PEMBAHASAN Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Periode Desember 2015 s/d Januari 2016

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU tentang cara penanganan dental pada pasien Penyakit Jantung Koroner pada Desember 2015 hingga Januari 2016 menunjukkan bahwa secara garis besar responden memiliki pengetahuan kategori baik yaitu 55 dalam hal definisi Penyakit Jantung Koroner, etiologi, faktor risiko, klasifikasi, patogenesis, gejala klinis, manifestasi oral yang mungkin timbul pada pasien mengkonsumsi obat Anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus, persiapan sebelum perawatan bedah mulut dan tindakan perawatan bedah mulut yang harus diperhatikan pada penderita Penyakit Jantung Koroner yaitu waktu perawatan bedah mulut, pemberian anestesi lokal serta keadaan darurat yang mungkin terjadi. Namun, terdapat 38.3 responden yang memiliki pengetahuan kategori cukup, sedangkan 6.7 masih memiliki pengetahuan kategori kurang. Menurut Joseph Hamburg dalam Review of allied health education menyatakan bahwa kesehatan mulut merupakan bagian dari pelayanan kesehatan komprehensif dan dianjurkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kedokteran klinis sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kedokteran gigi dan berfungsi sebagai contoh teladan bagi mereka. 45 Hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan pada penanganan pasien Penyakit Jantung Koroner menunjukkan 80 responden mengetahui definisi Penyakit Jantung Koroner. Penyakit Jantung Koroner didefinisikan dengan penyakit jantung akibat perubahan obstruksi pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan fungsi jantung terganggu. Dari data yang dikumpulkan, terdapat sebanyak 20 responden tidak mengetahui tentang definisi Penyakit Jantung Koroner. Sebanyak 88.35 responden mengetahui etiologi Penyakit Jantung Koroner dan 11.65 responden tidak mengetahui etiologi Penyakit Jantung Koroner. Sebanyak 90 responden mengetahui penyebab terjadinya Penyakit Jantung Koroner 42 Universitas Sumatera Utara manakala 10 responden tidak mengetahui penyebab terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Selain itu, sebanyak 86.7 responden mengetahui maksud aterosklerosis dan 13.3 responden tidak mengetahui maksud aterosklerosis. Penyebab terjadinya Penyakit Jantung Koroner adalah penumpukan deposit lemak pada dinding arteri di sekitar jantung arteri koroner sedangkan maksud aterosklerosis adalah peningkatan ateroma pada dinding arteri koroner yang membuat arteri lebih sempit dan membatasi aliran darah ke otot jantung. Sebanyak 80.53 responden mengetahui tentang faktor risiko Penyakit Jantung Koroner PJK manakala 19.47 responden tidak mengetahui tentang faktor risiko Penyakit Jantung Koroner. Sebanyak 93.3 responden mengetahui faktor risiko PJK tidak dapat diubah manakala 6.7 responden tidak mengetahui faktor risiko tidak dapat diubah. Selain itu, sebanyak 98.3 responden mengetahui tentang faktor risiko PJK dapat diubah sedangkan sebanyak 1.7 responden tidak mengetahui tentang faktor risiko PJK dapat diubah. Sebanyak 50 responden mengetahui dan sebanyak 50 responden tidak mengetahui tentang kadar normal Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserid. Faktor risiko PJK tidak dapat diubah adalah umur, jenis kelamin dan keturunan termasuk ras manakala faktor risiko PJK dapat diubah adalah merokok, hiperkolesterolemia, hipertensi, kurang aktifitas fisik, obesitas dan diabetes. Kadar Kolesterol Total normal adalah 200 mgdl, Kadar Kolesterol LDL normal adalah 130 mgdl, Kadar Kolesterol HDL normal adalah 45 mgdl dan Kadar Trigliserid normal adalah 150 mgdl. Menurut Santosa M. dalam Penyakit Jantung Koroner, klasifikasi Penyakit Jantung Koroner PJK terdapat 3 jenis yaitu Penyakit Jantung Arteriosklerotik, Angina Pektoris dan Infark Miokardium. 22 Berdasarkan data dikumpul, sebanyak 80 responden mengetahui tentang klasifikasi PJK sedangkan 20 respoden tidak mengetahui tentang klasifikasi PJK. Secara keseluruhan, sebanyak 75 responden mengetahui dan 25 tidak mengetahui tentang patogenesis Penyakit Jantung Koroner PJK. Sebanyak 80 responden mengetahui dan sebanyak 20 responden tidak mengetahui tentang urutan patogenesis PJK yang benar. Selain itu, sebanyak 70 mengetahui dan sebanyak Universitas Sumatera Utara 30 tidak mengetahui tentang tahap-tahap aterosklerosis. Urutan patogenesis yang benar adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan miokardium atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner menyebabkan kebutuhan dan penyediaan oksigen meningkat untuk meningkatkan penyediaan oksigen, aliran pembuluh darah koroner harus ditingkatkan yang menyebabkan pembuluh darah koroner dapat melebar dapat memenuhi kebutuhan miokardium serta pembuluh darah dapat mengalami stenosis dan tersumbat dan terjadinya aterosklerosis. Tahap-tahap aterosklerosis adalah lapisan berlemak, plak fibrous dan plak yang mengalami komplikasi. Menurut National Heart Lung and Blood Institute, gejala klinis Penyakit Jantung Koroner terdapat 3 yaitu angina, sesak napas dan gagal jantung. 30 Dari data dikumpul, sebanyak 86.7 responden mengetahui dan sebanyak 13.3 responden tidak mengetahui tentang gejala klinis Penyakit Jantung Koroner. Seterusnya, sebanyak 85 responden mengetahui cara mendiagnosis Penyakit Jantung Koroner PJK manakala sebanyak 15 tidak mengetahui cara mendiagnosis Penyakit Jantung Koroner. Cara mendiagnosis PJK adalah mula-mula membuat anamnesa wawancara, mengetahui riwayat medis pasien, membuat pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium. Beberapa manifestasi oral yang sering terjadi pada penderita Penyakit Jantung Koroner yang mengkonsumsi obat anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus dapat berupa Xerostomia, Lichenoid Reaction dan Hiperplasia Gingiva. Pengetahuan responden mengenai manifestasi oral yang mungkin terjadi pada pasien Penyakit Jantung Koroner tergolong baik. Hasil penelitian juga menunjukkan 75 responden mengetahui dan 25 tidak mengetahui tentang manifestasi oral pada penderita Penyakit Jantung Koroner yang mengkonsumsi obat anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Menurut Jowett dalam Patient with cardiac disease: Considerations for the dental practioner, penderita Penyakit Jantung Koroner yang mengkonsumsi obat anti Hipertensi dan Diabetes Mellitus terdapat manifestasi oral seperti Xerostomia, Lichenoid Reaction dan Hiperplasia Gingiva. 34 Universitas Sumatera Utara Seluruh responden mengetahui apakah persiapan yang perlu dilakukan sebelum memberi perawatan kepada pasien Penyakit Jantung Koroner. Hal ini penting untuk diketahui oleh seluruh responden agar dapat meminimalkan risiko yang mungkin timbul waktu saat perawatan. Persiapan sebelum perawatan pasien Penyakit Jantung Koroner adalah harus melakukan pengukuran tekanan darah setiap pasien. Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, direkomendasi semua dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi melakukan pengukuran tekanan darah pada semua pasien sebelum memberi perawatan. Berdasarkan JNC VII report, American Dental Association mendukung bahwa hasil tekanan darah harus diambil pada setiap kunjungan. 46 Secara keseluruhan, responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 87.2 mengetahui tentang persiapan sebelum perawatan pasien Penyakit Jantung Koroner. Sebanyak 85 responden mengetahui tentang tindakan yang harus dilakukan sebelum perawatan gigi. Sebanyak 83.3 responden mengetahui kondisi pasien yang perlu diberi premedikasi dan juga 93.3 responden mengetahui tentang tindakan dilakukan pada pasien Penyakit Jantung Koroner dengan tekanan darah tinggi. Selanjutnya, sebanyak 56.7 responden mengetahui dan 43.3 responden tidak mengetahui tentang waktu melakukan perawatan pada pasien Penyakit Jantung Koroner. Ini menunjukkan kategori cukup. Menurut Crispian Scully dalam Medical Problems in dentistry, kadar epineprin tertinggi pada waktu pagi. Oleh karena itu akan memberi efek yang merugikan jika melakukan perawatan bedah mulut pada waktu pagi. Dengan ini, waktu yang paling baik untuk melakukan perawatan bedah mulut adalah pada siang hari. 38 Sebanyak 58.3 responden mengetahui tentang jenis anestesi lokal untuk pasien Penyakit Jantung Koroner dan sebanyak 73.3 responden mengetahui dosis maksimal epineprin yang direkomendasikan. Secara keseluruhan, sebanyak 65.8 responden mengetahui tentang pemberian anestesi lokal. Pengetahuan responden terhadap pemberian anestesi lokal adalah dalam kategori cukup. Jenis anestesi lokal yang lebih efektif untuk pasien Penyakit Jantung Koroner adalah epineprin dengan konsentrasi 1:100000. Menurut Maria Angeles dalam Use of anesthetics associated to Universitas Sumatera Utara vasoconstrictor for dentistry in patients with cardiopathies epineprin yang alami dihasilkan oleh medula adrenal, dapat meningkat hingga 20- 40 kali lipat pada keadaan stres. Stres tersebut dapat disebabkan oleh nyeri selama perawatan gigi. 40 Berdasarkan data yang dikumpul, secara keseluruhan pengetahuan responden mengenai keadaan darurat pada Penyakit Jantung Koroner PJK adalah sebanyak 83.9 yaitu terdapat dalam kategori baik. Sebanyak 66.7 responden mengetahui tentang tindakan pertama perlu dilakukan saat mengalami nyeri dada, 71.7 responden mengetahui tentang kegunaan pemberian Nitroglycerin pada keadaan emergensi PJK, 80 responden mengetahui tentang dosis dan cara pemberian Nitroglycerin, 90 responden mengetahui tentang maksud cardiopulmonary resuscitation CPR, 95 responden mengetahui tentang cara memlakukan CPR serta 100 responden mengetahui tentang teknik digunakan untuk membuka jalan napas. Jika seorang pasien mengalami nyeri dada atau gejala angina lainnya, kita harus hentikan tindakan dilakukan. Kalau tekanan darah pasien meningkat, diberi Nitroglycerin untuk menurunkan tekanan darah. Nitroglycerin diberi dalam tablet 0,04mg secara sublingual, tidak boleh mengunyah dan menelan. Cardiopulmonary Resuscitation CPR yaitu tindakan pertolongan pertama pada pasien yang mengalami henti napas. Cara membuat CPR adalah dengan urutan ABCD yaitu Airway, Breathing, Compressions dan Defibrillator. Mula-mula buka jalan napas dan berikan napas buatan sampai memperlihatkan dinding dada terangkat. Kemudian, kompresi dada. Lanjutkan kompresi dan pemberian napas buatan sampai dapat bantuan. Seterusnya, membuka jalan napas pasien dengan menggunakan teknik mengangkat kepala dan dagu head tilt and chin lift. Sebagai penutup, saya menyadari keterbatasan pada penelitian yang saya lakukan ini karena tidak ditemukan perbandingan penelitian tentang pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada penanganan dental pasien Penyakit Jantung Koroner sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hasil penelitian di klinik FKG USU dengan hasil penelitian yang lainnya. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Perilaku Penggunaan Dosis Anestesi Lokal Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU Tahun 2013

5 72 69

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Bell’s Palsy Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Desember 2014 – Januari 2015

4 62 54

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

2 108 70

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 69 86

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Anestetikum Lokal

6 75 49

Tingkat Pengetahuan penggunaan Antibiotik Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode september 2013 – maret 2014

4 77 84

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 0 26

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 0 15

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

0 0 14