Sejarah Mi Instan TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Mi Instan

Mi merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut catatan sejarah, mi pertama kali dibuat di daratan Cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan dinasti Han. Dari Cina, mi berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan dan Negara- Negara di Asia Tenggara bahkan meluas sampai ke benua Eropa. http:www.ot.co.idresearch_life_MengenalMi.html diakses pada tanggal 14 Maret 2009. Menurut buku-buku sejarah, di benua Eropa mi mulai dikenal setelah Marco Polo berkunjung ke Cina dan membawa oleh-oleh mi. Namun pada perkembangannya di Eropa mi berubah menjadi pasta seperti yang kita kenal saat ini. Sesungguhnya seni menggiling gandum telah lebih dahulu berkembang di Timur Tengah, seperti di Mesir dan Persia. Pada awalnya mi diproduksi secara manual, baru pada tahun 700-an sejarah mencatat terciptanya mesin pembuat mi berukuran kecil dengan menggunakan alat mekanik. Evolusi pembuatan mi berkembang secara besar-besaran setelah T. Masaki pada tahun 1854 berhasil membuat mesin pembuat mi mekanik yang dapat memproduksi mi secara massal. http:www.megapolitan.kompas.com. Diakses pada tanggal 14 Maret 2009 Meskipun sejarah mencatat bahwa mi pertama kali berasal dari Cina, ternyata penemuan mi instan ini justru terjadi di Jepang, 49 tahun yang lalu oleh seorang imigran dari Taipei bernama Momofuku Ando. Momofuku Ando lahir dengan nama Universitas Sumatera Utara asli Gih-hok pada tanggal 5 Maret 1910, di Chiayi, Taiwan, yang ketika itu masih menjadi bagian dari Kerajaan Jepang. Ando berpikir bagaimana mengatasi kekurangan pangan di Jepang setelah berakhir perang dunia II. Ando menghendaki mi yang dibuatnya harus memiliki rasa, murah, dan mudah disajikan. Masalahnya adalah bagaimana memberikan rasa tanpa membuatnya menjadi seperti bubur. Dengan bantuan alat pembuat mi, Ando menyiramkan sup pada kaleng yang berisi mi dan air, kemudian diaduk dengan tangan dan membiarkannya menjadi kering sebagian. Hal ini dapat memberikan kesempatan mi untuk menyerap sup pada permukaan luarnya. Mi tersebut selanjutnya dikeringkan. Di samping untuk memperpanjang umur simpan, mi yang sudah kering mudah disajikan. Hanya dengan menuangkan air mendidih, kita sudah dapat menikmati kelezatan mi instan. http:www.abdullah.alaydrus.net. Diakses pada tanggal 14 maret 2009. Ando memberi nama produk tersebut sebagai Chikin Ramen, yang berarti mi rasa ayam. Ayam dalam bahasa Jepang adalah chickin, sedangkan ramen merupakan salah satu mi khas Jepang. Mulanya mi ini dianggap sebagai makanan mewah. Harganya dapat mencapai enam kali harga mi tradisional. Ide tersebut ternyata tidak disangka telah melahirkan industri raksasa yang kini dikenal dengan nama Nissin Food Product. Nama Nissin sendiri baru dipublikasikan saat peluncuran produk Chickin Ramen yang dijual dalam kemasan cellophane. Ayam merupakan bahan utama dari kesuksesan Nissin yang mendunia. Menurut Ando, dengan menggunakan sup ayam, mi instan dapat diterima oleh masyarakat luas. Orang Hindu tidak diperkenankan mengonsumsi sapi, sedangkan orang Muslim tidak diperbolehkan mengonsumsi babi, tetapi tidak ada satu agama dan negara pun yang melarang penggunaan ayam sebagai salah satu komponennya. http:www.abdullah.alaydrus.net. Diakses pada tanggal 14 maret 2009 Universitas Sumatera Utara

2.2. Teknologi Pembuatan Mi Instan