Dasar Hukum Kepemilikan Senjata Api bagi Masyarakat Sipil

minimal setingkat Kepala Dinas atau Bupati untuk kalangan pejabat pemerintah minimal Letnan Satu untuk kalangan angkatan bersenjata, dan pengacara atas rekomendasi Departemen Kehakiman. Sedangkan pengaturan mengenai warga sipil yang memiliki senjata api yaitu diatur dalam undang-undang No. 8 Tahun 1948, tentang pendaftaran dan pemberian izin pemakaian senjata api. Undang-undang ini diberlakukan kembali pada bulan Februari 1999 tepatnya secara garis besar, di Indonesia perizinan kepemilikan senjata api diatur dalam Surat Keputusan KAPOLRI No. POL Nomor SKEP82II2004 tanggal 16 Februari 2004. Untuk kalangan masyarakat sipil senjata api diperbolehkan dimiliki adalah senjata api non organik TNIPOLRI, berupa senjata genggam Kaliber 22 sampai 32, serta senjata bahu golongan non standard TNI Kaliber 12 GA dan ka Secara garis besar, di Indonesia perizinan kepemilikan senjata api diatur dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol. 82II2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang petunjuk pelaksanaan pengamanan pengawasan dan pengendalian senjata api non organik TNIPOLRI. 47

C. Dasar Hukum Kepemilikan Senjata Api bagi Masyarakat Sipil

Orang-Orang yang boleh menggunakan senjata api, izin kepemilikan senjataapi untuk tujuan bela diri hanya diberikan kepada pejabat tertentu. Menurutketentuannya, mereka harus dipilih secara selektif.Mereka masing- 47 http:webcache.googleusercontent.comsearch?q=cache:XlKVOODduQwJ:https:ml.sc ribd.comdoc200740096PENGATURAN-DAN-PROSEDUR-KEPEMILIKAN-SENJATA-API- docx+cd=16hl=idct=clnkgl=id, diakses pada tanggal 02 Desember 2015 masing adalahpejabat swasta atau perbankan, pejabat pemerintah, TNIPolri danpurnawirawan. 48 Personel Pelayanan Kepolisian dibidang Intelkam merupakan kelengkapanpemenuhan kewajiban hukum dari masyarakat yang telah diamanatkan dalamUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian IzinPemakaian Senjata Api dan Undang-Undang Nomor 20 Prp Tahun 1960 tentangKewenangan Perijinan yang diberikan menurut perundang- undangan mengenaisenjata api serta Undang-Undang Nomor 12 Darurat Tahun 1951 tentang PeraturanHukum Istimewa Sementara, dan dalam pelaksanaannya pelaksanaan pelayananpublikterkait dengan perijinan senjata api non organik TNIpolri dan bahanpeledak komersial di Direktorat Intelkam di awaki personil berpangkat Bintara dibawah kendali dan pengawasan Kepala Seksi Pelayanan Administrasi yang berpangkat Komisaris Polisi. 49 Senjata api yang diperbolehkan undang-undanguntuk dimiliki oleh masyarakat sipiltelah diatur dalam undang-undang no. 8tahun 1948, tentang pendaftaran dan pemberian izinpemakaian senjata api. Untuk kalangan sipil Terdapat beberapa pengaturan mengenai senjata api, yaitu: Undang- UndangDarurat No.12 Tahun 1951; Undang-Undang No.8 Tahun 1948 dan Perpu No.20Tahun 1960; SK Kapolri No.Skep244II1999 dan; SK Kepala Polri Nomor 82Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Non- Organik. 48 www.multiplay.com, diakses pada tanggal 02 Desember 2015 49 SOP Administrasi Senjata Api Non Organik TNIPolri dan Bahan Peledak Komersional senjata apidiperbolehkan dimiliki adalah senjata api non organik TNI POLRI yaitu: a. Senjata genggam kaliber 22 sampai 32 b. Senjata bahu laras panjang hanya dengan caliber 12 GA dan kaliber 22. Dasar hukum yang mengatur mengenai kepemilikan senjata api dalam hal ini adalah: a UU Senjata Api 1963 Lembaran Negara 1937 No. 170 dirubah denganLembaran Negara 1939 No. 278 UU tentang milik, perdagangan danpengangkutan senjata gas, mesiu dan munisi di Indonesia; b Peraturan Pemerintah 30 Mei 1939 Lembaran Negara 1939 No. 279tentang Peraturan pelaksanaan UU Senjata Api tahun 1939; c UU No. 8 tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Senjata Api; d UU No. 12 tahun 1951 LN.No. 7851 yo pasal 1 ayat d UU no.8 tahun 1948tentang Peraturan Hukum Istimewa; e UU No. 20 tahun 1960 tentang Kewenangan Perizinan yang diberikanmenurut perundang-undangan Mengenai Senjata Api, Amunisi dan Mesiu; f Inpres RI No. 9 th 1976 tentang Wasdal senjata Api dan Amunisi; g Keputusan Menhamkam Pangab No. Kep27XII1977 tanggal 28desember 1977 tentang Tuntutan Kebijaksanaan untuk MeningkatkanPengawasan dan Pengendalian Senjata Api sebagai pelaksananan inpresNo.9 tahun 1976; h Skep Pangab No. Skep49I1990 tanggal 23 Januari 1990 tentangKewenangan Perizinan Senjata Api dan bahan peledak; i Skep Kapolri No.Pol.: Skep244II1999 tanggal 28 Februari 1999 tentangKetentuan Perijinan Senjata Api Non Organik TNIPolri untuk bela diri; j Ordonasi bahan Peledak LN 1893 No. 243 dirubah menjadi LN 1931 No.168 tentang Pemasukan, Pemilikan Pembuatan, Pengangkutan dan Pemakaian bahan peledak; k Kepres RI No. 86 tahun 1994 tanggal 23 Desember 1994 tentang Perubahanatas kepres RI No. 5 tahun 1988 tentang Pengadaan bahan peledak; l Kep menhamkam No. : Kep010VI1988 tanggal 28 Juni 1988 tentangPengawasan dan pengendalian bahan peledak sebagai Pelaksanaan kepresRI No. 5 tahun 1988; m Skep Menhankam No. : Skep1808XII1992 tanggal 08 Desember 1922 tentang Perincian Bahan Peledak; n Skep pangab no. : Skep49I1990 tanggal 23 Januari 1990 tentangKewenangan Perijinan Senjata Api dan Bahan Peledak; o SkepKapolri No. Pol.: Skep243VI1989 tanggal 14 Juni 1989 tentangPelimpahan Wewenang Menandatangani Surat izin khusu untukpemasukan dan Pengeluaran bahan peledak; p Skep Kapolri No. Pol.: Skep139I?1995 tanggal 30 Januari 1995 tentang Penunjukan badan-badan Usaha sebagai penyelenggara pengangkutan bahan peledak; q Peraturan Kapolri No. 2 tahun 2008 tanggal 29 April 2008 tentang pengawasan, pengendalian dan Pengamanan bahan peledak komersial; r Kepres RI No. 125 tahun 1999 tanggal 11 Oktober 1999 tentang bahan Peledak; s Skep Kapolri No.Pol.: Skep82II2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang pengawasan dan pengendalian Senjata Api Non Organik TNIPolri; dan t Peraturan Kapolri No. 13 tahun 2006 tanggal 3 Oktober 2006 tentang pengawasan, dan pengendalian senpi non organik TNI dan Polri. Bahaya akan penggunaan senjata api ditangan masayarakat sipil sangatlah penting ditanggapi dengan serius karena senjata api hanya dapat dipengang oleh orang yang betul-betul telah teruji dengan baik antara lain dengan syarat : 50 1 Syarat medis. Yaitu calon pengguna harus sehat jasmani, tidak cacat fisik, penglihatan normal, dan syarat-syarat lain berdasarkan pemeriksaan dokter. 2 Syarat psikologis. Seperti tidak mudah gugup, panik, emosional, marah, tidak psikopat, dan syarat lain berdasarkan tes yang dilakukan tim psikologis POLRI. 3 Memiliki kecakapan menembak. Jadi pemohon harus lulus tes menembak yang dilakukan MABES POLRI dan mendapat sertifikasi. 50 http:www.kodam17cenderawasih.mil.idtulisanartikelhukuman-bagi-pengguna- senjata-api-ilegal, diakses pada tanggal 03 Desember 2015 4 Berusia 24-65 tahun, memiliki surat keterangan atau keputusan dari suatu instansi, dan berkelakukan baik. Walau memiliki syarat dan lulus uji maka pemohon harus meminta izin kepada POLRI untuk menggunakan senjata api, namun Mengingat banyaknya tindak kejahatan yang diakibatkan oleh penyalahgunaan senjata api,maka untuk saat sekarang ini pihak POLRI telah memberikan pernyataan tak akan menghentikan pemberian izin kepemilikan dan penggunaan senjata kepada sipil. Akan tetapi izin tersebut hanya berupa perpanjangan dan tidak ada izin baru untuk sipil. Polisi mengeluarkan izin untuk tiga jenis senjata api bagi sipil, yaitu senjata api dengan peluru tajam, peluru karet, dan gas. Untuk peluru tajam, izin yang dikeluarkan untuk senjata api kaliber 31 dan 32. Senjata organik untuk internal POLRI adalah kaliber 38. Jadi tidak sembarangan memiliki senjata api, ingat ancaman bagi pemilikan senjata api sangatlah berat yaitu hukuman mati dan hidup 20 tahun dipenjara paling ringan, oleh karena itu mari kita bersama mentaati peraturan perundangan yang berlaku sehingga tercipta rasa aman dan nyaman.

BAB I PENDAHULUAN