemudian diinterpretasi melalui tabel 3.6 berikut ini..

Tabel 3.6 Klasifikasi Reliabilitas Tes

Nilai Arti

0,80-1,00 Sangat tinggi 0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

<0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan program AnatestV4

didapatkan nilai sebesar 0,80. Hal ini berarti nilai reliabilitas instrumen tersebut sangat tinggi sehingga instrumen yang digunakan tersebut dapat dipercaya (reliabel) untuk menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu alat ukur untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009: 211). Dalam


(29)

penelitian ini, nilai daya pembeda menggunakan bantuan software AnatesV4. Setelah nilai tingkat daya pembeda dihitung kemudian diinterpretasi melalui tabel 3.7 klasifikasi daya pembeda berikut ini.

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai Arti

< 0.00 Sangat jelek 0,00 sampai 0,20 Jelek 0,20 sampai 0,40 Cukup 0,40 sampai 0,70 Baik 0,70 sampai 1.00 Baik sekali

(Arikunto, 2009:218) Adapun daya pembeda butir soal yang di peroleh dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda

Kategori Daya Pembeda Banyak Soal Persentase

Cukup 4 20%

Baik 8 40%

Baik Sekali 8 40%

Jumlah 20 100%

d. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009:207). Uji tingkat kesukaran ini dilakukan menggunakan bantuan software AnatesV4. Adapun nilai tingkat kesukaran yang telah dihitung kemudian diinterpretasi melalui tabel 3.9 klasifikasi tingkat kesukaran berikut ini.

Tabel 3.9 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai Arti

0,1 sampai 0,30 Sukar 0,30 sampai 0,70 Sedang 0,70 sampai 1,00 Mudah


(30)

Tingkat kesukaran setiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.10 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran Kategori

Tingkat Kesukaran Banyak Soal Persentase

Sukar 3 15%

Sedang 12 60%

Mudah 5 25%

Jumlah soal 20 100%

Adapun hasil rekapitulasi seluruh soal yang telah diujicobakan sebanyak 29 soal dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Penguasaan Konsep No Reliabilitas Daya Pembeda T. Kesukaran Validitas Sig.

Korelasi Keputusan Nilai Arti Nilai(%) Arti Nilai Arti Nilai Arti

1 0,80 Sangat

Tinggi 70,00 Baik 34,21 Sedang 0,523 Cukup

Sangat

signifikan Pakai

2 50,00 Cukup 21,05 Sukar 0,315 Rendah - Revisi/

Pakai

3 70,00 Cukup 50,00 Sedang 0,449 Cukup Sangat

Signifikan Pakai

4 10,00 Sangat

jelek 63,16 Sedang -0,010

Sangat

rendah - Buang

5 20,00 Jelek 76,32 Mudah 0,187 Sangat

Rendah - Buang

6 60,00 Baik 55,26 Sedang 0,519 Cukup Sangat

Signifikan Pakai

7 20,00 Jelek 94,74 Sangat

Mudah 0,458 Cukup

Sangat

signifikan Pakai 8 40,00 Cukup 73,68 Mudah 0,424 Cukup Signifikan Pakai

9 80,00 Baik

sekali 55,26 Sedang 0,614 Tinggi

Sangat

signifikan Pakai

10 20,00 Jelek 92,11 Sangat

Mudah 0,317 Rendah -

Revisi/ Pakai

11 40,00 Cukup 42,11 Sedang 0,341 Rendah - Revisi/

Pakai

12 70,00 Baik

Sekali 47,37 Sedang 0,629 Tinggi

Sangat

signifikan Pakai 13 60,00 Baik 81,58 Mudah 0,612 Tinggi Sangat

signifikan Pakai 14 0,00 Jelek 44,74 Sedang 0,135 Sangat

rendah - Buang

15 70,00 Sangat

jelek 44,74 Sedang 0.396 Rendah Signifikan

Revisi/ Pakai

16 0,00 Jelek 97,37 Sangat

Mudah 0,043

Sangat

rendah - Buang

17 -10,00 Sangat

Jelek 7,89

Sangat

Sukar -0,098

Sangat


(31)

No Reliabilitas Daya Pembeda T. Kesukaran Validitas Sig.

Korelasi Keputusan Nilai Arti Nilai(%) Arti Nilai Arti Nilai Arti

18 80,00 Baik 28,95 Sukar 0,564 Cukup Sangat

signifikan Pakai 19 0,00 Jelek 60,53 Sedang 0,089 Sangat

rendah - Buang

20 30,00 Cukup 13,16 Sangat

Sukar 0,371 Rendah Signifikan Pakai 21 10,00 Jelek 26,32 Sukar 0,194 Sangat

Rendah - Buang

22 60,00 Baik 39,47 Sedang 0,564 Cukup Sangat

signifikan Pakai

23 80,00 Baik

sekali 39,47 Sedang 0,612 Tinggi

Sangat

signifikan Pakai

24 80,00 Baik

sekali 50,00 Sedang 0,532 Cukup

Sangat

signifikan Pakai 25 10,00 Jelek 76,32 Mudah 0,075 Sangat

rendah - Buang

26 40,00 Baik 63,16 Sedang 0,407 Cukup Signifikan Pakai

27 40,00 Cukup 81,58 Mudah 0,444 Cukup Signifikan Pakai

28 -10,00 Sangat

jelek 7,89 Sukar -0,164

Sangat

rendah - Buang

29 30,00 Jelek 47,37 Sedang 0,333 Rendah - Revisi/

Pakai

2. Analisis Skala Sikap

Skala sikap ini digunakan pada penilaian sikap wirausaha secara individu. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pemberian skor pada setiap pernyataan

Pemberian skor dilakukan pada setiap pernyataan positif dan negatif. Pemberian skor tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Skor Pernyataan Sikap

Pernyataan SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4


(32)

1) Mempersiapkan tabel perhitungan bobot skor.

Tabel Perhitungan Nilai Skala Penyataan Positif Kategori Respon

STS TS S SS

f p pk

pk-tengah z

z +1+... Nilai Skala

Tabel Perhitungan Nilai Skala Penyataan Negatif Kategori Respon

SS S TS STS

f p pk

pk- tengah z

z +1+... Nilai Skala

2) Menghitung frekuensi dari setiap item skala dari seluruh responden. 3) Menghitung proporsi dari tiap pilihan jawaban dengan menggunakan

rumus sebagai berikut.

P = Keterangan

P = proporsi f = nilai frekuensi

n = jumlah responden (peserta tes)

4) Menghitung proporsi kumulatif (pk) dengan rumus:

pk1 = p1

pk2 = pk1 + p2

pkn = pkn-1 + pn

f n


(33)

Keterangan

pk = proporsi kumulatif

p = proporsi dalam kategori itu n = kategori ke-

5) Menghitung titik tengah proporsi kumulatif (pk-tengah), dengan rumus:

pk-tengah = ½ p + pkb

Keterangan

p = proporsi dalam kategori itu

pkb = proporsi kumulatif dalam kategori di sebelah kirinya

6) Menentukan nilai Z dengan mengkonversikan harga proporsi kumulatif ke dalam harga Z tabel.

7) Untuk menghilangkan tanda negatif pada skala, maka harga Z dikoreksi dengan menambahkan harga mutlak Z yang terkecil dan ditambahkan angka satu.

8) Menentukan pembulatan harga Z

Pembulatan untuk pernyataan positif, yaitu empat untuk jawaban sangat setuju (SS), tiga untuk jawaban setuju (S), dua untuk jawaban tidak setuju (TS), dan satu untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Sebaliknya untuk pernyataan negatif. Penentuan skor tiap alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. Skor Pernyataan Sikap

Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Jika hasil pembulatan sesuai dengan tabel di atas maka pernyataan tersebut dapat digunakan. Namun jika hasil pembulatannya


(34)

tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka pernyataan tidak digunakan.

b. Menyeleksi butir pernyataan

Butir pernyataan yang digunakan hanyalah butir-butir pernyataan yang baik. Untuk memperoleh pernyataan yang baik setiap pernyataan yang terpilih sebelumnya di uji dengan menggunakan t-test. Langkah-langkah penyeleksian item skala sikap, yaitu:

1) Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah dengan ketentuan masing-masing kelompok 25% dari jumlah siswa yang telah diurutkan skor skala sikapnya, mulai dari tertinggi sampai terendah.

2) Membuat tabulasi terhadap distribusi jawaban pada setiap kategori respon setiap pernyataan.

3) Menghitung perbedaan rata-rata skor pernyataan antara kedua kelompok responden (peserta) dengan menggunakan formula t-test

sebagai berikut.

Keterangan:

Ῡ = Rata-rata skor pernyataan s2 = Varians skor pernyataan

f = Frekuensi pemilih setiap kategori respon s n = Banyaknya subjek dalam suatu kelompok A = Kelompok Atas

B = Kelompok Bawah

Ῡ = Ʃ fY n

Ʃ fY2 (ƩfY)2 n s2 =

n - 1

ῩA - ῩB

s2

A s2B

nA nB


(35)

4) Membandingkan t hitung dengan t tabel. Edward mengatakan bahwa harga t tabel adalah 1,75. Merupakan batas minimal untuk memilah antara pernyataan yang mempunyai daya pembeda yang baik dan yang tidak, jika anggota masing-masing kelompok berjumlah tidak kurang dari 25 orang (Azwar, 1995:151).

Berdasarkan analisis uji coba butir-butir pernyataan skala sikap, dari 32 butir pernyataan yang diajukan diperoleh 21 butir pernyataan yang memiliki nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel, akan tetapi untuk menyeimbangkan butir pernyataan positif dan negatif sehingga 20 pernyataan yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Skala sikap tersebut terdiri atas 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif sehingga tidak membuat skala sikap tersebut berpihak pada salah satu respon. Adapun rekapitulasi hasil analisis uji coba setiap pernyataan dari angket skala sikap yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.12 di bawah ini.

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Skala Sikap Nomer

Pernyataan Asli

Nomer Soal

Tes

Jenis Pernyataan Nilai t hitung

Nilai t

tabel Keputusan Positif Negatif

1 1 √ 2,558 1,75 Pakai

2 2 √ 2,741 1,75 Pakai

3 3 √ 2,277 1,75 Pakai

5 4 √ 2,928 1,75 Pakai

8 5 √ 3,250 1,75 Pakai

9 6 √ 2,093 1,75 Pakai

11 7 √ 2,955 1,75 Pakai

13 8 √ 3,130 1,75 Pakai

14 9 √ 4,384 1,75 Pakai

15 10 √ 3,859 1,75 Pakai


(36)

Nomer Pernyataan Asli Nomer Soal Tes

Jenis Pernyataan Nilai t hitung

Nilai t

tabel Keputusan Positif Negatif

17 12 √ 2,713 1,75 Pakai

19 13 √ 3,278 1,75 Pakai

23 14 √ 3,130 1,75 Pakai

24 15 √ 2,741 1,75 Pakai

26 16 √ 2,951 1,75 Pakai

28 17 √ 2,333 1,75 Pakai

29 18 √ 3,130 1,75 Pakai

30 19 √ 3,313 1,75 Pakai

31 20 √ 3,220 1,75 Pakai

Jumlah 10 10

c. Uji Reliabilitas Skala Sikap

Skala sikap yang diuji coba dihitung nilai reliabilitasnya menggunakan Formula Alpha (Azwar, 1995:184) dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

rxx’ = Koefisien reliabilitas

S2d = Varians perbedaan skor belahan S2x = Varians skor skala

S2 = Variansi

ẍ = Rata-rata skor

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus reliabilitas tersebut, diperoleh nilai reliabilitas skala sikap sebesar 0,841. Nilai tersebut termasuk kategori sangat tinggi sesuai tabel 3.6 klasifikasi reliabilitas.

Σ(X-ẍ)2 S2 =

n-1

(Boediono & Koster, W, 2001:96) k Σs2j

1 - k-1 s2x


(37)

G.Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan proposal penelitian b. Seminar proposal penelitian

c. Perbaikan/revisi proposal penelitian dari hasil seminar proposal penelitian

d. Judgement instrumen penelitian oleh dosen ahli

e. Uji coba instrumen penelitian dan menganalisis hasilnya

2. Tahap Penelitian

b. Persiapan pembelajaran

c. Pelaksanaan pembelajaran. Pada kelas eksperimen dilakukan pembelajaran praktikum pembuatan produk awetan insekta. Pembelajaran terdiri atas 4 kali pertemuan, yaitu pertemuan ke-1 adalah penugasan untuk mencari data mengenai produk bioplastik dan spesimen hewan Kelas Insekta, pertemuan ke-2 adalah siswa praktikum mengamati serangga dan membuat produk bioplastik, pertemuan ke-3 dan pertemuan ke-4 adalah kegiatan presentasi. Sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran praktikum dan diskusi. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol adalah pertemuan ke-1 merupakan persiapan (penugasan untuk mencari serangga dan sumber mengenai produk yang berbahan


(38)

baku serangga), dan pertemuan ke-2 adalah praktikum mengamati serangga dan diskusi kelas.

d. Analisis data

3. Tahap Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan. Adapun alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Penyusunan Laporan Penyusunan Proposal

Seminar Proposal Pembuatan Instrumen

Uji coba instrumen Pelaksanaan Penelitian

Judgment Instrumen

Pretest Penguasaan Konsep dan Skala Sikap

Pertemuan ke-3(kegiatan presentasi)

Kelas Kontrol

Pertemuan ke-1 (persiapan & penugasan) Pertemuan ke-2 (membuat awetan insekta)

Pertemuan ke-4 (kegiatan presentasi) Lembar

penilaian presentasi

Lembar penilaian

produk

Respon Siswa

Posttest Penguasaan Konsep dan Skala Sikap

Analisis data

Pembelajaran konvensional: Pertemuan ke-1 (persiapan dan

penugasan) Kelas Eksperimen


(39)

H.Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

a. Penguasaan Konsep

1) Menentukan Skor kemudian Mengubahnya dalam Bentuk Nilai

Skor dihitung dari jumlah setiap jawaban siswa yang benar saja. Skor yang telah diperoleh kemudian diubah menjadi nilai dengan ketentuan.

Nilai siswa =

2) Menentukan Nilai Rerata ke dalam Skala Kategori

Nilai rerata penguasaan konsep yang telah diperoleh kemudian diinterpretasikan ke dalam skala kategori. Skala kategori ini berdasarkan adaptasi dari Syah (2010:151) seperti pada tabel 3.13 berikut ini.

Tabel. 3.13 Skala Kategori Nilai Angka

Angka Kategori

80-100 Sangat Tinggi

70-79 Tinggi

60-69 Cukup

50-59 Kurang

0-49 Sangat Kurang

3) Menentukan Indeks Gain

Pengujian dengan indeks gain < Ngain > dilakukan untuk melihat peningkatan penguasaan konsep. Indeks gain merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain


(40)

maksimum yang dapat diperoleh. Adapun rumus Ngain menurut Hake (1998) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.14 Kategori Ngain (Indeks Gain)

(Hake,1998)

b. Skala Sikap Wirausaha

1) Menentukan Skor setiap Siswa

Skor dihitung berdasarkan total nilai alternatif jawaban seluruh pernyataan skala sikap yang dipilih siswa. Nilai alternatif jawaban setiap pernyataan tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3.15 Nilai setiap Alternatif Jawaban pada Suatu Pernyataan

Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Pada penelitian ini, skala sikap terdiri atas 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif sehingga untuk skor ideal (maksimum) skala sikap yang akan diperoleh adalah 80, sedangkan skor minimumnya adalah 20.

2) Menentukan Rerata Skor ke dalam Skala Kategori

Pada data skala sikap ini memiliki skor ideal (maksimum) sebesar 80 dan skor minimum sebesar 20 (jika siswa tidak

Nilai Kriteria

Ngain ≥ 0,70 Tinggi 0,70 > Ngain≥ 0,30 Sedang

Ngain < 0,30 Rendah Posttest-Pretest

Ngain =


(41)

mengosongkan alternatif jawaban pada suatu pernyataan). Penentuan rerata skor ke dalam skala kategori berdasarkan adaptasi dari Syah (2010:151) adalah sebagai berikut.

Tabel. 3.16 Rentang Skor pada Setiap Kategori

No. Rentang Skor Kategori

1 64-80 Sangat Tinggi

2 56-63 Tinggi

3 48-55 cukup

4 40-47 rendah

5 ˂39 Sangat rendah

3) Menentukan Rerata Rentang Skala setiap Sikap Wirausaha

Menentukan rentang skala setiap sikap wirausaha dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rerata rentang skala setiap sikap

=

4) Menentukan Rerata Sikap ke dalam Rentang Skala Kategori

Menentukan kategori sikap wirausaha siswa untuk setiap sikap wirausaha berdasarkan adaptasi dari Syah (2010:151) seperti pada tabel 3.17 berikut ini.

Tabel. 3.17 Rentang Skala Kategori Sikap Wirausaha Siswa

Rentang Skala Kategori

3,2 – 4 Sangat Tinggi

2,8 – 3,1 Tinggi

2,4 – 2,7 Cukup

2,0- 2,3 rendah

<2,0 Sangat rendah

Σnilai alternatif jawaban yang diperoleh pada sikap tertentu Σnilai alternatif jawaban maksimum sikap tertentu


(42)

c. Lembar Penilaian

Lembar penilaian ini terdiri atas dua penilaian, yaitu penilaian presentasi dan penilaian produk.

1) Penilaian Presentasi

Adapun langkah-langkah pengolahan data pada lembar penilaian presentasi adalah sebagai berikut.

a) Menghitung Skor setiap Siswa

Skor dihitung berdasarkan banyaknya indikator yang muncul pada setiap siswa.

b) Menentukan Persentase setiap Sikap Wirausaha

Menentukan persentase setiap sikap wirausaha dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

% aspek sikap wirausaha =

c) Menentukan Persentase Sikap ke dalam Kategori

Menentukan kategori sikap wirausaha siswa untuk persentase setiap indikator berdasarkan kategori menurut Syah (2010:151) seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel. 3.18 Kategori Sikap Wirausaha Siswa

Persentase (%) Kategori

80-100 Sangat Tinggi

70-79 Tinggi

60-69 Cukup

50-59 Kurang

0-49 Sangat kurang

Σskor yang diperoleh sikap tertentu x 100% Σskor maksimum sikap tertentu


(43)

2) Penilaian Produk

Langkah-langkah pengolahan data pada lembar penilaian produk adalah sebagai berikut.

a) Menentukan Skor setiap Produk

Skor dihitung berdasarkan indikator yang terdapat pada produk yang dinilai.

b) Menentukan Rerata Skor Produk setiap Kelompok

Setiap kelompok membuat 6 buah produk gantungan kunci bioplastik. Setelah seluruh produk setiap kelompok dinilai berdasarkan indikator setiap sikap wirausaha, kemudian menentukan nilai rerata skor produk tersebut setiap kelompok. c) Menentukan Rerata Skor Produk ke dalam Skor Kategori

Menentukan kategori sikap wirausaha siswa untuk rerata skor produk setiap sikap wirausaha berdasarkan skor kategori sikap (diadaptasi dari Syah, 2010:151) seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel. 3.19 Skor Kategori Sikap Wirausaha Siswa

Rentang Skor Kategori

2,4 - 3 Sangat Tinggi

2,1 - 2,3 Tinggi

1,8 – 2,0 Cukup

1,5 – 1,7 Kurang

0 – 1,4 Sangat kurang

d. Angket Respon Siswa

Data yang diperoleh dari angket kemudian dihitung persentase jawaban dari setiap pertanyaan. Untuk pengolahan data melalui angket, digunakan rumus sebagai berikut (Ali, 1985:184):


(44)

Keterangan:

P = Persentase setiap jawaban (dalam %)

n = Nilai yang diperoleh atau jumlah siswa pada item tersebut) N = Jumlah keseluruhan

Setelah itu, sebagai tahap akhir dilakukan penafsiran data atau interpretasi dengan menggunakan kategori persentase berdasarkan kriteria Koentjaraningrat (1997) seperti tabel 3.20 berikut ini

Tabel 3.20 Kriteria Persentase Angket

Persentase jawaban / P(%) Kriteria

P = 0 Tak seorang pun

0<P<25 Sebagian kecil 25

P<50 Hampir setengahnya

P=50 Setengahnya

50<P<75 Sebagian besar 75

P<99 Hampir seluruhnya

P=100 Seluruhnya

2. Uji Hipotesis

a. Uji Prasyarat

Uji hipotesis dilakukan pada data penguasaan konsep dan skala sikap wirausaha. Sebelum menentukan pengolahan data menggunakan uji parametrik atau non parametrik maka dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu. Adapun uji prasyarat tersebut adalah uji normalitas dan homogenitas yang dilakukan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows sesuai petunjuk Susetyo (2010:276).

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan


(45)

menggunakan uji Shapiro-wilk. Berdasarkan uji normalitas yang memiliki nilai sig. ≥α = 0,05 maka sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sedangkan nilai sig.<α=0,05

berarti sampel yang diambil berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Adapun uji normalitas ini dilakukan pada data penguasaan konsep dan skala sikap berikut ini.

a) Penguasaan Konsep

Hasil uji normalitas pada pretest dan posttest penguasaan konsep dapat dilihat pada tabel 3.21 berikut ini.

Tabel 3.21 Uji Normalitas

Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep

Pretest

Kelas Sig.

Eksperimen 0,378

Kontrol 0,243

Posttest

Kelas Sig.

Eksperimen 0,415

Kontrol 0,103

Berdasarkan uji normalitas pretest penguasaan konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi berturut-turut adalah 0,378 dan 0,243. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Begitu pula pada data posttest penguasaan konsep dilakukan uji homogenitas karena kedua kelas berdistribusi normal dan ini terlihat dari nilai


(46)

signifikansi sebesar 0,415 pada kelas eksperimen dan 0,103 pada kelas kontrol.

b) Skala Sikap Wirausaha

Hasil uji normalitas pada skala sikap wirausaha dapat dilihat pada tabel 3.22 berikut ini.

Tabel 3.22 Uji Normalitas

Pretest dan Posttest Skala Sikap

Pretest

Kelas Sig.

Eksperimen 0,807

Kontrol 0,937

Posttest

Kelas Sig.

Eksperimen 0,142

Kontrol 0,172

Adapun uji normalitas pretest skala sikap pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai signifikasi berturut-turut adalah 0,807 dan 0,937. Hal tersebut menunjukkan kedua sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada posttest skala sikap pun demikian, nilai signifikansi yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol secara berturut-turut adalah 0,142 dan 0,172, sehingga pada kedua data yang diperoleh kemudian dilakukan uji homogenitas.

2) Uji Homogenitas Varians

Uji Homogenitas dilakukan menggunakan uji Lavene. Berdasarkan uji Lavene yang memiliki nilai sig. ≥ α = 0,05 ini berarti sampel yang diambil berasal dari populasi bervarians homogen,


(47)

sedangkan nilai sig. < α = 0,05 maka sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang tak homogen. Adapun uji normalitas ini dilakukan pada data penguasaan konsep dan skala sikap berikut ini.

a) Penguasaan Konsep

Pada pretest dan posttest penguasaan konsep dilakukan uji homogenitas. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 3.23 di bawah ini.

Tabel 3.23 Uji Homogenitas

Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep

Data Penguasaan Konsep

Pretest Posttest

0,968 0,034

Berdasarkan uji homogenitas, pretest penguasaan konsep memiliki variansi yang homogen, akan tetapi pada hasil posttest

memiliki variansi yang tak homogen.

b) Skala Sikap

Pada pretest dan posttest skala sikap dilakukan uji homogenitas. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 3.24 di bawah ini.

Tabel 3.24 Uji Homogenitas

Pretest dan Posttest Skala Sikap

Data Skala Sikap

Pretest Posttest

0,615 0,05

Berdasarkan uji homogenitas, pretest dan posttest skala sikap memiliki variansi yang homogen.


(48)

b. Kesimpulan Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah uji dua arah, yaitu H0 : µ1 = µ2 dan H1 : µ1 ≠ µ2. H0 adalah tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan H1 adalah terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kesimpulan uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Penguasaan Konsep

Berdasarkan uji homogenitas yang dilakukan pada data pretest

penguasaan konsep menunjukkan bahwa kedua sampel yang diambil berasal dari populasi yang homogen dan jumlah sampel kecil, yaitu n1<30 dan n2<30 (Boediono & Koster, 2001:409) maka dilakukan uji t (Independent samples-T test). Sedangkan hasil uji homogenitas pada

posttest menunjukkan sampel yang diambil berasal dari populasi variansi yang tidak homogen sehingga dilakukan uji non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U. Pengambilan taraf signifikansi uji ini

adalah α = 0,05, karena dilakukan uji dua pihak, maka α yang

digunakan adalah α/2 = 0,025. Adapun kriteria pengujiannya, yaitu jika nilai sig.(2-tailed)> α/2 = 0,025 maka H0 diterima atau jika nilai

sig.(2-tailed)< α/2 = 0,025 maka H0 ditolak. Pengujian hipotesis ini tersebut menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows


(49)

2) Skala Sikap Wirausaha

Pada data pretest dan posttest skala sikap wirausaha menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, serta memiliki jumlah sampel, yaitu n1 <30 dan n2<30 menurut Boediono & Koster (2001:409) maka dilakukan uji perbandingan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Uji t (Independent samples-T test) dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows sesuai petunjuk Susetyo (2010:278-292). Pengambilan taraf signifikansi uji ini adalah

α = 0,05, karena dilakukan uji dua pihak, maka α yang digunakan

adalah α/2 = 0,025. Adapun kriteria pengujiannya, yaitu jika nilai

sig.(2-tailed) > α/2 = 0,025 maka H0 diterima atau jika nilai


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta berpengaruh terhadap penguasaan konsep klasifikasi dan sikap wirausaha siswa. Hal ini dapat dilihat dari rerata posttest penguasaan konsep dan sikap wirausaha siswa pada kedua kelas. Terdapat perbedaan yang signifikan pada

posttest penguasaan konsep klasifikasi dan sikap wirausaha antara kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (praktikum tanpa pembuatan awetan insekta). Kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta memiliki rerata posttest penguasaan konsep dan rerata posttest skala sikap wirausaha yang lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (praktikum tanpa pembuatan awetan insekta).

Peningkatan penguasaan konsep klasifikasi pada kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (praktikum tanpa pembuatan awetan insekta) terkategori sedang. Namun, pada kelas eksperimen memiliki nilai indeks gain lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.


(51)

Sikap wirausaha kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta (kelas eksperimen) pada skala sikap menunjukkan bahwa rerata secara keseluruhan terkategori tinggi dan setiap aspek sikap wirausaha yang memiliki rerata tertinggi hingga terendah secara berturut-turut adalah sikap berorientasi ke masa depan terkategori sangat tinggi, sikap kepemimpinan terkategori sangat tinggi, sikap berorientasi tugas dan hasil terkategori tinggi, sikap keorisinalan terkategori tinggi, sikap pengambil resiko terkategori tinggi, dan sikap percaya diri terkategori tinggi. Pada penilaian presentasi diperoleh rerata persentase setiap aspek sikap wirausaha mulai dari tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah sikap percaya diri terkategori tinggi, sikap kepemimpinan terkategori cukup, dan sikap pengambil resiko terkategori cukup. Adapun pada penilaian produk, setiap aspek sikap wirausaha yang memiliki rerata skor tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah sikap keorisinalan terkategori tinggi, sikap berorientasi pada tugas dan hasil terkategori cukup, dan sikap berorientasi ke masa depan terkategori cukup.

B.Saran

Adapun saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut.

1. Kepada para pendidik, pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan dapat dijadikan alternatif pembelajaran oleh guru, selain dapat menumbuhkan sikap wirausaha siswa juga dapat membantu siswa dalam penguasaan konsep.


(52)

2. Kepada pengguna penelitian ini, dapat memberikan sedikit-banyak gambaran mengenai sikap wirausaha yang dimiliki siswa SMA sehingga dapat mengembangkan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pelatihan kewirausahaan terhadap siswa-siswa sekolah menengah.

3. Kepada peneliti selanjutnya, dalam penerapan pembelajaran berbasis kewirausahaan ini harus memerhatikan waktu yang diperlukan dan konsep yang yang sesuai berkaitan dengan produk yang bernilai ekonomis tinggi.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa

Alma, B. (2009). Kewirausahaan (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara

Astamoen, Moko P. (2005). Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta

Avarsin, S.M., Moonsavi, A., dan Meshkati, D. (2012). The Entrepreneurship of Ardabil Technical and Vocational Centers Trainees. American Journal of Scientific Research. 53, 80-85

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia (Teori dan pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan). Jakarta:Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pusat Statistik. (2010). Berita Resmi Statistika. [online]. Tersedia:

http://www.bps.go.id/index.php?news=770. [4 November2010]

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Tidak diterbitkan

Badudu, J.S. dan Zain S.M. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Bere, S. M. (2012, 29 April). Hama Belalang Serang Tanaman Warga di 3 Kecamatan di TTU. Kompas [Online], halaman 1. Tersedia:http://regional.kompas.com/read/2012/04/29/06090521/Hama.Bela lang.Serang.Tanaman.Warga.di.3.Kecamatan.di.TTU. [21 Oktober 2012]


(54)

Boediono dan Koster, W. (2001). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Campbell, N.A., Reece, J.N., dan Mitchell, L.G. Biologi Edisi kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). (2003). Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas

Gulo, W. (2008). Strategi Belajar- Mengajar. Jakarta: Gramedia

Hake, R. R. (1998). Interactive engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. American Association of Physics Teachears. 66 (1), 64-74

Hartadi, Budi. (2012, 20 Maret). Serangga Tomcat Pernah Menyerang Tulungagung dan Gresik. Detik Surabaya [online], halaman 1. Tersedia: http://surabaya.detik.com/read/2012/03/20/123349/1871923/466/serangga-tomcat-pernah-menyerang-tulungagung-dan-gresik?y990101mainnews. [21 Maret 2012]

Johansen, V., Schanke, T., dan Clausen, T.H. (2012). Entrepreneurship Education and Pupils' Attitudes Towards Entrepreneurs. Entrepreneurship-Born, Made, and Educated. 7, 113-126

Kastawi, Y. et al. (2003). Common Textbook Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang

Khoiri, N., Hindarto, N., dan Sulhadi. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika berbasis Life Skill untuk Meningkatkan Minat Kewirausahaan Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 7 (2011), 84-88 Koentjaraningrat. (1997). Metode-Metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Makmun, A. S. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung Remaja Rosdakarya Meredith, G. G. et al. (2000). Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta:

Pustaka Binaman Pressindo

Mukaromah, Fathul. ( 2011 ). Seni Insektarium pada Serangga Bersayap. [Online].Tersedia:http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/pr oteksi/seni%20insektarium.pdf. [16 Maret 2012]


(55)

Okafor, C., dan Izedonmi, P.F. (2010). The Effect of Entrepreneurship Education

on Student’ Entrepreneurial Intentions. Global Journal of Management and Business Research. 10 (6), 49-60

Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikanjilid 2. Jakarta: Erlangga

Presiden Republik Indonesia. (1999). Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta: Tidak diterbitkan Purnamasari, Sri R. (2010). Pembelajaran Menggunakan praktikum yang

bernuansa sikap wirausaha dan pengaruhnya terhadap penguasaan konsep pada pemanfaatan limbah. Tesis Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Ragaei, M and Allam, M. (1997). Reviews and views: Insect Conservation and Diversity. [Online]. Tersedia: http://www.medicaljournal-ias.org/Belgelerim/Belge/RagaeiOXDLHAVFKT75745.pdf. [22 November 2011]

Rustaman, N. Y. et al. (2003). Strategi belajar Mengajar Biologi. UPI Jurusan Pendidikan Biologi

Satino. (2007). Penyediaan Spesimen Awetan sebagai Media Pembelajaran Biologi. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Pelatihan%20Media%20Bioplast ik%20Untuk%20Guru.pdf. [25 November 2011]

Sintawati, Esin. (2009). Pendidikan Kewirausahaan dan Peluang Usaha Industri Kreatif Mahasiswa. Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana. 93-98

Siwi, S. S. (1993). Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suhardjana, Y. R. (1999). Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Suhendra. (2011, 13 Juli). Meraup Dolar dari Pengawetan Serangga. Detik Finance [Online], halaman 8. Tersedia: http://finance.detik.com/read/2011/07/13/105121/1680229/480/meraup-dolar-dari-pengawetan-serangga. [16 Maret 2012]


(56)

Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama

Susianna, N. (2007). Program Pembelajaran Kimia untuk Menumbuhkan Sikap Wirausaha Siswa SMA. Disertasi Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Susiwi. (2007). “Kecakapan Hidup (Life Skill)”. Handout pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Kimia, Bandung

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syamsuni. (2005). Penguasaan Konsep Alat Indera dan Sikap Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses Berbasis Nilai. Tesis Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Widiyadi, E. (2009). “Penerapan Tree dalam Klasifikasi dan Determinasi Makhluk Hidup”. Makalah IF2091 Strategi Algoritmik, Bandung


(1)

Sikap wirausaha kelas yang menggunakan pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan insekta (kelas eksperimen) pada skala sikap menunjukkan bahwa rerata secara keseluruhan terkategori tinggi dan setiap aspek sikap wirausaha yang memiliki rerata tertinggi hingga terendah secara berturut-turut adalah sikap berorientasi ke masa depan terkategori sangat tinggi, sikap kepemimpinan terkategori sangat tinggi, sikap berorientasi tugas dan hasil terkategori tinggi, sikap keorisinalan terkategori tinggi, sikap pengambil resiko terkategori tinggi, dan sikap percaya diri terkategori tinggi. Pada penilaian presentasi diperoleh rerata persentase setiap aspek sikap wirausaha mulai dari tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah sikap percaya diri terkategori tinggi, sikap kepemimpinan terkategori cukup, dan sikap pengambil resiko terkategori cukup. Adapun pada penilaian produk, setiap aspek sikap wirausaha yang memiliki rerata skor tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah sikap keorisinalan terkategori tinggi, sikap berorientasi pada tugas dan hasil terkategori cukup, dan sikap berorientasi ke masa depan terkategori cukup.

B.Saran

Adapun saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut.

1. Kepada para pendidik, pembelajaran berbasis kewirausahaan melalui pembuatan awetan dapat dijadikan alternatif pembelajaran oleh guru, selain dapat menumbuhkan sikap wirausaha siswa juga dapat membantu siswa dalam penguasaan konsep.


(2)

112

2. Kepada pengguna penelitian ini, dapat memberikan sedikit-banyak gambaran mengenai sikap wirausaha yang dimiliki siswa SMA sehingga dapat mengembangkan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pelatihan kewirausahaan terhadap siswa-siswa sekolah menengah.

3. Kepada peneliti selanjutnya, dalam penerapan pembelajaran berbasis kewirausahaan ini harus memerhatikan waktu yang diperlukan dan konsep yang yang sesuai berkaitan dengan produk yang bernilai ekonomis tinggi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa

Alma, B. (2009). Kewirausahaan (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara

Astamoen, Moko P. (2005). Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta

Avarsin, S.M., Moonsavi, A., dan Meshkati, D. (2012). The Entrepreneurship of Ardabil Technical and Vocational Centers Trainees. American Journal of Scientific Research. 53, 80-85

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia (Teori dan pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan). Jakarta:Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pusat Statistik. (2010). Berita Resmi Statistika. [online]. Tersedia:

http://www.bps.go.id/index.php?news=770. [4 November2010]

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Tidak diterbitkan

Badudu, J.S. dan Zain S.M. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Bere, S. M. (2012, 29 April). Hama Belalang Serang Tanaman Warga di 3 Kecamatan di TTU. Kompas [Online], halaman 1. Tersedia:http://regional.kompas.com/read/2012/04/29/06090521/Hama.Bela lang.Serang.Tanaman.Warga.di.3.Kecamatan.di.TTU. [21 Oktober 2012]


(4)

114

Boediono dan Koster, W. (2001). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Campbell, N.A., Reece, J.N., dan Mitchell, L.G. Biologi Edisi kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). (2003). Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas

Gulo, W. (2008). Strategi Belajar- Mengajar. Jakarta: Gramedia

Hake, R. R. (1998). Interactive engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. American Association of Physics Teachears. 66 (1), 64-74

Hartadi, Budi. (2012, 20 Maret). Serangga Tomcat Pernah Menyerang Tulungagung dan Gresik. Detik Surabaya [online], halaman 1. Tersedia: http://surabaya.detik.com/read/2012/03/20/123349/1871923/466/serangga-tomcat-pernah-menyerang-tulungagung-dan-gresik?y990101mainnews. [21 Maret 2012]

Johansen, V., Schanke, T., dan Clausen, T.H. (2012). Entrepreneurship Education and Pupils' Attitudes Towards Entrepreneurs. Entrepreneurship-Born, Made, and Educated. 7, 113-126

Kastawi, Y. et al. (2003). Common Textbook Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang

Khoiri, N., Hindarto, N., dan Sulhadi. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika berbasis Life Skill untuk Meningkatkan Minat Kewirausahaan Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 7 (2011), 84-88 Koentjaraningrat. (1997). Metode-Metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Makmun, A. S. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung Remaja Rosdakarya Meredith, G. G. et al. (2000). Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta:

Pustaka Binaman Pressindo

Mukaromah, Fathul. ( 2011 ). Seni Insektarium pada Serangga Bersayap. [Online].Tersedia:http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/pr oteksi/seni%20insektarium.pdf. [16 Maret 2012]


(5)

Okafor, C., dan Izedonmi, P.F. (2010). The Effect of Entrepreneurship Education on Student’ Entrepreneurial Intentions. Global Journal of Management and Business Research. 10 (6), 49-60

Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan jilid 2. Jakarta: Erlangga

Presiden Republik Indonesia. (1999). Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta: Tidak diterbitkan Purnamasari, Sri R. (2010). Pembelajaran Menggunakan praktikum yang

bernuansa sikap wirausaha dan pengaruhnya terhadap penguasaan konsep pada pemanfaatan limbah. Tesis Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Ragaei, M and Allam, M. (1997). Reviews and views: Insect Conservation and

Diversity. [Online]. Tersedia:

http://www.medicaljournal-ias.org/Belgelerim/Belge/RagaeiOXDLHAVFKT75745.pdf. [22 November 2011]

Rustaman, N. Y. et al. (2003). Strategi belajar Mengajar Biologi. UPI Jurusan Pendidikan Biologi

Satino. (2007). Penyediaan Spesimen Awetan sebagai Media Pembelajaran

Biologi. [Online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Pelatihan%20Media%20Bioplast ik%20Untuk%20Guru.pdf. [25 November 2011]

Sintawati, Esin. (2009). Pendidikan Kewirausahaan dan Peluang Usaha Industri Kreatif Mahasiswa. Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana. 93-98

Siwi, S. S. (1993). Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suhardjana, Y. R. (1999). Buku Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Suhendra. (2011, 13 Juli). Meraup Dolar dari Pengawetan Serangga. Detik

Finance [Online], halaman 8. Tersedia:


(6)

http://finance.detik.com/read/2011/07/13/105121/1680229/480/meraup-116

Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama

Susianna, N. (2007). Program Pembelajaran Kimia untuk Menumbuhkan Sikap Wirausaha Siswa SMA. Disertasi Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Susiwi. (2007). “Kecakapan Hidup (Life Skill)”. Handout pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Kimia, Bandung

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syamsuni. (2005). Penguasaan Konsep Alat Indera dan Sikap Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses Berbasis Nilai. Tesis Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan

Widiyadi, E. (2009). “Penerapan Tree dalam Klasifikasi dan Determinasi Makhluk Hidup”. Makalah IF2091 Strategi Algoritmik, Bandung