disebabkan oleh belum terampilnya mahasiswa dalam membuat peta pikiran karena peta pikiran baru diajarkan 30 menit sebelum latihan mencatat. Seperti yang
diusulkan oleh Dreyfus tentang pencapaian atau kompetensi skills acquisition dari suatu keterampilan. Terdapat empat tahap seorang tersebut dinyatakan master
terhadap suatu keterampilan. Tingkatan pertama novice yaitu seseorang baru melakukan keterampilan tersebut. Kedua yaitu advance beginer yaitu sudah mulai
berkembang. Ketiga kompeten yaitu sudah menyadari dan mengikuti standar. Ketiga adalah ahli dan keempat adalah expert. Tetapi dalam peta pikiran Buzan hanya
membagi atas tiga tingkatan yaitu novice, intermediate dan advance.
d.Pembuatan peta pikiran
Peta pikiran sangat mudah dibuat serta alami, alat-alat yang dibutuhkan sangat mudah yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak dan
imajinasi. Kertas yang diusulkan untuk membuat peta pikiran yaitu kertas kosong tidak bergaris yang berukuran. Usulan cara membuat peta pikiran di mulai dari
bagian tengah kertas kosong, yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, gunakan gambar atau foto untuk ide sentralnya, menggunakan warna kemudian
menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang- cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya, garis
penghubung dibuat melengkung, bukan lurus karena garis lurus akan membosankan otak dan gunakan satu garis untuk satu kata Buzan Buzan, 1993; Buzan T, 2012;
Davies, 2010.
e. Penelitian yang berkaitan dengan peta pikiran
Farrand et al., 2002 meneliti keefektifan peta pikiran terhadap pengetahuan dan motivasi mahasiswa dibandingkan dengan strategi mereka sendiri. Metode yang
digunakan adalah kuasi eksperimental yang membagi mahasiswa menjadi dua kelompok yaitu peta pikiran dan startegi biasa. Hasilnya peta pikiran lebih efektif
pada memori jangka panjang yang dan motivasi lebih rendah dari pada metode mandiri. Motivasi mahasiswa lebih rendah pada penelitian ini bisa dipengaruhi oleh
ketidakpercayaan diri mahasiswa pembuatan peta pikiran disebabkan peta pikiran baru diajarkan kepada mahasiswa. Sedangkan yang mahasiswa dengan strategi
sendiri lebih terbiasa dengan cara mereka sehingga mereka lebih senang sehingga motivasinya rendah. Tetapi bila peta pikiran bukan hal baru bagi mahasiswa
mungkin lebih disenangi karena sudah terbiasa. Farrand et al. 2002 menetapkan
18
perbedaan rata-rata nilai mahasiswa anatar kelompok peta pikiran dan kelompok tidak menggunakan pikiran adalah 10 sedangkan motivasi 15. menyarankan peta
pikiran tetap bisa digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. Analisis data seharusnya menggunakan independet t-tes dan paired t-tes untuk membandingkan
nilai pengetahuan. Materi yang diberikan kepada mahasiswa sebaiknya materi kedokteran yang belum dikenal mahasiswa. Jumlah mahasiswa sebagai sampel juga
sedikit hanya 31 orang. Pemberian tes aritmatika untuk menghilangkan efek hafalan mungkin diberikan video yang bisa menyegarkan mahasiswa.
Wickramasinghe et al. 2007 juga melakukan evaluasi keefektifan peta pikiran dibanding cara belajar lain untuk mahasiwa yang baru masuk fakultas
kedokteran dengan disain penelitian yang sama. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa menggunakan peta
pikiran dengan yang tidak terhadap memori jangka pendek. Penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Farrand et al. 2002 tetapi tes yang dilakukan dengan
soal esai. Seperti penelitian sebelumnya mahasiswa juga baru menggunakan peta pikiran sehingga belum terbiasa dan menyebabkan keraguan pada diri mahasiswa.
Kita melihat penjelasan di atas bahwa keterampilan peta pikiran juga mempunyai tingkatan. Jurnal tersebut tidak menjealskan bagaimana pet pikiran diajarkan dan
materinya apa yang diajarkan. Penelitian ini tidak mejelaskan sesi secara lengkap. Analisis data juga tidak dijelaskan.
D’Antoni et al. 2010 melihat pengaruh peta pikiran terhadap berpikir kritis mahasiswa yang diberikan perkuliahan kemudian mencatat melalui peta pikiran,
hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan peta pikiran dan tidak menggunakan terhadap berpikir kritis mahasiswa. Penelitian ini
menambahkan variabel yang dinilai yaitu berpikir kritis. Hal ini juga sama yang terjadi dengan penelitian oleh peneliti sebelumnya dimana mahasiswa juga baru
dipaparkan dengan peta pikiran dan tidak ada waktu jeda antara presentasi peta pikiran dengan note taking yang dilakukan oleh kelompok peta pikiran dan strategi
standar. Untuk berpikir kritis juga tidak ada perbedaan ini menurut D’Antoni et al. 2010, berfikir kritis juga membutuhkan waktu untuk memahami materi tersebut.
Motivasi mahasiswa juga mempengaruhi karena materi yang diberikan adalah materi ujian masuk, materi umum, hal ini membuat mahasiswa kedokteran tidak
termotivasi. Penelitian ini menggunakan prosedur lengkap dan detail tetapi tetap ada
19
ancaman validitas yaitu tes yang diberikan bertubi-tubi sehingga tidak mencerminkan hasil sebenarnya. Materi yang diberikan bukan materi kedokteran.
Validasi instrumen MMAR tidak dijelaskan dalam penelitian tersebut. Persetujuan dengan mahasiswa dan etical clearence tidak dijelaskan. Sedangkan perbedaan rata-
rata pada penelitian ini terlalu tinggi yaitu 0.8 sedangkan peneliti sebelumnya hanya menetapkan 0.1.
Penelitian lainnya dengan variabel yang berbeda dilakukan oleh Abdolahi et
al. 2011 untuk melihat keefektifan peta pikiran dalam pengajaran anatomi mendapatkan bahwa pengajaran dengan peta pikiran lebih efektif dibandingan
metode pengajaran tradisional. Fun Maskat 2010 melihat penggunaan peta pikiran yang dibuat dosen dan peta pikiran yang dibuat mahasiswa mendapatkan
bahwa penggunaan peta pikiran dibuat mahasiswa lebih efektif dari pada peta pikiran dibuat dosen terhadap nilai tes mahasiswa.
Tabel 2. P
erkembangan penelitian peta pikiran
No Penulis
Tujuan Metodevariabel
Hasil
1. Farran P, Hussain F,
Hennwssy 2002
Melihat keefektifan penggunaan peta
pikiran untuk
meningkatkan pengetahuan dan
motivasi Rancangan penelitian: randomized
control trial Variabel independen
1. Teknik sendiri
2. Teknik peta pikiran
Variabel dependen
d.
Pengetahuan
e.
Motivasi dengan skala 5 poin 1 very un
motivated, 5= very motivated
Pengetahuan dengan teknik peta pikiran lebih banyak
benar dari pada teknik sendiri.
Tidak ada perbedaan signifikan terhadap
motivasi tetapi motivasi peta pikiran lebih rendah
dari pada belajar sendiri.
2 D’Antony VD, Zipp
GP 2006
Untuk mereviu
literatur dan melihat kepuasan mahasiswa
teknik belajar peta pikiran
Rancangan penelitian: survei
3 Wickramasinghe A,
Widanapathirana, Kuruppu O,
Liyanage I, Karunathilake
2007 Melihat keefektifan
peta peta pikiran sebagai alat belajar
mahasiswa kedokteran Rancangan kuasi eksperimental
Variabel independen 1.
Peta pikiran 2.
Belajar sendiri Variabel dependen
1. Pengetahuan esai
Tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok
peta pikiran dengan kelompok strategi belajar
sendiri. 4
Aydin G, Balim AG 2009
Melihat kemampuan siswa Izmir terhadap
materi “sitem tubuh” menghubungkan
dengan pengetahuan sebelumnya
Mahasiswa dibagi 3 kelompok: Variabel independen
1. Kelompok eksperimen
dengan peta pikiran 2.
Kelompok eksperimen dengan concept mapping
3. Kelompok control
Mahasiswa dengan
menggunakan peta pikiran dan peta konsep dapat
mengintegrasikan pengetahuan yang ada
dengan pengetahuan baru 5
Evrekli E, Balim AG, Inel D
2009 Untuk
menilai pendapat calon guru
tentang peta pikiran dan penggunaan peta
pikiran dalam
pembelajaran Kualitatif dengan memberikan
pertanyaan tentang manfaat mind mapping
Peta pikiran berguna untuk pengajaran
science dan teknologi Permanen untuk recall
Memastikan hubungan anatra konsep
20
Peta pikiran dapat meningkatkan
lingkungan pembelajaran
mahasiswa 6
Allen JB, Smith VO 2009
Mengembangkan suatu pendekatan
pragmatis untuk
mengatur data
kualitatif dari pasien Peta pikiran digunakan pada saat
focus group discussion. Variabel independen:
1. Transkrip dengan mind
mapping 2.
Transkrip dengan cara tradisional
Variabel dependen
Waktu Penggunaan peta pikiran
membantu analisis data dan menjaga agar
analysis tetap pada jalur yang ditentukan serta
meningkatkan transparansi dan
kecepatan dalam mengolah data
7 D. Anthony A, Zipp
GP, Olson VG, Cahill T
2010 Melihat hubungan
antara peta pikiran dan critica thinking
yang diukur dengan The health Sciences
Reasoning Test HSRT dan melihat hubungan
antara mind mapping dan mengingat
kembali informasi. Rancangan: kuasi eksperimental
Variabel independent: SNT standar note taking
Peta pikiran Variabel dependent:
MCQ pre and post HSRT pre dan post
Variabel perancu
Lingkungan
Waktu
Kemampuan MM
Teksknowledge
Kelelahan mahasiswa Tidak ada perbedaan yang
signifikan hasil pre dan post tes kedua kelompok dan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara pre dan
post HSRT dari total skor Tetapi skor critical thinking
lebih tinggi daripada teknik sendiri
8 D’Anthony AV, Zipp
GP, Olson VG. 2010
Melihat interater reliability of MMAR
mind mapping assessment rubric
Rancangan: eksperimen Variabel Independen
MMAR Variabel dependen
Interater Reabiliti antara penguji
cukup tinggi sehingga reabiliti dapat digunakan
sebagai aassessment mind maping
9 Fun CS, Maskat N
2010 Membandingkan
Teacher-centered mind mapping dan
student-centered mind mapping terhadap
pencapaian mahasiswa
Rancangan: eksperimental Variabel independent
Teacher centered min mapping Student centered mind mapping
Variabel dependen:
Achievement Faktor perancu
Prior knowledge di kendalikan sudah punya prior knowledge
accounting Mind mapping dilengkapi
mahaisswa. Pengajaran peta pikiran
Teacher-centerd mind map menurunkan tes skor
mahasiswa Student-centerd mind map
signifikan meningkatkan nilai mahaisswa
10 Evrekli E, Inel D,
Balim A 2010
Menilai reabiliti sistem skor mind mapping
Rancangan: kohor
Variabel independent
Presentasi Variabel dependent
Peta pikiran
Sistem skor
Tidak ada perbedaan yang signifikan atara rater 1 dan
2, kemudian dengan waktu yang berbeda juga tidak ada
perbedaan. Skor ini dapat digunakan
untuk menilai peta pikiran pada penelitian ini
11 Abdolahi M,
Javadnia F, Bayat PD, Ghorbani R,
Ghanhari A, Ghodost B
Int.J.Morphol 2011
Melihat keefktifan peta pikiran dalam
pengajaran anatomi dibandingkan dengan
slide tradisional Eksperimental
Variabel independen: Teaching with Mind mapping
Teaching with tradisional Variabel dependent
MCQ 40 dengan skor 0-20 Teknik pengajaran peta
pikiran memiliki skor lebih tinggi dari
pengajaran secara tradisional
21
1. Hubungan motivasi dengan pencapaian hasil belajar
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong mahasiswa terlibat pembelajaran, fokus, perhatian dan mau mengerjakan tugas-tugas pembelajaran. Motivasi salah
satu faktor yang terpenting dalam pencapaian belajar, menyelesaikan tugas, kepercayaan diri terhadap pembelajaran. Motivasi dapat diukur secara langsung
dengan observasi prilaku mahasiswa serta dengan memakai kuesioner Gagne, Wager, Golas Keller, 2005; Pelaccia et al., 2009; Mahmud, 2010.
Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dapat ditingkatkan melalui keterlibatan keinginan
untuk terlibat, keingintahuan ketertarikan terhadap topik, tantangan topik yang rumit dan interaksi sosial. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat ditingkatkan
melalui pemenuhan harapan menemukan harapan lain dari apa yang dikatakan orang, dikenali dikenal oleh masyarakat, kompetisi dan menghindari pekerjaan,
imbalan misalnya nilai. Jika mahasiswa mempunyai motivasi ekstrinsik maka resiko kegagalan akan lebih besar daripada motivasi instrinsik William William,
2011 Teori motivasi yang diusulkan para ahli mengatakan terdapat hubungan
antara motivasi dan belajar. Mahasiswa yang menggunakan strategi kognitif lebih baik dengan mengulang, mengingat dan mencatat pengetahuan Gagne et al., 2005;
Santrock, 2011. Penelitian oleh Long, Monoi, Harper, Knoblauch Murphy 2007 mendapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin
terhadap goal oriented motivasi dan pencapaian. Crede Kuncel 2008 meneliti keterampilan belajar. Hasilnya adalah motivasi dan kebiasaan belajar mempunyai
hubungan kuat dengan pencapaian sedangkan kecemasan tidak berhubungan. Penelitian dilakukan oleh Lijun 2011 mendapatkan hasil motivasi berhubungan
positif dengan strategi dan pencapaian hasil belajar. Yu 2012 meneliti hubungan motivasi dan strategi belajar juga mendapatkan hasil yang positif serta
meningkatkan pembelajaran. Peta pikiran dan motivasi berhubungan terutama motivasi instrinsik.
Motivasi instrinsik mahasiswa meningkat karena mahasiswa bisa berpikir bebas dan kreatif. Pikiran merupakan dasar pengantar motivasi, dengan motivasi dapat
mencapai tujuan pembelajaran. D’Antoni dan Zipp 2006 meneliti persepsi
22
mahasiswa terhadap penggunaan peta pikiran di jurusan terapi fisik. Hasilnya menunjukan mahasiswa menyukai strategi belajar dengan peta pikiran.
Motivasi dapat diukur dengan menggunakan kuesioner motivasi. Kuesioner dikembangkan di Michigan, kuesioner ini dinamakan Motivated Strategies for
Learning Questionaire MSQL yang dikembangkan oleh National Center for Research to Improve Postsecondary Teaching and Learning, Universitas Michigan
Pintrich et al., 1991 cit. Taylor, 2012 dilakukan setelah proses belajar. Kuesioner motivasi ini terdiri dari 31 pertanyaan dengan menggunakan skala 1 sampai 7. Skala
1 berarti sangat tidak sesuai dengan saya, angka 7 berarti sangat sesuai dengan saya. Terdapat 6 subskala yaitu instrinsic goal orientation, extrinsic goal orientation, task
value, control of learning belief keyakinan mahasiswa bahwa hasil belajar dapat dicapai dengan usaha sendiri dan dari faktor luar seperti dosen, self efficacy for
learning and performance, task anxiety. Sedangkan 50 adalah pertanyaan tentang strategi belajar yang terdiri dari repetisi, elaborasi, organisasi, critical thinking,
metacognitive self-regulated, manjemen waktu dan lingkungan, effort regulation, peer learning dan help seeking.
Peta pikiran adalah strategi yang dapat digunakan untuk mendorong belajar mendala.
Marton Saljo 1976 mengadakan penelitian belajar mendalam dan
dangkal. Hasilnya belajar secara mendalam adalah motivasi instrinsik dimana mahasiswa mencoba mengerti dan memahami konteks dari ide baru dan konsep.
Belajar dangkal cenderung ke arah motivasi ekstrinsik dan hanya bersifat hafalan Buzan.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat simpulkan bahwa motivasi mempunyai hubungan kuat dengan hasil belajar.
Hasil belajar
Pencapaian hasil belajar menurut Bloom 1956 dibagi atas tiga domain yaitu kognitif pengetahuan, keterampilan dan afektif. Untuk pengetahuan Bloom
membagi atas 6 tingkatan pencapaian, sekarang sudah diperbaharui yaitu mengingat, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Mengingat adalah mengenali
atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari pada awal waktu serta menyimpannya dalam memori. Pemahaman yaitu membangun makna dari materi-
materi pelajaran dan pesan-pesan misalnya menyimpulkan, mengartikan dan mengidentifikasi. Aplikasi yaitu meggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi
23
yang baru. Analisis adalah memecahkan informasi ke dalam bagian-bagian dan mengidentifikasi keterkaitan antara bagian-bagian tersebut. Evaluasi adalah
membuat suatu ketentuan terkait informasi dengan menggunakan standar atau kriteria tertentu. Kreasi adalah meletakan pengetahuan dan prosedur secara
bersamaan dalam bentuk yang koheren, terstruktur dan kemungkinan memiliki keaslian menyeluruh Nitko, 1996.
Miller 1990 mengusulkan suatu piramida pencapaian kompetensi dan assessment yaitu mempertimbangkan perkembangan keahlian mahasiswa menjadi
knowledgeable. Pada saat memilih suatu instrumen assessment kita harus menyesuaikan dengan level kompetensi yang harus dicapai. Seorang mahasiswa
harus melalui tahap knows factual knowledge sebelum memasuki fase selanjutnya yaitu knows how tahap membangun pemahaman, tingkatan
pencapaian yang lebih tinggi lagi yaitu mahasiswa mampu melakukan performan atau menunjukan show how. Sedangkan tingkatan yang tertinggi adalah does
yaitu mampu melakukan tindakan atau performan pada situasi kehidupan nyata Amin Eng, 2006; Dornan, 2009.
Multiple choice question MCQ adalah tes berbentuk tulis yang paling banyak digunakan, tes ini menguji ingatan factual recall dengan memilih salah
satu jawaban yang paling benar, waktu yang dibutuhkan untuk menjawab satu soal adalah 45 detik - 1 menit. Keuntungannya adalah relatif mudah digunakan
feasible, tingkat reliabiliti tinggi, validitas konten yang luas atau learning target yang diwakili lebih luas Amin Eng, 2006.
2.6 Teori yang mendasari peta pikiran a. Teori belajar konstruktif