Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan Demfarm Pengendalian OPT Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

17

B. Spesifikasi Teknis

1. Kriteria

a. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

Kriteria pengendalian sebagai berikut: 1 Luas pengendalian OPT minimal 25 hakelompok tani dengan perhitungan populasi tanaman sesuai standar baku. 2 Calon lokasi merupakan hamparan dengan kondisi tanaman terserang OPT ringan atau masih dapat dipulihkan. 3 Calon petanikelompok tani peserta pengendalian tergabung dalam kelompok tani yang aktif. 4 Teknologi pengendalian OPT yang digunakan mengacu pada rekomendasi PuslitBalit PertiBBPPTP MedanSurabayaAmbon BPTP Pontianak atau pedoman pengenalan dan pengendalian OPT yang diterbitkan Direktorat Jenderal Perkebunan.

b. Demfarm Pengendalian OPT

Kriteria demfarm pengendalian OPT sebagai berikut: 1 Demfarm dilaksanakan oleh UPTD Perlindungan Perkebunan pada Dinas provinsi yang membidangi perkebunan, bekerja sama dengan kelompok tanipetani. 18 2 Demfarm dilaksanakan pada hamparan dengan luas areal lebih dari 5 lima hektar sampai dengan 25 hektar. 3 Lokasi demfarm mudah dijangkau dan dekat dengan sumber air. Untuk mendapatkan hasil yang signifikan lokasi untuk tahun ke 2 dan ke 3 tidak berubah. 4 Demfarm berada pada pusat serangan atau daerah penyebaran serangan OPT yaitu: PBK pada kakao, JAP pada karet dan Uret serta penggerek batangpucuk pada tebu.

c. Demplot Pengendalian OPT

Kriteria demplot pengendalian OPT sebagai berikut: 1 Demplot dilaksanakan oleh UPTD Perlindungan Perkebunan pada Dinas provinsi yang membidangi perkebunan, bekerja sama dengan kelompok tanipetani. 2 Demplot dilaksanakan pada hamparan dengan luas areal 1 satu hektar sampai dengan 5 lima hektar. 3 Lokasi demplot mudah dijangkau dan dekat dengan sumber air. Untuk mendapatkan hasil yang signifikan lokasi untuk tahun ke 2 dan ke 3 tidak berubah. 4 Demplot berada pada pada pusat serangan atau daerah penyebaran serangan OPT 19 yaitu: penyakit budok, nematoda, ulatkutu daun pada nilam.

2. Metode

a. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

Pengendalian OPT tanaman perkebunan dilaksanakan dalam kelompok tani yang sudah ditetapkan oleh Kepala Dinas provinsi yang membidangi perkebunan. Pengendalian dilaksanakan secara serentak dan massal melalui penerapan PHT terhadap OPT : 1 Penggerek BatangPucuk Tebu Chilo sacchariphagusSchirpophaga sp.  Pemasangan sex feromon berbahan aktif octadekenil asetat : 100 untuk penggerek batang dan Hexsadsenal 100 untuk penggerek pucuk.  Pemasangan feromon sebanyak 10 sethaaplikasi. Penggantian feromon dilakukan setiap 3 bulan sekali. 2 Uret Tebu Lepidiota stigma  Pengambilan, pengumpulan dan pemusnahan uret pada saat pengolahan tanah.  Pemasangan perangkap imago dengan lampu petromakneon dan atau pemasangan jaringbarrier trap di sekitar pertanaman tebu. 20 3 Tikus Rattus sp.  Penangkapanpemburuan tikus secara serentak gropyokan.  Aplikasi umpanracun tikus berbahan aktif antara lain bromadiolon, brodifakum dan couma-tetralyl. 4 Babi Hutan Sus sp. pada Tebu  Pemasangan lapon pada jalur jalan babi hutan.  Pemagaran di sekitar areal kebun. 5 Lanas Phytophthora sp. dan Ulat Daun Spodoptera sp., Heliothis sp. pada Tembakau  Aplikasi APH Beauveria bassiana, dan atau SL-NPV tergantung intensitas serangan.  Aplikasi Pestisida nabati berbahan aktif azadirachtin. Aplikasi pestisida nabati diulang bila perlu dengan memperhatikan populasi ulat daun yang dikendalikan.  Aplikasi APH dilakukan 1 minggu setelah aplikasi pestisida nabati. 6 Penggerek Buah pada KakaoPBK Conopomorpha cramerella  Pemangkasan.  Sanitasi.  Panen sering. 21  Pemasangan attraktansex feromon sebanyak 6 sethektaraplikasi. Aplikasi feromon diulang dengan interval minimal 4 empat bulan.  Sarungisasi  Insektisida yang sudah mendapat izin Menteri Pertanian. 7 Hama Brontispa sp. pada kelapa  Memotong janur dan diturunkan dengan tali, kemudian dikumpulkan dan dimusnahkan untuk membunuh larva dan imago Brontispa sp.  Pelepasan parasitoid pupa Tetrastichus brontispae, sebanyak 25 ekor pupa Brontispa terparasit per hektar. 8 Hama Kumbang Nyiur Oryctes sp. pada Kelapa  Membersihkan kebun atau memusnah- kan semua tempat perkembangbiakan Oryctes sp. seperti sisa tanaman mati, sampah-sampah, tumpukan kotoran ternak, tumpukan serbuk gergaji, dan lainnya; memotong-motong tanaman kelapa yang tumbangmati kemudian dimusnahkan.  Aplikasi feromon untuk memerangkap imago Oryctes sp. Rhyncophorus sp. 22 sebanyak 1 set ha. Penggantian feromon dilakukan setiap 3 tiga bulan. 9 Hama Sexava sp. pada Kelapa  Sanitasi kebun.  Pelepasan parasitoid telur Leefmansia bicolor sebanyak 25 butir telur terparasitha. 10 Hama Tungau Aceria guerreronis pada Kelapa  Menurunkan buah-buah terserang dari atas pohon dan mengumpulkan buah-buah kelapa terserang yang berserakan disekitar pohon.  Aplikasi pestisida sistemik berbahan aktif antara lain : dimehipo atau karbosulfan melalui injeksi batanginfus akar. 11 Penyakit Busuk Pucuk Phytophthora palmivora pada tanaman kelapa  Eradikasi tanaman kelapa yang terserang membongkar dan memusnahkan tanaman yang terserang  Aplikasi fungisida sistemik berbahan aktif antara lain asam fosfit melalui injeksi batanginfus akar. 23 12 Penyakit Jamur Akar Putih JAP pada Karet  Eradikasi tanaman terserang membongkar dan memusnahkan tanaman yang terserang.  Mengumpulkan dan memusnahkan sisa- sisa tanaman serta melakukan pengendalian gulma.  Aplikasi fungisida dengan bahan aktif antara lain triadimefon, triadimenol, hexaconazol, atau siproconazol dengan dosis 1 lthektar.  Aplikasi APH atau pupuk hayati berbahan aktif Trichoderma sp. pada tanaman terserang ringan dan sehat pencegahan dan pada bekas tanaman yang dieradikasi.  Aplikasi APH atau pupuk hayati berbahan aktif Trichoderma sp. dilakukan setelah aplikasi fungisida kimia, dengan jarak waktu sekitar 2 bulan. Aplikasi jamur Trichoderma sp. dilakukan bersamaan dengan pemupukan pupuk organik. Rincian spesifikasi teknis, cara dan waktu penggunaan APH, dan sex feromon disajikan pada lampiran 1, 2 dan 3.

b. Demfarm Pengendalian OPT