Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Indonesia terhadap Kebakaran

adanya pelanggaran tersebut, maka diperlukan adanya upaya pemulihan yang dapat berupa satisfaction, misalnya permohonan maaf secara resmi, ataupun berwujud pecuniary reparation, misalnya dengan pemberian ganti rugi material.

3. Mekanisme penyelesaian sengketa pencemaran lingkungan yang bersifat

Transnasional dalam Hukum Lingkungan Internasional Berbagai mekanisme penyelesaian hukum lingkungan internasional pada awal-awal perkembangan hukum lingkungan internasional menunjukkan belum adanya suatu aturan yang mengikat dan memberikan kepastian dalam hal proses yang dilalui dalam penyelesaian sengketa hukum lingkungan internasional. Bahkan, dalam beberapa kasus besar, Majelis Arbitrase telah dijadikan salah satu alternatif utama dalam penyelesaian sengketa hukum lingkungan internasional memuat sanksi yang lebih bersifat ekonomis dan diplomatis dalam tataran internasional. Salah satu alternatif yang timbul dalam mekanisme penyelesaian hukum lingkungan internasional yang tersedia adalah pemberlakuan prinsip pertanggungjawaban negara yang diawali dari adanya claim dari negara yang mengalami kerugian yang merupakan suatu bentuk absorpsi hukum lingkungan internasional terhadap keberlakuan prinsip utama dalam hukum internasional tersebut.

B. Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Indonesia terhadap Kebakaran

Hutan dan Lahan Universitas Sumatera Utara Kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia hampir dapat dipastikan 70 sampai dengan 80 persen merupakan akibat perbuatan manusia. Oleh karena itu, dalam PP Nomor 45 tahun 2004 tentang perlindungan Hutan ini, telah mengatur mengenai manusia sebagai salah satu penyebab terjadinya kerusakan hutan. Dalam Pasal 7 PP Nomor 45 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, untuk mencegah, membatasi, dan mempertahankan serta menjaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dan huruf b yang disebabkan oleh perbuatan manusia, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat: 99 a Melakukan sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan; b Melakukan inventarisasi permasalahan; c Mendorong peningkatan produktivitas masyarakat; d Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat; e Meningkatkan peran serta masyakarat dalam kegiatan pengelolaan hutan; f Melakukan kerja sama dengan pemegang hak atau pemegang izin; g Meningkatkan efektivitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan; h Mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat; i Meningkatkan efektivitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan; j Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan keamanan hutan; atau k Mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum. 99 Supriadi, Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan di Indonesia, PT. Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 387. Universitas Sumatera Utara Menyimak ketentuan yang khusus mengatur mengenai perlindungan hutan sebagaimana yang diatur oleh PP Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan merupakan tanggung jawab pemerintah maupun pemerintah daerah sebagai pelaksana tugas negara untuk mengatur, melindungi dan menyejahterakan masyarakatnya. Oleh karena itu, salah satu tugas berat yang ditanggung oleh pemerintah maupun pemerintah daerah, adalah bagaimana caranya agar masyarakat sejahtera, khususnya masyarakat yang bermukim di sekitar hutan dengan cara tidak merusak hutan. Permasalahan bagi Indonesia merupakan sesuatu yang sangat sulit, sebab dapat dipastikan bahwa kerusakan hutan di Indonesia karena ulah manusia, baik sebagai masyarakat maupun sebagai pengusaha. Dalam Pasal 23 PP Nomor 45 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, dalam rangka pencegahan kebakaran hutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat 1 huruf a, dilakukan kegiatan: a Pada tingkat nasional, antara lain: 1 Membuat peta kerawanan kebakaran hutan nasional; 2 Mengembangkan sistem informasi kebakaran hutan; 3 Menetapkan pola kemitraan dengan masyarakat; 4 Menetapkan standar peralatan pengendalian kebakaran; 5 Membuat program penyuluhan dan kampanye pengendalian kebakaran; 6 Menetapkan pola pelatihan pencegahan kebakaran; 7 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan. Universitas Sumatera Utara b Pada tingkat provinsi, antara lain: 1 Membuat peta kerawanan kebakaran hutan provinsi; 2 Membuat model-model penyuluhan; 3 Melaksanakan pelatihan pencegahan kebakaran hutan; 4 Membuat petunjuk pelaksanaan pemadaman kebakaran hutan; 5 Mengadakan peralatan pemadam kebakaran hutan; 6 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan. c Pada tingkat kabupatenkota, antara lain: 1 Melakukan evaluasi lokasi rawan kebakaran hutan; 2 Melaksanakan penyuluhan; 3 Membuat petunjuk teknis pelaksanaan pemadaman kebakaran hutan; 4 Mengadakan peralatan kebakaran hutan; 5 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan: d Pada tingkat kesatuan pengelolaan hutan produksi, kesatuan pengelolaan hutan lindung, izin pemanfaatan hutan, izin penggunaan kawasan hutan dan hutan hak, antara lain melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan; menginventarisasi faktor penyebab kebakaran; menyiapkan regu-regu pemadaman kebakaran; membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan; mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan; dan membuat sekat bakar. Sehubungan dengan ketentuan Pasal 23 di atas, salah satu upaya penting yang dilakukan apabila terjadi kebakaran adalah melakukan upaya pemadaman kebakaran hutan, hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 24 PP Nomor 45 Tahun Universitas Sumatera Utara 2004 dinyatakan bahwa, dalam rangka pemadaman kebakaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat 1 huruf b, maka setiap pemegang izin pemanfaat hutan, pemegang izin penggunaan kawasan hutan, pemilik hutan hak dan Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan, berkewajiban melakukan rangkaian tindakan pemadaman dengan cara melakukan deteksi terjadinya kebakaran hutan; mendayagunakan selruh sumber daya yang ada; membuat sekat bakar dalam rangka melokalisasi api; membolisasi masyakarat untuk mempercepat pemadaman ayat 1. Pemegang izin pemanfaatan hutan, pemegang izin penggunaan kawasan hutan, pemilik hutan hak danatau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat dalam rangka mempercepat pemadaman, evakuasi, ligitasi dan mencegah bencana; pelaporan kepada BupatiWalikota tentang kebakaran hutan yang terjadi dan tindakan pemadaman yang dilakukan ayat 2. 100 Sementara itu partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan kebakaran hutan sangat diperlukan, terutama masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar hutan. Sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 26 , usaha yang dilakukan dalam menangani pasca kebakaran hutan adalah salah satunya melakukan penegakan hukum kepada siapa saja yang sengaja atau tidak sengaja melakukan kebakaran. Dalam Pasal 27 PP Nomor 45 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, dalam rangka 100 Ibid., hlm. 447. Universitas Sumatera Utara penanganan pasca kebakaran hutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat 1 huruf c, dilakukan upaya kegiatan yang meliputi: a Identifikasi dan evaluasi b Rehabilitasi c Penegakan hukum. Penanganan pasca kebakaran hutan merupakan suatu pekerjaan yang paling berat, terutama penanganan pada pasca kebakaran hutan karena ini telah menyangkut mengenai pembuktian secara hukum. Namun pada sisi lain, penegakan hukum terhadap pembakar hutan, baik di sengaja maupun tidak perlu dikenakan sanksi hukum yang paling berat dengan menjatuhkan sanksi secara kumulatif, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 30 PP Nomor 45 Tahun 2004 dinyatakan bahwa, pemegang izin pemanfaatan hutan, pemegang izin penggunaan kawasan hutan atau pemilik hutan hak bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran hutan di areal kerjanya ayat 1. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi tanggung jawab pidana; tanggung jawab perdata; membayar ganti rugi; danatau sanksi administrasi ayat 2. Universitas Sumatera Utara 94

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Hukum lingkungan indonesia merupakan hukum lingkungan modern yang memiliki utuh sifat menyeluruh atau komprehensif integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes, memperhatikan hak asasi manusia dan peran serta masyarakat termasuk lingkungan hidup itu sendiri, yang seiring dengan perkembangan hukum lingkungan hidup internasional. 2. Terjadinya pencemaran kabut asap yang diakibatkan dari kebakaran hutan di Indonesia kerap kali melanda beberapa negara ASEAN pada umumnya dan negara yang berdekatan dengan Indonesia pada khususnya yang tentu memberikan dampak yang tidak hanya mengganggu ekosistem negara sekitar, namun juga berdampak pada kegiatan usaha pada sektor riil seperti pariwisata dan transportasi udara. 3. Dalam hukum internasional, pertanggungjawaban negara timbul dalam hal negara yang bersangkutan merugikan negara lain, dan dibatasi hanya terhadap perbuatan yang melanggar hukum internasional.

B. SARAN

1. Seharusnya pemerintah Indonesia memberikan penyuluhan tentang betapa pentingnya memelihara hutan bagi kelangsungan kehidupan kepada seluruh lapisan masyarakat agar bersama-sama dalam menjaga kelestarian hutan. Universitas Sumatera Utara