Konflik dalam Pengambilan Keputusan

3. Konflik dalam Pengambilan Keputusan

Janis Mann 1977 menyatakan bahwa pada umumnya individu akan menghadapi konflik dalam mengambil suatu keputusan yang sangat penting. Munculnya konflik membuat pengambil keputusan akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menghadapi risiko yang akan muncul. Konflik- konflik tersebut juga akan mempengaruhi individu untuk menerima atau menolak tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan keputusan yang dibuat. Simptom yang akan muncul bisanya adalah keragu-raguan, kebimbangan, ketidakpastian, dan tanda-tanda stres ketika keputusan sudah ditetapkan. Berdasarkan gambaran tersebut, metode yang dinilai efektif dalam mengambil keputusan adalah metode yang menggunakan conflict-theory model. Metode ini dinilai dapat melihat segala konskuensi yang mungkin terjadi ketika suatu pengambilan keputusan dilakukan. Dasar dari pendekatan ini adalah 4 pertanyaan yang akan dijawab oleh pengambil keputusan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah : 1. Apakah ada risiko yang serius jika saya tidak melakukan perubahan? 2. Apakah ada risiko yang serius jika saya melakukan perubahan? 3. Apakah ada kemungkinan harapan untuk menemukan solusi yang baik dan memuaskan? 4. Apakah cukup waktu untuk mencapainya dengan tenang dan tidak tergesa- gesa? Selain itu, metode ini juga mencakup tiga hal besar yang saling berkaitan satu sama lainnya. Ketiga hal tersebut adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Antecendent condition Kondisi ini adalah setiap kejadian-kejadian yang mendahului terjadinya proses pengambilan keputusan. Variabel yang sangat mempengaruhi adalah komunikasi individu. Melalui komunikasi, seseorang akan mendapatkan pengetahuan, peringatan, atau informasi lain yang relevan dengan keputusan yang diambil. Faktor-faktor lainnya yang juga akan mempengaruhi adalah faktor situasional, kepribadian dan karakteristik-karakteristik lainnya. 2. Mediating Process Merupakan proses dimana individu dihadapkan pada dua pilihan yang saling bertentangan serta memunculkan konskuensi yang bertentangan pula. 3. Consequencess Setiap pilihan yang diambil pada mediating process akan menuju kepada consquencess. Jika jawaban-jawaban yang diberikan negatif, maka individu akan mengalami unconflicted adherence, unconflicted change, defensive avoidance dan hypervigilance. Jika jawaban-jawabannya positif, maka yang akan terjadi adalah vigilance, dimana ia akan sangat hati-hati dan penuh pertimbangan dalam mengambil langkah. Kelima tahapan pengambilan keputusan yang sudah dikemukakan oleh Janis Mann 1977 akan menunjukkan suatu proses yang unik dari tiap tahapan. Proses yang terjadi dari satu tahapan ke tahapan berikutnya akan menggambarkan sisi negatif dan positif yang mungkin terjadi dari setiap pilihan jawaban. Universitas Sumatera Utara Proses pengambilan keputusan akan menunjukkan kondisi-kondisi yang terjadi sebelumnya, kemudian proses apa yang akan muncul serta apa yang menjadi akibatnya. Hal ini akan membantu pengambil keputusan untuk meneliti dan menganalisa setiap jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan di tiap proses yang terjadi. Jawaban tersebut pada akhirnya akan mengarahkan pengambil keputusan pada sebuah keputusan akhir. Janis Mann 1977 kemudian mengajukan sebuah model conflict-theory dalam pengambilan keputusan yang dapat diaplikasikan pada berbagai jenis situasi. Bagannya adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara A Conflict-Theory Model in Decision Making START Challenging Negative Q 1 :Are the Risk Serious if I Don’t Change Additional Information about Losses from Continuing Unconflicted Adherence Q 2: Are the Risk Serious if I Do Change Information about Losses from Changing Unconflicted Change Q 3: Is It Realistic to Hope a Better Solutions Sign of More Information Available and of Unused Resources Q 4: Is There Sufficient Time to Search and Deliberate Hypervigilan ce Information about Deadline and Time Pressures Defensive Avoidance END Incomplete Search Appaisal and Antecedent Conditions Mediating Process Consequences Maybe or Yes Maybe or Yes Maybe or Yes No No No No Maybe or Yes Vigilance END Thorough Search Appraisal and Contingency Planning Bagan II.1 Universitas Sumatera Utara Mengenai jalannya proses pengambilan keputusan, Harris 1998 menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan proses yang non linier dan recursive berulang, artinya proses pengambilan keputusan tidak selamanya melalui suatu aliran yang konstan. Sebaliknya, kebanyakan keputusan dibuat setelah melalui pertimbangan berulang-ulang dan bolak-balik. Tahapan tertentu akan dilalui dalam waktu singkat sementara tahapan lain akan memerlukan waktu yang lebih lama dan pertimbangan yang lebih kompleks. Adair 2007 menambahkan bahwa dalam serangkaian tahapan pengambilan keputusan, kita tidak harus mengikuti semua tahapan tersebut secara kaku pada setiap situasi. Dalam proses pengambilan keputusan yang non linier, bisa saja seorang pengambil keputusan sudah sampai pada tahap 3 berdasarkan tahapan Janis Mann, 1977 akan kembali ke tahap 2 atau bahkan ke tahap 1. hal ini terjadi ketika si pengambil keputusan merasa tidak puas dengan alternatif yang ada Janis Mann, 1977. Sementara itu mengingat partisipan pengambil keputusan dalam penelitian ini adalah wanita, maka perlu kiranya dijelaskan mengenai proses pengambilan keputusan pada perempuan. Menurut Tannen dalam Miell Wetherell, 1989 seorang perempuan yang terlibat dalam pengambilan keputusan cenderung meminta nasehat atau berkonsultasi dengan orang lain. Universitas Sumatera Utara

4. Pertimbangan dalam Pengambilan Keputusan