BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi Negara, yaitu Pancasila serta Undang–undang Dasar 1945.
Berdasarkan kedua hal tersebut Indonesia menganut sistem Ekonomi Pancasila. Dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Pasal 33
Ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Dalam
penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa usaha yang sesuai dengan pasal tersebut diatas adalah koperasi. Koperasi sebagai salah satu pelaku
kegiatan perekonomian Nasional telah memiliki legalitas tersendiri yang tertuang dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992.
Berdasarkan PSAK No. 27 revisi 1998, reformat 2007, koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan
sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada
khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian
nasional. Pembangunan koperasi sebagai badan usaha ditujukan pada
penguatan dan perluasan basis usaha, peningkatan mutu sumber daya manusia terutama pengurus, pengelola dan anggotanya yang berakhlak
Universitas Sumatera Utara
mulia, termasuk kewirausahaan dan profesionalisme koperasi, sehingga dengan kinerja yang makin sehat, kompetitif dan madiri, koperasi mampu
menjadi badan usaha utama dalam perekonomian. Dalam UU No.25 Tahun 1992 Pasal 5 disebutkan bahwa dalam
pelaksanaannya koperasi memiliki beberapa prinsip, adapun prinsip- prinsip tersebut antara lain, keanggotannya bersifat terbuka dan sukarela,
pengelolaan yang dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
masing anggota, pembagian balas jasa yang terbatas terhadap modal, serta kemandirian.
Ada berbagai jenis koperasi yang berdiri di Indonesia, salah satunya adalah adalah koperasi pegawai. Koperasi pegawai, seperti
namanya merupakan koperasi yang berdiri di instansi-instansi tertentu yang tidak hanya menyediakan barang-barang kebutuhan pokok sehari-
hari bagi anggotanya tetapi juga menyediakan jasa simpan pinjam yang dapat dimanfaatkan oleh para anggotanya.
Berdasarkan PSAK No.27 Revisi 1998, Reformat 2007 koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya
menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya. Koperasi simpan pinjam berbeda dengan unit simpan pinjam lainnya,
dimana simpan pinjam yang berada diluar koperasi biasanya menerapkan bunga pinjaman yang sama atau lebih tinggi dari bunga bank, namun
Universitas Sumatera Utara
bunga pinjaman pada koperasi tentu saja diringankan agar tidak memberatkan anggotanya.
Namun sangat disayangkan, perkembangan koperasi yang diharapkan dapat menjadi salah satu tonggak perekonomian Indonesia
masih mengalami berbagai hambatan-hambatan, dari mulai keterbatasan dana sampai kurangnya sumber daya manusia yang professional yang
dapat mengelola koperasi dengan baik. Padahal keberadaan koperasi sangat membantu para anggotanya dalam meningkatkan taraf
kesejahteraan mereka. Agar koperasi tersebut dapat menjadi seperti yang diharapkan,
mestinya memang ada suatu standar yang dapat mengatur pengelolaan koperasi itu sendiri, sehingga dalam pengelolaannya manajemen memiliki
tuntunan agar dapat membawa koperasi tersebut menjadi lebih baik. Sesuai dengan perkembangan koperasi dalam melaporkan laporan
keuangannya, kini telah dikeluarkan Standar Akuntansi Keuangan No.27 tentang Akuntansi Perkoperasian yang telah mendapat revisi tahun 1998,
dan Reformat tahun 2007 serta adanya Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP yang baru dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Publik pada Mei 2009. Penerapan standar akuntasi perkoperasian ini diharapkan dapat memberi gambaran kinerja manajemen
koperasi di masa lalu dan prospek di masa yang akan datang, sehingga dapat dipercaya dan diandalkan baik oleh pengurus maupun oleh anggota
Universitas Sumatera Utara
koperasi dan pihak eksternal yang memiliki kepentingan terhadap koperasi tersebut.
Meskipun demikian tidak semua koperasi mengetahui bahwa ada aturan tertulis mengenai pedoman penyusunan laporan keuangan yang
tertuang dalam Standard Akuntansi Keuangan No.27 tentang akuntansi perkoperasian dan SAK ETAP.
Purba 2007, dalam penelitiannya yang dilakukan di Koperasi karyawan RISPA Medan, menyebutkan bahwa koperasi tersebut belum
menyajikan laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan promosi anggota dalam penyajian laporan keuangannya, selain itu koperasi
ini, belum menyajikan penyisihan piutang tak tertagih, sehingga menyebabkan penyajian piutang terlalu besar, sehingga menyebabkan
penyajian sisa hasil usaha terlalu besar. Aviscenna 2006 melakukan penelitian di KPN INSKO,
menyatakan bahwa koperasi tersebut tidak menyajikan laporan arus kas dan laporan promosi anggota, selain itu dalam perhitungan hasil usahanya
koperasi ini tidak memisahkan antara beban anggota dan non-anggota seperti yang ditetapkan dalam PSAK No.27.
Menurut Harahap 2005 yang melakukan penelitian di Koperasi Serba Usaha Nusa Bangsa, Medan, menyebutkan bahwa di koperasi
tersebut belum menyajikan laporan promosi anggota. Selain itu dalam neraca bagian ekuitas, tidak dicantumkan modal penyertaan anggota dan
modal penyertaan. Selain itu perusahaan ini masih menggunakan istilah
Universitas Sumatera Utara
laporan laba rugi untuk menjelaskan Laporan Sisa Hasil Usaha. Pendapatan dan beban dari anggota dan non-anggota juga tidak dilakukan
pemisahan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian di
Koperasi Pegawai Republik Indonesia KPRI GUPER Perdagangan, yang beralamat di Jalan Merdeka No.1210 Perdagangan. Koperasi ini pada
tahun 2009 mendapatkan Juara I dan di tetapkan sebagai Koperasi Berkwalitas Jenis Koperasi Pegawai Republik Indonesia Tingkat
Kabupaten Simalungun pada Penyelenggaraan Peringatan Hari Koperasi Ke-62 Kabupaten Simalungun. Koperasi ini memiliki beberapa unit
usaha. Unit usaha yang paling utama dalam koperasi ini adalah unit Simpan Pinjam. Unit lainnya adalah unit usaha piutang konsinyasi,kredit
sepeda motor, unit usaha pertokoan, fotocopy, unit penyewaan wismakursi dan unit birojasa.
KPRI GUPER Perdagangan sebagai koperasi yang cukup besar seharusnya membuat dan menyajikan laporan keuangan sesuai standar
yang berlaku, dalam hal telah di atur dalam Peryataan Standar Akuntansi Keuangan No.27. Tetapi dalam prakteknya ternyata KPRI GUPER
Perdagangan tidak mengikuti standar akuntansi keuangan No.27, hal ini terlihat dengan tidak adanya Laporan Arus Kas dan Laporan Promosi
Ekonomi Anggota dalam Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Laporan Keuangan Tahun Buku 2009 yang di buat oleh manajemen
koperasi.
Universitas Sumatera Utara
Dari penjabaran latar belakang permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi tentang Akuntansi Perkoperasian dengan
Judul “Tinjauan Atas Bentuk Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Koperasi Pada KPRI-GUPER Perdagangan”
B. Perumusan Masalah