Universitas Sumatera Utara Situasi dimana suatu teori – termasuk teori komunikasi – dapat diterapkan disebut
asumsi, dan hanya dengan asumsi orang akan mampu memberikan batas –batas bagi penerapan sebuah teori Liliweri, 2001: 15
Dengan kata lain, asumsi sebuah teori komunikasi merupakan seperangkat pernyataan yang menggambarkan sebuah lingkungan yang valid, tempat di mana
sebuah teori komunikasi dapat diaplikasikan. Atas cara berpikir yang sama maka dapat dikatakan, asumsi sebuah teori komunikasi antarbudaya merupakan
seperangkat pernyataan yang menggambarkan sebuah lingkungan yang valid tempat di mana teori-teori komunikasi antarbudaya itu dapat diterapkan Liliweri,
2001: 15. Dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya maka kita
mengenal beberapa asumsi, yaitu: 1.
komunikasi antarbudaya di mulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan
2. dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi
3. gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi
4. komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian
5. komunikasi berpusat pada kebudayaan
6. efektivitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antarbudaya
Liliweri, 2001: 15-16.
II. 2. 3 Tujuan Komunikasi Antarbudaya
Salah satu perspektif komunikasi antarbudaya menekankan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang
lain. Dalam studi komunikasi, terutama teori informasi, diajarkan bahwa tingkat ketidaktentuan itu akan berkurang manakala kita mampu meramalkan secara tepat
proses komunikasi tersebut Liliweri, 2001: 15-16. Gudykunstt dan Kim 1984 menunjukkan bahwa orang-orang yang kita tidak kenal selalu berusaha
mengurangi tingkat ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas telasi antar pribadi. Dalam buku Liliweri yang berjudul “Dasar-dasar Komunikasi
Antarbudaya” 2001: 19-20 usaha untuk mengurangi tingkat ketidakpastian itu
dapat dilakukan melalu tiga tahap interaksi, yakni : 1.
pra-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal maupun non verbal apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari
komunikasi;
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 2.
initial contact and impression, yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang muncul dari kontak awal tersebut; misalnya kita bertanya pada diri kita
sendiri; Apakah kita seperti mereka? Apakah mereka mengerti kita? Apakah kita merasa rugi waktu kalau berkomunikasi dengan mereka
orang lain?; 3.
closure, mulai membuka diri kita yang semula tertutup melalui atribusi dan pengembangan kepribadian implisit. Teori atribusi menganjurkan agar
kita harus lebih mengerti perilaku orang lain dengan menyelidiki motivasi atas suatu perilaku atau tindakan dia .
Edward T. Hall mengatakan: “Komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi.” Dalam tema atau bagian uraian tentang
kebudayaan ada sistem dan dinamika yang mengatur tata cara pertukaran simbol- simbol komunikasi; dan kedua, hanya dengan komunikasi maka pertukaran
simbol-simbol dapat dilakukan, dan kebudayaan hanya akan eksis jika ada komunikasi Liliweri, 2001: 21.
Dalam kenyataan sosial disebutkan bahwa manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi. Demikian pula dapat dikatakan
bahwa interaksi antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi
antarbudaya akan tercapai komunikasi yang sukses bila bentuk-bentuk hubungan antarbudaya menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk
memperbaharui relasi antara komunikator dengan komunikan, mencipatakan dan memperbaharui sebuah manajemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat
kesetiakawanan, persahabatan dan hingga kepada berhasilnya pembagian teknologi Liliweri, 2001: 22.
II. 2. 4 Persepsi Dalam Komunikasi Antarbudaya