Analisis Kadar Timbal(Pb) Pada Tepung Tapioka Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

(1)

ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb)

PADA TEPUNG TAPIOKA DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

TUGAS AKHIR

OLEH:

DELIMA MEGA SINAGA

NIM 122410042

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Analisis Kadar Timbal(Pb) Pada Tepung Tapioka Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom”. Penulisan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

4. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.


(4)

5. Bapak Drs., Wiryanto, MS., Apt., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal akademik setiap semester.

6. Bapak Martias, Kepala Laboratorium Instrumen dan selaku Pembimbing PKL di Baristand Industri Medan.

7. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analisis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Sabar Sinaga dan Ibunda Pinnahati Silalahi serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan perhatian, doa, dorongan dan pengorbanan baik moral maupun materil dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Maret 2015 Penulis

Delima Mega Sinaga NIM 122410042


(5)

ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb)

PADA TEPUNG TAPIOKA DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Abstrak

Pencemaran atau polusi adalah masuknya sesuatu yang dilakukan oleh manusia kedalam lingkungan berupa bahan yang kemungkinan besar menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia.Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungnnya dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang berterbangan di udara akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah. Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah.Singkong perlu segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah menjadi tepung tapioka. Tercemarnya lahan penanaman singkong mengakibatkan olahan singkong mengandung logam berat seperti Timbal (Pb).

Sampel yang digunakan adalah tepung tapioka. Penentuan kadar Timbal (Pb) dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom dengan panjang gelombang 283,3 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Timbal yang di dapat pada tepung tapioka adalah 0,66599 mg/L dengan konsentrasi rata-rata 0,0666 mg/L dan absorbansi rata-rata 0.00038. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar Timbal (Pb) pada tepung tapioka tidak memenuhi syarat yang ditetapkan pada SNI Nomor 3451 Tahun 2011 sehingga tepung tapioka tersebut tidak layak untuk di konsumsi masyarakat.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tanaman Singkong ... 4

2.1.1 Taksonomi Tanaman Singkong ... 4

2.1.2 Manfaat Tanaman Singkong ... 4

2.2 Tepung Tapioka ... 6

2.2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Tapioka ... 7

2.2.2 Pencemaran Tepung Tapioka ... 8

2.3 Timbal (Pb) ... 9


(7)

2.3.1.1 Penggunaan Dalam Bidang Industri ... 11

2.3.2 Efek Toksik Timbal (Pb) ... 11

2.3.3 Pencegahan Pencemaran Timbal (Pb) ... 14

2.4 Mesin Analisis ... 15

2.4.1 Spektrofotometri Serapan Atom ... 15

2.4.2 Instrumentasi Serapan Atom Spektrofotometer ... 16

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN ... 20

3.1 Tempat ... 20

3.2 Alat ... 20

3.3 Bahan ... 20

3.4 Prosedur ... 21

3.4.1 Preparasi Tepung Tapioka ... 21

3.4.2 Pembuatan Pereaksi Aquabides Asam ... 21

3.4.3 Pembuatan Larutan Standar Timbal ... 22

3.4.3.1 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 1 Pb/L ... 22

3.4.3.2 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 0,2 mg Pb/L 22

3.4.3.3 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 0,4 mg Pb/L 22

3.4.3.4 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 0,6 mg Pb/L 22

3.4.3.5 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 0,8 mg Pb/L 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil ... 24


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman 4.1 Tabel Hasil Analisa Sampel ... 24


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran Data ... 29

2. Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb) ... 34

3. Data Kalibrasi ... 35

4. Perhitungan Kadar Logam ... 37

5. Lampiran Syarat Mutu Tapioka SNI No. 3451 Tahun 2011 ... 38


(11)

ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb)

PADA TEPUNG TAPIOKA DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Abstrak

Pencemaran atau polusi adalah masuknya sesuatu yang dilakukan oleh manusia kedalam lingkungan berupa bahan yang kemungkinan besar menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia.Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungnnya dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang berterbangan di udara akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah. Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah.Singkong perlu segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah menjadi tepung tapioka. Tercemarnya lahan penanaman singkong mengakibatkan olahan singkong mengandung logam berat seperti Timbal (Pb).

Sampel yang digunakan adalah tepung tapioka. Penentuan kadar Timbal (Pb) dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom dengan panjang gelombang 283,3 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Timbal yang di dapat pada tepung tapioka adalah 0,66599 mg/L dengan konsentrasi rata-rata 0,0666 mg/L dan absorbansi rata-rata 0.00038. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar Timbal (Pb) pada tepung tapioka tidak memenuhi syarat yang ditetapkan pada SNI Nomor 3451 Tahun 2011 sehingga tepung tapioka tersebut tidak layak untuk di konsumsi masyarakat.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari.Spektroskopi serapan atom pertama kali digunakan pada tahun 1995 oleh Walsh. Sesudah itu, tidak kurang dari 65 unsur diteliti dan dapat dianalisi dengan cara tersebut. Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit.Spektroskopi serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang disn serap biasanya sinar tampak atau ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaannnya terletak pada bentuk spectrum, cara peengerjaan sampel dan peralatannya (Rohman, 2007).

Logam dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada mahluk hidup.Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan.Logam-logam tertentu sangat berbahaya bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan (dalam air, tanah, dan udara), karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh mahluk hidup. Pencemaran lingkungan oleh logam


(13)

berbahaya (Pb), dapat terjadi jika orang atau pabrik yang menggunkan logam tersebut untuk proes produksinya tidak memperhatikan keselamatan lingkungan (Darmono,1995).

Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam dalam tanaman yang tumbuh diatasnya, sehingga kandungan logam yang kurang atau berlebihan dalam jaringan tanaman akan mencerminkan kandungan logam dalam tanah. Tetapi ada kekecualian, yaitu dengan adanya suatu interaksi diantara logam itu sendiri, sehingga terjadi suatu hambatan penyerapan kandungan logam tersebut dalam tanaman (Darmono,1995).

Timbal (Pb) adalah suat lambang Pb deng Plumbum.Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam – logam golongan IV – A pada Tabel Periodik unsur kimia. Timbal (Pb) atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam.Timbal (Pb) adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi.Keberadaan timbal juga berasal dari hasil aktivitas manusia, dimana jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami yang terdapat pada kerak bumi.Unsur Pb digunakan dalam bidang industri modern sebagai bahan pembuatan pipa air yang tahan korosi, bahan pembuat cat, baterai, dan campuran bahan bakar bensin tetraetil (Widowati, 2008).

Bahan pangan mengandung kontaminan Pb cukup tinggi adalah sayuran yang ditanam di tepi jalan raya dengan rata-rata sebesar 28,78 ppm, jauh diatas batas aman yang diizinkan oleh Dirktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, yaitu sebesar 2 ppm. Kandungan Pb yang tinggi ditemukan dalam sayuran,


(14)

terutama dalam sayuran hijau. Berapa bahan pangan dilaporkan mengandung Pb, di antaranya susu sapi, buah, dan sayuran (15-20 mirkro gram/kilo gram), an ikan (170 mikro gram/kilo gram ). Kelompok yang paling tinggi adalah kerang-kerangan (molusca) dan udang-udangan (crustacea), yaitu rata-rata lebih tinggi dari 250 mikro gram/kilogram. Inilah satu tujuan saya menganalisa kadar logam Timbal (Pb) pada tepung tapioka secara spektrofotometri serapan atom, dimana Singkong yang ditanam ditepi jalan raya dapat mengakibatkan singkong mengandng timbal (Pb) (Palar, 1994).

1.2 Tujuan

− Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada tepung tapioka berdasarkan

SNI 3451-2011.

− Untuk mengetahui Kualitas tepung tapioka yang diuji.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah:

− Memberikan informasi tentang persentase kandungan timbal (Pb) yang terdapat pada tepung tapioka.

− Memberikan informasi mengenai tepung tapioka sehingga hasil yang


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Singkong 2.1.1 Taksonomi Singkong

Menurut (Salim, 2012) taksonomi tanaman Singkong adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Family : Euphorbiaceae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta

2.1.2 Manfaat Tanaman Singkong

Singkong merupakan jenis makanan yang hampir semua orang sudah mengenalnya.Banyak orang yang menyenangi makanan yang satu ini karena bisa dibuat aneka masakan yang lezat dengan khasiat yang banyak. Jenis makanan yang sangat mudah menanamnya ini tiak hanya umbinya yang bisa dimanfaatkan, tetapi juga daunnya. Menurut pakar tanaman obat, Prof. Hembing Wijayakusuma, singkong memiliki efek farmakologis yang sangat baik bagi kesehatan.Efek farmakologis yang terdapat dalam singkong seperti antioksidan, antikanker, serta dapat menambah nafsu makan. Selain itu, dalam sigkong terdapat, berbagai kandungan lain yang berkhasiat bagi kesehatan kita. Kandungan yang terdapat


(16)

dalam ubi singkong adalah kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang, zat besi, vitamin B an C, dan amilum (Rushide, 2010).

Secara umum, singkong bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan digunakan sebagai obat penyembuhan, seperti mengobati rematik, sakit kepala, demam, luka, diare, cacingan, disentri, rabun senja, beri-beri, dan meningkatkan stamina tubuh (Rushide, 2010).

Singkong merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah banyak diolah menjadi berbagai produk jadi atau produk setengh jadi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat, namun sangat miskin protein, Di Indonesia tanaman singkong memiliki bermacam nama, antara lain singkong, ketela pohon, ubi kayu, dan lain-lain. Sebagian tanaman singkong telah dimanfaatkan, dari umbi, batang, hingga daunnya.Hampir semua bagian dapat dimanfaatkan. Daun singkong digunakan untuk sayur-mayur, batang singkong untuk pegembangbiakan secara stek atau tanam pagar, kulit singkong diolah menjadi keripik kulit singkong, sedangkan umbi singkong telah banyak diproses menjadi macam-macam produk, salah satunya tepung tapioka. Sebagian masyarakat telah memanfaatkan singkong sebagai pengganti nasi karena ketidakmampuan ekonomi untuk membeli beras (Salim, 2012).


(17)

2.2 Tepung Tapioka

Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah, baik secara monokultur maupun tumpang sari dengan kacang tanah, kacang hijau, atau tanaman hortikultura seperti cabai. Singkong dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan baku industri, dan makanan ternak. Singkong yang telah di panen mudah menjadi rusak, yaitu berubah menjadi coklat kebiruan. Oleh karena itu singkong perlu segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah menjadi tepung tapioka (Anonim, 2015).

Pengolahan tepung tapioka: kupas kulit umbi, lalu cuci hingga bersih. Kemudian parut umbi dengan pemarut, lalu tampung parutan dalam tempat yang berisi air bersih. Tampung air perasan dalam wadah.Lakukan penyaringan parutan berulang kali sampai air perasan menjadi jernih.Kemudian endapkan air persasan selama 24 jam.Kemudian buang air endapan yang mengandung lendir dan kotoran, lalu ganti dengan air bersih sambil diaduk.Lakukan penggantian air 2-3 kali agar tepung yang dihasilkan berwarna putih bersih.Kemudian keluarkan tepung dari wadah pengendapan lalu letakkan dalam tampah (nyiru). Hancurkan gumpalan-gumpalan tepung basah dengan cara diremas-remas hingga tepung menjadi halus. Kemudian jemur tepung tapioka di terik matahari hingga kering (Anonim, 2015).

Cara membuatnya, singkong dikupas lalu dipotong potong dan digiling. Hasilnya direndam dalam bak lalu disaring.Ampasnya dibuang, sedang cairannya diendapkan.Endapan dikeringkan hingga menjadi tepung (Najiyati, 1999).


(18)

2.2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Tapioka Kupas kulit singkong hingga bersih

Cuci singkong hingga bersih

Parut singkong menjadi parutan halus

Tampung dalam bak bersih air bersih Sambil diremas-remas dengan tangan

Tuang hasil remasan keatas saringan kain putih, dan tampung air Perasan dalam wadah atau bak, lakukan penyaringan parutan singkong berkali-kali hingga air

perasan jernih

Endapkan air perasan dalam wadah atau bak pengendapan selama 24 jam

Buang air endapan, kemudian ganti dengan air bersih sambil diaduk-aduk sampai merata. Lakukan penggantian air bersih 2-3 kali agar tepung yang dihasilkan

berwarna putih bersih

Jemur tepung tapioka hingga kering (Anonim, 2015).

Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah, baik secara monokultur maupun tumpang sari dengan kacang tanah, kacang hijau, atau tanaman


(19)

hortikultura seperti cabai. Singkong dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan baku industri, dan makanan ternak. Singkong yang telah di panen mudah menjadi rusak, yaitu berubah menjadi coklat kebiruan. Oleh karena itu singkong perlu segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah menjadi tepung tapioka. Singkong dipanen pada saat sudah berumur tua agar tepung yang diperoleh maksimal.Untuk varietas genjah, singkong dipanen pada umur 6-8 bulan an untuk variets dalam pada umur 9-12 bulan (Anonim, 2015).

2.2.2 Pencemaran Tepung Tapioka

Pencemaran atau polusi adalah masuknya sesuatu yang dilakukan oleh manusia kedalam lingkungna berupa bahan yang kemungkinan besar menyebabkan bahaya terhadap kesahatan manusia (Muklish, dkk.,2011).

Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada awal digunakannya logam pada alat, belum diketahui pengaruh pencemaran pada lingkungan. Proses oksidasi dari logam yang menyebababkan perkaratan sebelumnya merupakan tanda-tanda adanya hal tersebut. Tahun demi tahun ilmu kimia berkembang dengan cepat dan dengan nilai ditemukannya garam logam PbNO3.serta diperjualbelikannya garam tersebut untuk industry, maka tanda-tanda pencemaran lingkngan mulai timbul (Darmono,1995).

Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang bermacam-macam ini dan ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara, tanah/daratan dan air/lautan.Pencemaran udara oleh logam berat sangat erat


(20)

hubungannya dengan sifat-sifat logam itu sendiri, sedangkan pencemaran tanah daratan atau air/lautan erat hubungannya dengan penggunaan logam itu sendiri.Pencemaran udara biasanya terjadi pada proses-proses industri yang menggunakan suhu tinggi, sedangkan logam seperti As, Cd, Hg, Pb, adalah logam yang mudah menguap. Pencemaran daratan dan air terjadi karena pembuangan limbah, dari industri penggunaan logam yang bersangkutan secara tidak terkontrol (pabrik ak/baterai) atau penggunaan bahan yang mengandung logam itu sendiri (Darmono,1995).

Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungnnya dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang beterbangan di udara akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah. Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah sangat rendah didalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah tersebut sudah tercemar (Darmono,1995).

2.3 Timbal (Pb)

Timbal (Pb) (Ar: 207.19). Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang tinggi (11,48 g ml-1 pada suhu kamar). Ia juga mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) (Vogel,1985).

Timbal atau Plumbum (Pb) adalah metal kehitaman.Dahulu digunakan sebagai konstituen didalam cat, baterai, dan saat ini banyak digunakan dalam bensin. Timbal (Pb) organik (TEL = tetra ethyl lead) sengaja ditambahkan ke dalam bensin untuk meningkatkan nilai oktan. Timbal (Pb) adalah racun


(21)

sistemik.Keracunan Timbal (Pb) akan menimbulkan gejala: rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, muntah-muntah, perubahan kepribadian, kelumpuhan, dan kebutaan (Slamed, 1994).

Timbal (Pb) dalam bentuk larutan diabsorbsi sekitar 1-10% melalui dinding saluran pencernaan. Sistem darah porta hepatis (dalam hati) membawa timbal tersebut dan didistribusikan ke dalam jaringan. Timbal (Pb) kemudian diekskresikan melalui urin dan feses. Kebanyakan ekskresi terjadi melalui cairan empedu kedalam intestinum dan ginjal melalui air susu, keringat, dan rambut (Darmono,1995).

Logam berat merupakan komponen alami tanah.Elemen ini tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan, logam ini dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan, air minum, atau melalui udara.Logam berat merupakan pencemar yang berbahaya dan bersifat racun bagi sel meskipun dalam konsentrasi rendah (Martanigtas, 2004).

Timbal (Pb) memiliki nomor atom 82; bobot atom 207,21; valensi 2-4. Timbal (Pb) merupakan logam yang sangat beracun terutama terhadap anak-anak. Secara alami ditemukan pada tanah. Timbal (Pb) tidak berbau dan tidak berasa. Timbal (Pb) dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa lain membentuk berbagai senyawa-senyawa timbal, baik senyawa-senyawa organik seperti timbal oksida (PbO), timbal klorida (PbCl2) dan lain-lain. Sumber-sumber timbale (Pb) antara lain cat usang, debu, udara, makanan, tanah yang terkontaminasi dan bahan bakar bertimbal. Penggunaan senyawa-senyawa Timbal (Pb) antara lain pembuatan


(22)

gelas, penstabil pada senyawa-senyawa PVC, cat berbasis minyak, zat pengoksidasi dan bahan bakar (SNI, 2009).

2.3.1 Manfaat Timbal (Pb)

Timbal (Pb) dan persenyawaan banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri baterai digunakan sebagai bahan aktif dalam pengaliran arus elektron, untuk kabel telepon, kabel listrik, bahan peledak, pewarnaan cat, pengkilapan keramik dan bahan anti api, pembangkit listrik tenaga panas, aditif untuk bahan bakar kendaraan bermotor (Palar, 2004).

2.3.1.1 Penggunaan Dalam Bidang Industri

Timbal (Pb) sebagai salah satu zat yang dicampurkan kedalam bahan bakar (premium dan premix), yaitu (C2H5)4 Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead) yang digunakan sebagai bahan aditif, yang berfungsi meningkatkan angka oktan sehingga penggunaannya akan menghindarkan mesin dari gejala “ngelitik” yang berfungsi sebagai pelumas bagi kerja antar katup mesin dengan dudukan katup valve seat serta valve guide. Keberadaan Octane booster dibutuhkan dalam mesin agar mesin bisa bekerja dengan baik (Widowati, 2008).

2.3.2 Efek Toksik Timbal (Pb)

Timbal (Pb) berpengaruh negatif pada semua organ yaitu dengan mengganggu enzim oksidase sebagai akibatnya menghambat sistem metabolisme sel , salah satu diantaranya adalah menghambat sistem Hb dalam sumsum tulang.


(23)

Gejala yang khas dari keracunan Pb ini dibagi menjadi 3 bentuk yaitu: Gastroenteritis. Ini disebabkan oleh reaksi ransangan garam Pb pada mukosa saluran pencernaan sehingga menyebabkan pembengkakan dan gerakan kontraksi rumen dan usus terhenti, peristaltic usus menurun sehingga terjadi konstipasi dan kadang-kadang diare.Timbal terbawa dalam darah dan lebih dari 95% berikatan dengan eritrosit.Ini menyebabkan mudah pecahnya sel darah merah dan berpengaruh terhadap sintesis Hb, sehingga menyebabkan anemia. Timbal (Pb) menyebabkan kerusakan sel endotel dan kapiler darah diotak (Darmono,1995).

Didalam tubuh manusia, Timbal (Pb) bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil Timbal (Pb) diekskresikan lewat urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan rambut. Toksisitas kronis sering dijaumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), pembuatan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan. Paparan Timbal (Pb) secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuhan, gangguan iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi serta aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur (Widowati, 2008).

Toksisitas akut bisa terjadi jika Timbal (Pb) masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau menghirup gas Timbal (Pb) dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi. Timbal (Pb) bisa merusak jaringan saraf, fungsi ginjal, menurunnya kemampuan belajar, dan


(24)

membuat anak-anak bersifat hiperaktif. Selain itu, Timbal (Pb) juga mempengaruhi organ-organ tubuh, antara lain sistem saraf, ginjal, sitem reproduksi, sistem endokirn, dan jantung, serta gangguan pada otak sehingga anak mengalami gangguan kecerdasan dan mental. Pada wanita hamil, logam Timbal (Pb) mampu melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk kedalam sistem peredaran darah janin (Widowati, 2008).

Gejala khas keracunan timbal (Pb) pada anak berbeda dengan orang dewasa.

Kerusakan sara perifer (saraf tepi) lebih mengalami kerusakan pada orang dewasa daripada kerusakan saraf pusat yang dialami oleh anak-anak tersebut ialah: nafsu makan berkurang, sakit perut, muntah-muntah, bergerak terasa kaku, kelemahan, tidak ingin bermain, peka terhadap ransangan, sempoyongan bila bergerak, sulit berbicara, hasil tes psikologik terlihat sangat rendah, gangguan pertumbuhan otak (ensepalopati), dan koma. Gejala yang khas keracunan pada orang dewasa adalah kepucatan, sakit perut, konstipasi, munta-muntah, anemia, dan yang paling sering adalah terlihatnya warna biru “garis biru” pada gusi (Darmono,1995).

Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan makanan.Konsumsi Timbal (Pb) dalam jumlah banyak secara langsung menyebabkan kerusakan jaringan, termasuk kerusakan jaringan mucosal. Sistem yang paling sensitif adalah sistem sintesis jaringan darah (hematopoietic) sehingga biosintesis haema terganggu. Semua sel-sel yang sedang aktif berkembang sensitif terhadap Timbal (Pb).Timbal juga dapat merusak saraf (SNI, 2009).


(25)

2.3.3 Pencegahan Pencemaran Timbal (Pb)

Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran Timbal (Pb) di udara adalah dengan mengurangi emisi gas buang yang mengandung Timbal (Pb), yang meliputi:

1. Penggunaan bensin bebas Timbal (Pb)

2. Mengurangi kepadatan lalu lintas yang berpotensi meningkatkan emisi gas buang yang mengandung Timbal (Pb)

3. Gerakan hemat energi bahan bakar

4. Mencegah anak menelan/menjilat mainan bercat atau berbahan mengandung cat

5. Tidak makan, tiak minum, tidak merokok dikawasan yang tercemar Timbal (Pb)

6. Menyediakan fasilitas ruang makan yang terpisah dari lokasi pencemaran Timbal (Pb)

7. Tempat penyimpanan makanan atau minuman tertutup sehingga tidak kontak dengan debu atau asap Timbal (Pb)

8. Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Timbal (Pb), baik dari kendaraan bermotor maupun industri

9. Bagi para pekerja yang kontak dengan Timbal (Pb) sebaiknya mereka menggunakan peralatan standar keamanan dan keselamatan kerja (Widowati, 2008).


(26)

2.4. Mesin Analisis

Untuk mengetahui tingkat kandungan logam dalam sampel, mesin untuk mengukur jumlah logam merupakan alat yang utama. Ada beberapa jenis mesin yang digunakan, tergantung jenis logam yang diperiksa dan tingkat sensiivitas pengukuran

Yang diperlukan.Kebanyakan logam diukur dengan sitem atomisasi, ada yang dengan sistem kalorimetri dan ada yang dapat menggunakan kedua sistem tersebut.Mesin dengan sistem atomiasi ada beberapa macam yaitu dengan menggunakan nyala atau (flame) dan ada yang menggunakan pembakaran (graphite furnance).Mesin yang menggunakan sistem nyala disebut flame atomic absorption spectrophotometry, biasanya untuk mengukur logam dalam jumlah relatif besar (dalam ppm).Tetapi mesin ini juga dapat digunakan untk mengukur dalam jumlah yang kecil (ppb) (Darmono, 1995).

2.4.1 Spektrofotometri Serapan Atom

Cara kerja mesin ini berdsarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (hollow cathode lamp) yang mengandung unsure yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur panjng gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 1995).

Metode spktrofotometri serapan atom mendasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang


(27)

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebagai contoh, natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm, sementara kalium menyerap pada panjang gelombang 766,5 nm (Rohman, 2007).

2.4.2 Intrumentasi Serapan Atom Spektrofotometer Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom adalah 1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim adalah lampu katoda berrongga (hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung satu katoda dan anoda.Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu.Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon dan argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr).Neon biasanya lebih disukai karena memberi intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi, elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia diisikan tadi (Rohman, 2007).

2. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih


(28)

dalam keadaan dasar. Ada terbagi macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameles) (Rohman, 2007).

a. Nyala (flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.Pada spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar menjadi tingkat yang lebih tinggi (Rohman, 2007).

Suhu yang dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800⁰C, gas alam-udara 1700⁰C, asetilen-udara 2200⁰C dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 3000⁰C (Rohman, 2007).

b. Tanpa nyala (flameless)

Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala yang terlalu besar, dan proses atomosasi yang kurang sempurna. Oleh karena itu timbullah suatu teknik atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala.Pengatoman dapat dilakukan dengan tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann (Rohman, 2007).


(29)

3. Monokromator

Pada Spektrofotometer serapan atom, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Rohman, 2007).

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman.Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu, dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007).

5. Readout

Readout merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil.Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi.Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

Untuk keperluan analisis kuantittif dengan Spektrofotometer serapan atom, maka sampel harus dalam bentuk larutan.Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian rupa yang pelaksanaannya tergantung dari macam dan jenis sampel. Yang penting untuk diingat


(30)

adalah bahwa larutan yang akan dinalisis haruslah sangat encer (Rohman, 2007).

Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu : 1. Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai 2. Sampel dilarutkan dengan suatu asam

3. Sampel dilarutkan dengan suatu basa atau dilebur terlebih dahulu dengan basa kemudian hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.

Metode pelarut apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan Spektrofotometer serapan atom, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilka harus jernih, stabil, dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis. Metode kuantifikasi hasil analisis dengan metode Spektrofotomtri serapan atom yang dilakukan adalah dengan menggunakan kuantifikasi dengan kurva baku (kurva kalibrasi). SSA bukan merupakan metode analisis yang absolut.Suatu perbandingan dengan merupakan metode yang umum dalam melakukan metode analisis kuantitatif (Rohman, 2007).


(31)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Analisis timbal dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Balai Riset Standardisasi Industri (BARISTAND) Medan yang bertempat di Jl. Sisingamangaraja No 24 Medan.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah Batang pengaduk, Corong gelas, Erlenmeyer, Gelas piala, Kaca arloji,Kertas saring whatmann No. 42, Labu semprot, Labu ukur, Lampu katoda berrongga (Hallow Cathode Lamp), Pemanas listrik, Pipet volumetric, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala AA 7000, Tissue, Seperangkat alat saring vakum dan Timbangan analitik (SNI, 2009).

3.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Air bebas mineral, Asam Nitrat (HNO3) pekat p.a, Gas asetilen (C2H2), Larutan Timbal, Larutan Pencuci HNO3 0,05 M, Larutan pengencer HNO3 0,05 M, dan tepung tapioka.


(32)

3.4 Prosedur

3.4.1 Preparasi Tepung Tapioka

Ditara cawan, kemudianditimbang seksama 5,0003 gr Tepung Tapioka sebagai sampel A dan ditimbang juga sebanyak 5,0017 gr Tepung Tapioka sebagai sampel B, dibakar sampel A dan sampel B menggunakan gas sampai menjadi arang, kemudian diamati sampai Tepung tidak mengeluarkan asap, kemudian dimasukkan kedalam tanur dengan suhu 5500 C, biarkan sampai betul-betul menjadi abu, lalu keluarkan cawan dari tanurdan di dinginkan, kemudian ditambahkan Akuades panas 2 - 3 tetes untuk membasahi sampel A dan B, setelah itudimasukkan 5 ml HNO3 Pa ke dalam sampel A dan B lalu aduk dengan batang pengaduk, kemudian ditambahkan akuades panas setengah dari wadah kemudian dikocok lalu masukkan kedalam labu 50 ml, kemudian ditera dengan aq uadest asam sampai garis tanda,setelah itu homogenkan kemudian disaring,

kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer untuk dianalisis, diberi label (SNI, 2011).

3.4.2 Pembuatan Pereaksi Aquabides Asam

1 liter aquabidest asam ditambahkan 1,5 ml Larutan Pengencer HNO3 PaDikocok hingga homogen (SNI, 2011).


(33)

3.4.3 Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb) 3.4.3.1 Pembuatan laruan kerja Timbal (Pb) 1 mg Pb/L

Dipipet 5 ml larutan baku 10 mg Pb/L, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan (SNI, 2011).

3.4.3.2 Pembuatan larutan kerja Timbal (Pb) 0,2mg Pb/ L

Dipipet 10 ml larutan kerja 1 mg Pb/L, msukkan ke dalam labu ukur 50 ml kemudian ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan (SNI, 2011).

3.4.3.3 Pembuatan larutan kerja Timbal (Pb) 0,4 mg Pb/L

Dipipet 2 ml larutan kerja 10 mg Pb/L, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml, ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan (SNI, 2011).

3.4.3.4 Pembuatan larutan kerja Timbal (Pb) 0,6 mg Pb/L.

Dipipet 3 ml larutan kerja 10 mg Pb/L, masukkan ke dalam labu takar, kemudian ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan(SNI, 2011).


(34)

3.4.3.5Pembuatan larutan kerja Timbal (Pb) 0,8 mg Pb/L.

Dipipet 4 ml larutan kerja 10 mg Pb/L, masukkan ke dalam labu takar 50 L, kemudian ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan (SNI, 2011).


(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Analisa Sampel

Sampel Absorbansi Konsentrasi

(mg/L) Kadar Uji

Keterangan

Tepung Tapioka 0 0

0,66599 mg/L

Tidak memenuhi

syarat Tepung Tapioka 0,0003 0,0722 mg/L

Tepung Tapioka 0,0008 0,0964 mg/L Tepung Tapioka 0,0006 0,0867 mg/L Tepung Tapioka 0,0002 0,0673 mg/L Tepung Tapioka 0,0004 0,0770 mg/L Rata-rata 0,00038 0,0666 mg/L

Keterangan: Faktor Pengenceran 50.

4.2 Pembahasan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tepung tapioka sangat berbahaya untuk dikonsumsi karena mengandung logam Timbal (Pb) melebihi ambang batas yang di tentukan.Hal ini disebabkan oleh pembuangan limbah ke daratan maupun ke udara.Tanaman yang ditanam di pingir jalan juga merupakan salah satu penyebab pencemran Timbal (Pb), kemungkinan Singkong yang telah dioalah menjadi tepung tapioka ini ditanam di pinggir jalan atau dikawasan industi. Tanaman memerlukan unsur mineral dari dalam tanah sebagai unsur nutrisi dalam jumlah yang sedikit, tetapi peka terhadap kandungan logam berat yang tinggi. Pembebasan logam berat dalam jumlah yang besar sebagai akibat dari


(36)

ulah manusia mengakibatkan rusaknya lingkungan alamiah termasuk tanaman (Darmono,1995).

Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungnnya dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang beterbangan di udara akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah. Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah sangat rendah didalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah tersebut sudah tercemar (Darmono,1995).


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari analisa sampel yang diperiksa, diperoleh kadar Timbal (Pb) pada tepung tapioka adalah 0,7458 mg/L. Dapat disimpulkan bahwa kadar Timbal (Pb) pada tepung tapioka tidak memenuhi syarat SNI 3451: 2011. Dimana kadar yang dipersyaratkan pada tepung tapioka maksimal 0,25 ppm.

5.2 Saran

Sebelum melakukan pengujian, harus memahami metode serta prosedur pengujian agar tidak terjadi kesalahan, dan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas dari laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan sebaiknya perlu ditambahkan alat-alat yang hasil analisanya lebih baik.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2015). Badan Penelitin dan Pengembangan Pertanian.

Darmono.(1995) Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Cetakan I. Jakarta: UI-Press. Hal 12, 14, 17, 62, 63, 129 dan 130.

Fardiaz, S. (1992).Polusi Air Dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 45.

Martaningtyas, D. (2004). Bahaya Cemaran Logam Berat Rubrik Cakrawala. http: Diakses tanggal 25 Maret 2015.

.

Najiyati, S. (1999).Budidaya Dan Analisis Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman: 97.

Rohman, A., (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 298 – 312.

Rushide.(2009). Cara Murah Hidup Sehat Tanpa Zat-Zat kimia.Graha Ilmu. Hal: 151-152.

Slamet, J. S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress. Halaman: 117-118.

SNI. (2011). Cara Uji Limbah Timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom(SSA)-nyala. Jakarta: BSN.

Palar, H. (1994).Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.Jakarta: Rineka Cipta.Hal 31-33.


(39)

Widowati, W., Sastiono, A.,dan jusuf, R, (2008). Efek toksik logam.Cetakan I. Yogyakarta: ANDI. Hal: 110, 111, 117, 118, 119, 122 dan 123,124,dan 125.

Vogel., Setiono, L., dan Hadyana, P. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustka. Halaman: 207.


(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb)

− 100 ppm dari 1000 ppm V1.N1 = V2.N2 V1.1000 = 100. 100 V1 = 10 ml

− 10 ppm dari 100 ppm V1.N1 = V2.N2 V1.100 = 100. 10 V1 = 10 ml

− 1 ppm dari 10 ppm V1.N1 = V2.N2 V1.10 = 50. 1 V1 = 5 ml

− 0,8 ppm dari 10 ppm V1.N1 = V2.N2 V1.10 = 50. 0,8 V1 = 4 ml

− 0,6 ppm dari 10 ppm V1.N1 = V2.N2 V1.10 = 50. 0,6 V1 = 3 ml


(46)

− 0,4 ppm dari 10 ppm V1.N1 = V2.N2 V1.10 = 50. 0,4 V1 = 2 ml

− 0,2 ppm dari 1 ppm V1.N1 = V2.N2 V1.1 = 50. 0,2 V1 = 10 ml

2. Data kalibrasi

No X Y XY X2 Y2

1 0,2000 0,0030 0,0006 0,04 0,000009

2 0,4000 0,0072 0,00288 0,16 0,00005184

3 0,6000 0,0108 0,00648 0,36 0,00011664

4 0,8000 0,0155 0,0124 0,64 0,00024025

5 1,0000 0,0195 0,0195 1,0 0,00038025

Σx = 3 X =0,6

Σy=0,056 Y=0,0112

Σxy=0,05736 Σx2= 2,2 Σy2 = 0,00079798

� =Σ�� −Σ (Σ�×Σ�)/� �2−(Σ�)2/

= 0,04186– (3 – 0,056 ) / 5 2,2−(3)2/5

=0,04186−0,0336

2,2−1,8

=0,00826

0,4 = 0,020650


(47)

= 0,0112 – 0,020650 (0,6) = 0,0112 – 0,01239

=− 0,0011900 Persamaan Garis korelasi Y= ax+b

= 0,020650 x – 0,0011900

�= Σ�� −(Σ�×Σ�)/�

�(Σ�2−(Σ�)2/) (Σ�2−(Σ�)2/

= 0,04186 – (3 x 0,056)/5

�2,2 – (3)2 / 5 (0,00079798 – 0,056)2 /5

= 0,04186−0,0336

�(2,2−1,8)(0,00079798)−0,0006272) = 0,00826

�(0,4)(0,00017078)

= 0,00826 0,008265107


(48)

3. Perhitungan Kadar Logam

Kadar logam = ��������� ����

��

������� ������������� �����������

������ ���� (��)���� �����(�)

= Sampel A: 0,0722 � 50U = 0,7219

5,0003

= Sampel B: 0,0770 � 50U = 0,7697

5,0017


(49)

Lampiran Syarat Mutu Tapioka Berdasarkan SNI No. 3451 Tahun 2011

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan

1.1 Bentuk - Serbuk halus

1.2 Bau - Normal

1.3 Warna - Putih, khas tapioka

2. Kadar Air (b/b) % Maks. 14

3. Abu (b/b) % Maks. 0,5

4. Serat Kasar (b/b) % Maks. 0,4

5. Kadar Pati (b/b) % Min. 75

6. Derajat Putih (MgO = 100) - Min. 91

7. Derajat Asam ml NaOH 1N /100 g Maks. 4

8. Cemaran Logam

8.1 Kadmium (Cd) Mg/kg Maks. 0,2

8.2 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 0,25

8.3 Timah (Sn) Mg/kg Maks. 40

8.4 Merkuri (Hg) Mg/kg Maks. 0,05

9. Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks. 0,5

10. Cemaran Mikroba

10.1 Angka Lempeng Total (35oC, 48

jam) Koloni/g Maks. 1 x 10

6

10.2 Escherichia coli APM/g Maks. 10

10.3 Bacillus cereus Koloni/g < 1 x 104


(50)

Lampiran Gambar

AAS (SHIMADZU) Aqua Bidest Steril


(51)

Faktor Pengenceran Gas Asetilen (C2H2)


(52)

(1)

= 0,0112 – 0,020650 (0,6)

= 0,0112 – 0,01239

=

0,0011900

Persamaan Garis korelasi

Y= ax+b

= 0,020650 x – 0,0011900

=

Σ

�� −

×

Σ

)/

2

)

2

/

) (Σ

2

)

2

/

=

0,04186 – (3 x 0,056)/5

2,2 – (3)

2

/ 5 (0,00079798 – 0,056)

2

/5

=

0,04186

0,0336

(2,2

1,8)(0,00079798)

0,0006272)

=

0,00826

(0,4)(0,00017078)

=

0,00826

0,008265107


(2)

3.

Perhitungan Kadar Logam

Kadar logam =

��������� ����

��

������� ������������� ����������� ������ ���� (��)���� �����(�)

= Sampel A:

0,0722

50

U

= 0,7219

5,0003

=

Sampel B:

0,0770

50

U

= 0,7697

5,0017


(3)

Lampiran Syarat Mutu Tapioka Berdasarkan SNI No. 3451 Tahun 2011

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan

1.1 Bentuk - Serbuk halus

1.2 Bau - Normal

1.3 Warna - Putih, khas tapioka

2. Kadar Air (b/b) % Maks. 14

3. Abu (b/b) % Maks. 0,5

4. Serat Kasar (b/b) % Maks. 0,4

5. Kadar Pati (b/b) % Min. 75

6. Derajat Putih (MgO = 100) - Min. 91

7. Derajat Asam ml NaOH 1N /100 g Maks. 4

8. Cemaran Logam

8.1 Kadmium (Cd) Mg/kg Maks. 0,2

8.2 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 0,25

8.3 Timah (Sn) Mg/kg Maks. 40

8.4 Merkuri (Hg) Mg/kg Maks. 0,05

9. Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks. 0,5

10. Cemaran Mikroba

10.1 Angka Lempeng Total (35oC, 48

jam) Koloni/g Maks. 1 x 10

6

10.2 Escherichia coli APM/g Maks. 10

10.3 Bacillus cereus Koloni/g < 1 x 104


(4)

Lampiran Gambar

AAS (SHIMADZU)

Aqua Bidest Steril


(5)

Faktor Pengenceran

Gas Asetilen (C2H2)


(6)