17 Jika mahasiswa adalah konsumen maka kita akan masuk ke tahap
”pelacuran intelektual”, atau pada kondisi parah adalah kasus ”penjualan ijazah” semoga kita tidak termasuk golongan tersebut.
Godaan ini menjadi sangat tinggi karena yang menjadi produk dari perguruan tinggi adalah ijazah dan transkrip.
Standarisasi nilai yang tidak standar, peraturan akademik yang tidak ditaati seperti rasio kehadiran mahasiswa pada perkuliahan yang
diperbolehkan kurang dari yang semestinya, pemberian gratifikasi- gratifikasi bagi mahasiswa dalam bentuk keringanan pengambilan
jumlah SKS yang boleh berlebihan tidak sesuai undang undang yang berlaku adalah bentuk-bentuk pelacuran intelektual mengatasnamakan
pelayanan kepada mahasiswa. Sudah tentu pembuat peraturan telah melakukan berbagai studi tentang jumlah SKS yang sebaiknya
diambil, jumlah rasio dosen dan mahasiswa yang rasional secara akademik dan lain sebagainya. Semoga jurang pelacuran ini bisa kita
hindari bersama sama. Atas nama pelayanan yang baik barangkali kita bisa terjerumus kepada praktek-praktek seperti ini.
2.2 Penerima Tenaga Kerja Industri Adalah Konsumen
Apakah tujuan seorang mahasiswa kuliah? bukankah mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk mempertahankan
hidupnya? mendapatkan bekal untuk masa depannya, bekal ilmu dan ketrampilan, bekal kepribadian dan bekal ijazah yang mencerminkan
kemampuannya. Industri adalah pihak yang akan menerima output dari proses produksi sebuah perguruan tinggi. Kebutuhannya terhadap
tenaga kerja siap pakai lulusan perguruan tinggi yang siap bekerja dan berkembang bersama dunia industri.
Paradigma ini tidak menempatkan mahasiswa menjadi konsumen atau paling tidak satu satunya konsumen yang harus di
layani dengan baik yang kemudian memaksa pengelola PTN PTS ”ndlosor” dihadapan mereka untuk sebuah ”pelayanan yang baik”.
Lebih dari itu ada dunia industri, para pengusaha, para penerima tenaga kerja lulusan menjadi konsumen yang juga harus dilayani.
Dunia industri harus didengarkan apa yang mereka inginkan, harus dilayani agar kepentingan mereka terpenuhi. Karena ada dua pihak
18 yang berhadapan menjadi konsumen maka kemungkinan akan terjadi
perbedaan kepentingan yang bahkan pertentangan kepentingan yang harus di pertimbangkan oleh perguruan tinggi.
Contoh kasus adalah ketika ada tuntutan dari mekanisme penilaian yang ”murah” oleh sebagian besar mahasiswa, sementara
industri minta agar nilai yang diberikan kepada lulusan memiliki value yang signifikan dengan kemampuan mahasiswa. Kedua kepentingan
ini tentu bertentangan sehingga ada alasan yang jelas bagi P.T. untuk memberikan jembatan antara kedua kepentingan tersebut. Kasus ini
akan sangat berbeda jika satu satunya konsumen adalah mahasiswa, keinginan mereka menjadi memiliki daya tawar yang terlalu tinggi
sehingga memaksa pengelola P.T. menuruti kepentingan mereka tanpa daya tolak.
Gambar 2. Industri sebagai Konsumen
Jika dibandingkan bagan 1 dan bagan 2 dalam gambar bisa dibandingkan bahwa suara dari aktor industri akan menjadi
pertimbangan bagi pengelola P.T. Kepentingan mereka sebagai konsumen bahkan dapat mempengaruhi sampai kepada level
kedalaman materi perkuliahan. Hal ini mutlak diperhatikan karena
19 bidang garap dari ilmu-ilmu yang dipelajari di P.T. adalah misalnya
ilmu terapan. Ilmu terapan mengarahkan mahasiswa menjadi praktisi yang mampu dengan cepat menyesuaikan derap perubahan yang
terjadi diindustri Teknologi Informasi. Kemampuan ini mutlak dimiliki oleh keluaran P.T. baik yang akan bekerja di perusahaan
maupun yang akan berwirausaha.
2.3 Mari Berubah Sekarang