Kategori Industri Menurut Departemen Perindustrian Dalam teori klasik perkembangan UMKM lebih banyak

commit to user perantara. Sebenarnya jenis industri ini tidak layak lagi dikategorikan sebagai industri, namun dilihat dari skala penyerapan tenaga kerja maka kelompok ini tetap dimasukkan kedalam subsektor industri.

2. Kategori Industri Menurut Departemen Perindustrian

Departemen perindustrian menggolongkan kategori – kategori industri sebagai berikut Thee Kian Wee, 1994 : 56 : a. Industri Modern Industri ini meliputi kriteria – kriteria sebagai berikut : 1 Menggunakan teknologi proses madya 2 Mempunyai skala produksi yang terbatas 3 Tergantung pada industri besar 4 Dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah serta dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor. 5 Menggunakan mesin khusus dan peralatan modal lainnya. b. Industri Tradisional Industri ini memiliki ciri – ciri sebagai berikut : 1 Menggunakan teknologi sederhana 2 Mesin dan perlengkapan modal yang digunakan sederhana 3 Lokasinya di pedesaan 4 Akses pasar masih terbatas madaya, atau bahkan sudah menggunakan teknologi proses produksi maju. Industri ini didirikan oleh keinginan untuk meningkatkan pendapatan dan commit to user memperluas kesempatan kerja juga menjadi faktor pendorong diadakannya industri ini. c. Industri Kerajinan Kecil Industri jenis ini meliputi berbagai ragam mulai dari industri yang menggunakan teknologi proses produksi yang sederhana, madaya, atau bahkan sudah menggunakan teknologi proses produksi maju. Industri ini didirikan oleh keinginan untuk meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja juga menjadi faktor pendorong diadakannya industri ini.

3. Teori Pengembangan UMKM

a. Teori Klasik Perkembangan UMKM

Jenis UMKM yang digunakan sebagai acuan umumnya dalam kajian teoritis perkembangan teori UMKM adalah jenis usaha UMKM yang outputnya merupakan barang konsumsi danatau bahan baku pendukung industri. UMKM memiliki diferensiasi produk dibandingkan dengan industri besar. Oleh karena itu, secara alamiah UMKM mampu menciptakan ceruk pasar bagi mereka Tambunan,

2006. Dalam teori klasik perkembangan UMKM lebih banyak

disebabkan oleh adanya spillover dari sektor industri manufaktur. UMKM dalam teori ini terbentuk secara alamiah disebabkan oleh kemampuan kewirausahaan UMKM dalam melihat ceruk pasar baru baik barang konsumsi maupun barang pendukung serta sebagai industri manufaktur. Perkembangan teori UMKM berawal dari artikel commit to user Stanley dan Morse dalam Mulyaningsih 2009, studi yang dilakukan di negara maju dan berkembang ini berhasil mengidentifikasi tiga faktor dominan pembentuk UMKM antara lain yaitu: faktor lokasi, proses produksi dan pasar output. Perbedaan faktor-faktor tersebut mempengaruhi perbedaan kondisi setiap UMKM di setiap subsektor pada sektor-sektor tertentu. Sementara, Penandiker dalam Mulyaningsih 2009 menjelaskan bahwa dua faktor alamiah yang menyebabkan perbedaan skala bisnis adalah pasar dan teknologi. Hoselitz dalam Mulyaningsih 2009 melihat kunci sukses kemampuan bertahan UMKM adalah karakteristik UMKM yang memiliki biaya produksi yang rendah. Sementara Parker dan Anderson dalam Mulyaningsih 2009 melihat tipologi perkembangan UMKM secara konsisten sejalan dengan perkembangan fase pembangunan ekonomi. Fase pertama merupakan tahapan dimana sebagian besar UMKM bergerak di sektor agraris serta industri rumah tangga. Lokasi perdesaan merupakan letak sebagain besar UMKM ini berkembang. Fase kedua, pada tahapan terjadi pergeseran skala usaha ke arah skala yang lebih besar. Pada umumnya UMKM pada fase ini merupakan UMKM penunjang industri besar. Steel dalam Mulyaningsih 2009 menyebutkan bahwa urbanisasi merupakan faktor kunci pergeseran UMKM dari fase pertama ke fase kedua. Fase terakhir merupakan fase UMKM meninggalkan kategorisasi UMKM menjadi industri besar yang memiliki struktur organisasi yang lebih commit to user mapan. Perkembangan usaha, manajemen, pemasaran serta alur distribusi usaha sudah terkoordinasi dengan baik. Dalam fase ini akses terhadap infrasruktur keuangan, sistem insentif, subsidi serta berbagai komitmen pemerintah merupakan faktor utama penggeraknya. b. Teori Modern Perkembangan UMKM Dalam teori ini isu yang mengemuka tentang perkembangan UMKM adalah perkembangan teori spesialisasi fleksibel. Perkembangan teori ini dilatarbelakangi respon terhadap kondisi perekonomian global. Piore dan Sobel dalam Mulyaningsih 2009 mengidentifikasi bahwa terdapat empat ciri utama spesialisasi fleksibel antara lain yaitu: 1 Spesialisasi fleksibel: UMKM dalam komunitas dapat beradaptasi pada teknik produksi tetapi tetap berspesialisasi pada satu jenis barang tertentu 2 Keterbatasan masuk pasar 3 Inovasi dengan tingkat kompetisi tinggi 4 Tingkat kerjasama yang baik antar UMKM Faktor utama pengubah paradigma teori klasik ke teori modern adalah globalisasi. Globalisasi berimbas pada perubahan metode organisasi proses produksi, tenaga kerja dan pasar. Globalisasi menyebabkan pergeseran dari produksi masal fordist ke arah produksi khusus Piore dan Sabel, 1984; Scott, 1988; Harvey, 1990. commit to user Dalam kondisi ini ceruk pasar yang dapat dimanfaatkan semakin besar. Bukti empiris di banyak negara UMKM memanfaatkan ceruk pasar ini sebagai outputnya Tambunan, 2006. Di sisi lain kemampuan mengorganisasi dengan cara yang baru dalam memaksimalkan kondisi ini sejalan degan konsep kewirausahaan Lembing dan Kuehl dalam Mulyaningsih 2009.

4. Arti Penting dan Keunggulan UMKM