Penyediaan Kitin Penentuan Karakteristik Glukosamin Hidroklorida dengan FTIR Penentuan Konsentrasi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Penyediaan Kitin

Penyediaan kitin dilakukan dengan menggunakan metode Agusnar, H. 2006. Hasil yang diperoleh didapati kitin sebesar 30,8. Data hasil yang diperoleh dapat ditunjukkan pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Data Persen Hasil Kitin dari Cangkang Belangkas Metode Agusnar, H. 2006 No. Berat Sampel g Berat Kitin g Persen Hasil Kadar Abu Kadar Air 1. 2500 770 30,8 0,30 12,20 Perhitungan Presentase Kitin � � �� �� �� = Berat Kitin �� �� x = x = 30,8 Universitas Sumatera Utara Perhitungan Presentase Kadar Abu � = w − w w x Dimana W = Bobot contoh sebelum diabukan g W1 = Bobot contoh + cawan sesudah diabukan W2 = Bobot cawan kosong g � = , − , , x = , , x = 0,30 Perhitungan Presentase Kadar Air � � = w w x Dimana W = Bobot contoh sebelum dikeringkan g W1 = Kehilangan bobot setelah dikeringkan g � � �� �� = , , x = 12,20 Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Penentuan Karakteristik Glukosamin Hidroklorida dengan FTIR

Karakteristik glukosamin hidroklorida dapat ditentukan dengan menggunakan analisis FTIR, yang didapat dilihat pada lampiran 2 dan pada Tabel 4.3. Tabel 4.2. Data Karakteristik Glukosamin Hidroklorida dengan FTIR Sampel O-H cm -1 N-H cm -1 C-N cm -1 Ikatan glikosida cm -1 Glukosamin HCl 20 3446.23 lebar, kuat 1557.55 sedang 1379.14 sedang 1073.57 lemah Glukosamin HCl 25 3448.09 lebar, kuat 1559.25 sedang 1379.16 sedang 1074.46 sedang Glukosamin HCl 30 3450.12 lebar, kuat 1556.44 sedang 1379.33 sedang 1074.85 lemah Glukosamin HCl 37 3448.61 lebar, kuat 1560.69 sedang 1379.36 sedang 1074.54 lemah Glukosamin HCl std 3295.60 lebar, kuat 1539.50 tajam, kuat 1334.14 sedang 1033.50 kuat Glukosamin HCl menurut Mojarrad et al. 3350 lebar, kuat 1535 tajam, kuat 1394 sedang 1034 kuat

4.1.3. Penentuan Konsentrasi

Glukosamin Hidroklorida dengan Spektrofotometer Ultraviolet Menurut Muzzarelli 1978 pelarut yang baik untuk kitin belangkas adalah asam fosfat, sehingga digunakan asam fosfat sebagai pelarut dalam penelitian ini. Pengukuran absorbansi asam fosfat dapat dilihat pada Tabel 4.3. Pengukuran absorbansi N-asetilglukosamin dalam asam fosfat dapat dilihat pada Tabel 4.4. Dan pengukuran absorbansi sampel glukosamin hidroklorida dapat dilihat pada Tabel 4.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Data Pengukuran Absorbansi untuk Asam Fosf at pada λ = 197 nm Konsentrasi Asam Fosfat Absorbansi Ho 0,000 0,002 0,005 0,008 0,012 0,00 0,53 1,18 1,82 2,67 Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Asam Fosfat y = 220.5x + 0.047 0,5 1 1,5 2 2,5 3 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 A b sor b an si Konsentrasi Absorbansi Vs Konsentrasi Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Data Pengukuran Absorbansi untuk N-asetilglukosamin dalam Asam Fosfat 0,005 pada λ maksimum = 197 nm Konsentrasi N-asetilglukosamin mgL Absorbansi H untuk N-asetilglukosamin dalam Asam Fosfat 0,005 Absorbansi H N-asetilglukosamin 10 20 30 40 50 60 70 1,18 2,08 3,13 3,98 4,98 5,88 6,93 8,13 0,00 0,90 1,95 2,80 3,80 4,70 5,75 6,95 Dari data pada Tabel 4.4 menujukkan konsentrasi asam fosfat yang digunakan adalah 0,005. Menurut Muzzarelli 1978 kelarutan kitin baik digunakan pada konsentrasi asam fosfat 0,005, sehingga digunakan konsentrasi asam fosfat 0,005 dalam penelitian ini. Pada pengukuran absorbansi asam fosfat Tabel 4.4 menunjukkan nilai absorbansi sebesar 1,18 untuk asam fosfat 0,005. Dengan demikian hasil seluruh pengukuran absorbansi N-asetilglukosamin dan sampel glukosamin hidroklorida yang dilarutkan dalam asam fosfat 0,005 harus dikurangi dengan 1,18 untuk memperoleh absorbansi yang sebenarnya dari kedua senyawa tersebut. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi N-asetilglukosamin

4.1.4. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square