Permintaan Maaf Oleh Pemerintah Jepang

49

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KORBAN JUGUN IANFU DI

INDONESIA SEBAGAI WUJUD REALISASI BUDAYA MALU MASYARAKAT JEPANG

3.1. Permintaan Maaf Oleh Pemerintah Jepang

Pada dasarnya hal yang paling dibutuhkan oleh para eks jugun ianfu adalah ketenangan hidup dan penghargaan sebagai manusia. Mereka ingin orang lain mengetahui masa lalunya dengan solider, penghargaan dan pembelaan. Artinya, jika sekarang mereka mengajukan masa lalu untuk sebuah gugatan, maka hal itu tidak lain dari tuntutan agar pihak Jepang meminta maaf atas semua perbuatan yang pernah dilakukan. Pada satu sisi, tuntutan kepada Jepang agar meminta maaf, sesungguhnya merupakan anak panah yang diarahkan kepada dua sasaran. Dari satu segi, bagi para eks jugun ianfu, permintaan resmi pemerintah Jepang pada dasarnya adalah suatu bentuk pertanggungjawaban atas masa lalu yang pernah dilakukan. Pertanggungjawaban di sini harus ditujukan langsung kepada pihak yang terkena atau yang menjadi korban. Tanpa suatu pertanggungjawaban, maka sangat mungkin Jepang menganggap perbuatannya di masa pendudukan adalah wajar. Di segi lain bagi para eks jugun ianfu, permintaan maaf tersebut akan menjadi bukti baru yang mendukung bukti masa lalu mereka. Dukungan mulai berdatangan dari berbagai kelompok yang punya perhatian terhadap masalah jugun ianfu ini, seperti CFR Citizens Fund for Redress World II Victims in Asia and The Pacific, Dana Masyarakat untuk Universitas Sumatera Utara 50 Penyantunan Korban Perang Dunia II di Asia dan Pasifik. Lembaga ini pula yang mengusahakan dana kesehatan bagi para eks jugun ianfu, dan bekerja sama dengan LBH Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. Dukungan terhadap mereka yang pada masa pendudukan Jepang dipaksa untuk menjadi pemuas nafsu bangsa Jepang, terus saja mengalir, terutama untuk mengangkat masalah ini menjadi persoalan internasional. Para eks jugun ianfu juga menuntut tiga hal yang dirasa perlu dihadirkan sebagai pertanda adanya pertanggungjawaban, yaitu: pengakuan atas kekejaman tentara Jepang pada masa pendudukan, dan dengan itu pula diakuinya seluruh mereka yang menjadi korban dari perang; adanya permintaan maaf secara terbuka, tulus dan jujur serta perlunya pihak pemerintah Jepang memberikan kompensasi, atau ganti rugi atas mereka yang telah menderita selama masa pendudukan tersebut; dan, perlunya dimasukkan muatan sejarah tentang jugun ianfu dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah Jepang. Hal ini dibutuhkan agar jugun ianfu tidak sekedar menjadi sejarah hitam dari mereka yang menjadi korban, tetapi juga dari bangsa Jepang sendiri. Pada akhirnya, secara perlahan Jepang mulai memperbaiki sejarah kelam tersebut. Tidak hanya dengan Indonesia, dengan bangsa-bangsa yang bahkan menjadi musuh utama Jepang, hubungan segera dinormalkan. Meskipun pada tahun 1945 Jepang dihadirkan sebagai bangsa yang diakalahkan oleh sekutu, tetapi berbagai perkembangan berikutnya, baik yang terjadi di Jepang sendiri maupun yang terjadi di dunia internasioanal, telah membuat wajah Jepang, yang semula terlibat dalam berbagai pertentangan ideologis, berubah menjadi Jepang yang tampil sebagai bangsa dengan kepentingan dagan yang sangat tinggi. Tidak Universitas Sumatera Utara 51 sampai satu dasawarsa, hubungan Indonesia dan Jepang telah pulih kembali, dan pada tahun 1951 suatu perundingan mengenai pampas an Jepang dimulai. Tentu saja perundingan yang dimaksud tidak bisa dilihat dari kacamata rakyat yang dikatakan serba kasar dan tidak mengenal sopan santun itu. Perundingan antar bangsa penjajah dan bangsa mantan jajahan, berlangsung damai hingga tahun 1958, perundingan berakhir dengan hubungan diplomatik antar kedua bangsa ini kembali normal. Berbagai luka telah dipendam, dan muncul suatu hubaungan dagang yang intensif. Awalnya pemerintah Jepang menyangkali keberadaan para jugun ianfu ini. Tetapi ketika sejarawan Yoshimi menemukan dokumen-dokumen resmi dalam kementerian pertahanan Jepang tentang hal ini, perdana menteri Jepang Kiichi Miyazawa pun meminta maaf secara resmi kepada para korban jugun ianfu. Selanjutnya Yohei Kono, Ketua Sekretaris Kabinet pemerintah Jepang mengeluarkan pernyataan pada tanggal 4 Agustus 1993 yang mengakui masalah ini, meminta maaf secara resmi, dan berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari. Sejak itu, sikap pemerintah tampaknya telah mengakui moral, tetapi tidak ada tanggung jawab hukum. Sebuah dana swasta didirikan untuk mengkompensasi wanita penghibur, dan dua perdana menteri Jepang menulis surat resmi permintaan maaf kepada perempuan yang menerima pembayaran. Namun beberapa wanita tetap tidak terima dan menolak untuk menerima kompensasi http:factsanddetails.comAsian.php ?. Belakangan ini Perdana Menteri Jepang Yoshihiko juga mengakui dan meminta maaf terhadap para korban jugun ianfu pada tanggal 27 Agustus 2012 Universitas Sumatera Utara 52 dengan menyatakan bahwa, pemerintah Jepang mewarisi “pidato Kono Yohei”, yang bersifat menyatakan maaf dan mawas diri terkait masalah jugun ianfu wanita penghibur tentara Jepang dalam Perang Dunia II. Hal itu dinyatakan Yoshihiko Noda di hadapan Parlemen Jepang kemarin. Namun dia berkelit bahwa pidato Kono Yohei dilakukan hanya berdasarkan kesimpulan penyelidikan masalah jugun ianfu, sehingga masih kurang dukungan bukti dan kenyataan.

3.2. Ganti Rugi Terhadap Korban Jugun Ianfu

Dokumen yang terkait

Pertanggung Jawaban Penghasut Untuk Melakukan Unjuk Rasa Yang Berakibat Anarkhis

1 44 88

Analisis Yuridis Atas Pertanggung Jawaban Notaris Terhadap Akta Fidusia Yang Dibuat Setelah Terbit PERMENKUMHAM Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Fidusia Elektronik

9 172 181

Analisa Pertanggung Jawaban Penyidik Polri Dalam Kaitan Terhadap Terjadinya Salah Tangkap Atau Error In Persona

0 39 152

Realisasi Budaya Malu Masyarakat Jepang Dilihat Dari Pertanggungjawaban Bangsa Jepang Terhadap Korban Jugun Ianfu Di Indonesia Pasca Perang Dunia II Nibangme No Sekai Taisen Go No Indonesia Ni Jugun Ianfu No Kenshin Ni Taishite Nihonshakai No Sekinin Ka

6 49 77

Perkembangan Ekonomi Jepang Pasca Perang Dunia II

2 33 48

Sekilas Pembangunan Negara Jepang Pasca Perang Dunia II

0 53 41

Pertanggung jawaban Pidana Pilot (Kapten Terbang) atas Terjadinya Kecelakaan Pesawat Udara dari Perspektif Undang–Undang No.1 Tahun 2009

1 47 119

Pertanggung Jawaban Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Hubungannya Terhadap Nasabah Dan Bank.

5 74 107

Realisasi Budaya Malu Masyarakat Jepang Dilihat Dari Pertanggungjawaban Bangsa Jepang Terhadap Korban Jugun Ianfu Di Indonesia Pasca Perang Dunia II Nibangme No Sekai Taisen Go No Indonesia Ni Jugun Ianfu No Kenshin Ni Taishite Nihonshakai No Sekinin Kara

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Realisasi Budaya Malu Masyarakat Jepang Dilihat Dari Pertanggungjawaban Bangsa Jepang Terhadap Korban Jugun Ianfu Di Indonesia Pasca Perang Dunia II Nibangme No Sekai Taisen Go No Indonesia Ni Jugun Ianfu No

0 0 14