berkaitan dengan banyak juga respnden yang tidak memiliki pekerjaan, masih dalam tahap pendidikan dan hanya sebagai ibu rumah tangga saja.
Kualitas hidup yang menurun pada pasien tuberkulosis dapat menyebabkan keterlambatan pengobatan dan berdampak negatif terhadap
kelangsungan pengobatan sehingga menyebabkan pengobatan menjadi terputus atau tidak tuntas drop out Ratnasari, 2012. Faktor paling dominan yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien tuberkulosis paru adalah faktor lama pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan yang lebih lama dapat
menyebabkan semakin baiknya kualitas hidup pasien Jannah, 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita tuberkulosis paru yang
menjadi responden penelitian menderita TB paru selama 3 bulan 30,6, hal ini menunjukkan bahwa proses pengobatan masih pada tahap awal pengobatan.
5.2.2. Kualitas Hidup Penderita Tuberkulosis Paru Berdasarkan Domain Kualitas Hidup.
Kualitas hidup penderita Tuberkulosi paru pada penelitian ini dibahsa berdasarkan empat domain kualitas hidup menurut WHOQOL-BREF, yaitu
domain fisik, domain psikologikal, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, berdasarkan kategori baik dan buruk, domain fisik menunjukkan perbandingan yang signifikan dibandingkan
domain kualitas hidup yang lain. Sebanyak 75,5 penderita tuberkulosis paru berada pada kategori buruk dan 24,5 pada kategorik baik. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Masood, S. A., Muhammad, W, Muhammad, A., 2012 yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa domain fisik merupakan domain yang berada pada kondisi paling buruk pada penderita tuberkulosis paru. Sekitar 74,2 penderita
tuberkulosis paru sering merasakan nyeri pada tubuhnya. Djojodibroto 2009 menjelaskan bahwa penyakit tuberkulosis paru sangat
mempengaruhi fungsi fisik penderitanya. Penderita akan sering merasa demam, malaise yang terjadi dalam jangka panjang. Selain itu penderita tuberkulosis paru
akan mengalami batuk kering ataupun batuk produktif. Hal ini juga menyebabkan sesak napas pada penderitanya, serta adanya rasa nyeri pada dada yang
disebabkan oleh infeksi kuman tuberkulosis tersebut. Domain psikologis juga menunjukkan perbandingan yang berarti antara
kategori baik dan kategori buruk. Penderita tuberkulosis paru yang memiliki kategori baik hanya 26,5 sedangkan sebanyak 73,5 menunjukkan kategori
buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masood, Muhammad dan Muhammad 2012 yang menyatakan bahwa pada umumnya
penderita tuberkulosis paru hidup dengan depresi dan merasakan ancaman kematian yang cukup tinggi.
International Union Againts Tuberculosis and Lung Desease dalam Jannah 2015 menyatakan bahwa pasien ketika didiagnosa tuberkulosis paru akan
timbul ketakutan dalam dirinya, biasanya berupa ketakutan akan pengobatan, kematian, efek samping obat, menularkan penyakit ke orang lain, perasaan rendah
diri, serta selalu mengisolasi diri karena malu dengan keadaan sekitarnya, bahkan ada dari pasien tuberculosis paru yang berpikir untuk bunuh diri.
Universitas Sumatera Utara
Domain hubungan sosial menunjukkan sebanyak 51 penderita tuberkulosis paru berada pada kategori baik dan 49 diantara nya berada pada
kategori buruk. Rata-rata penderita tuberkulosis paru memperoleh kepuasan dengan hubungan pribadinya, hubungan seksualnya serta mendapatkan kepuasan
dengan dukungan yang diberikan oleh orang sekitarnya. Terok, M. P., Bawotong, J., Untu, F. M., menyatakan bahwa semakin tinggi dukungan yang diperoleh oleh
penderita tuberkulosis paru maka semakin tinggi pula kualitas hidup penderitanya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari 2012 yang
menyatakan bahwa adanya hubungan yang sangat bermakna antara dukungan sosial dengan kualitas hidup penderita tuberkulosis paru.
Ratnasari 2012 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hubungan sosial berupa dukungan sosial yang didapat penderita tuberkulosis dari orang-orang di
sekitar pendrita dapat mempengaruhi perilaku penderita tuberkulosis paru, seperti penurunan rasa cemas, rasa tidak berdaya dan putus asa sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan status kesehatan penderita tuberkulosis paru tersebut. Selain itu, dukungan dari pihak keluarga ataupun orang-orang sekitar juga dapat
meningkatkan kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam proses pengobatan, dengan adanya pengawasan dalam minum obat serta terkait pemberian semangat
pada penderita tuberkulosis paru. Hampir sama dengan domain hubungan sosial, Domain lingkungan
menunjukkan perbedaan yang tidak begitu signifikan antara kategori baik dan kategori buruk. Sebanyak 55,2 penderita berada pada kategori baik dan 44,9
berada pada kategori buruk. Sebagian besar penderita tuberkulosis paru merasa
Universitas Sumatera Utara
puas dengan kondisi lingkungan mereka. Lima, dkk 2004 dalam Lombu 2015 menyatakan bahwa domain lingkungan berhubungan dengan kebebasan,
keamanan fisik, akses ke lingkungan sosial, akses pelayanan kesehatan serta transportasi. Domain lingkungan akan rendah nilainya apabila penderita
tuberkulosis paru tidak memiliki orang lain yang dapat memberikan dukungan pada mereka selama masa penyakit atau pengobatannya.
Universitas Sumatera Utara
51
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas hidup penderita tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kota Medan. Kesimpulan yang didapatkan
bahwa kualitas hidup penderita tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Teladan Kota Medan adalah buruk. Domain yang berada pada kategori buruk
adalah domain fisik dan domain psikologikal, sedangkan domain hubungan sosial dan domain lingkungan berada pada kategori baik.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Praktik keperawatan Perawat diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyakit
tuberkulosis paru kepada pasien dan keluarga termasuk perawatannya serta hal- hal yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya, sehingga pelayanan kesehatan
kepada pasien tuberkulosis paru dapat terlaksana dengan baik dan mencegah penurunan kualitas hidup pada penderita.
6.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan Pendidikan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penderita tuberkulosis paru, sehingga dampak penyakit terhadap kualitas hidup dapat diminimalisir.
Universitas Sumatera Utara