Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Fertilitas di Kecamatan Batang Kuis Deli Serdang

(1)

1

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN

TERHADAP FERTILITAS DI KECAMATAN

BATANG KUIS DELI SERDANG

TESIS

Oleh

MUTYA DARA MASAYU

127024006/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2014

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP FERTILITAS DI KECAMATAN

BATANG KUIS DELI SERDANG ABSTRAK

Pendidikan menjadi penting dalam menentukan tingkat kelahiran. Sebab, semakin banyak anggota keluarga baru pada suatu keluarga, maka akan berpengaruh juga terhadap tingkat pendidikannya nanti ketika telah memasuki masa pendidikan. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk melihat variabel pendidikan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kelahiran di Indonesia. Faktor fundamental lain yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran yang terjadi di Indonesia jumlah tingkat pendapatan pada satu keluarga. Semakin tinggi jumlah pendapatan bagi keluarga, maka akan semakin besar keinginan dari kepala keluarga untuk menginginkan pertambahan jumlah anggota. Namun yang menarik, bahwa adanya keyakinan pada sebagian besar penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Jika sudah demikian maka pertambahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang sangat sulit dikontrol, karena ukurannya semakin tinggi tingkat kelahiran maka rezeki juga akan bertambah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial untuk variable pendidikan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,009 < Nilai Alpha penelitian sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendidikan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien pendidikan yaitu sebesar 0,259 menunjukkan bahwa peningkatan Pendidikan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,259 satuan. Untuk variable Pendapatan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,027 < nilai Alpha penelitian ini sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendapatan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien Pendapatan yaitu 0,367 menunjukkan bahwa peningkatan Pendapatan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,367 satuan. Dari hasil uji secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Pendapatan lebih berpengaruh nyata terhadap Fertilitas daripada variabel Pendidikan. Uji secara serempak diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai alpha penelitian ini sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ada pengaruh nyata Pendidikan dan Pendapatan terhadap Fertilitas. Dari uji determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,125 atau 125%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pendidikan dan Pendapatan dalam penelitian ini mampu menerangkan Fertilitas sebesar 12,5% sedangkan sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.


(3)

EFFECT OF EDUCATION AND INCOME OF FERTILITY IN KECAMATAN BATANG KUIS DELI SERDANG

ABSTRACT

Education was important in determining birth rates. Therefore, more and more new family members in a family, it will also affect the level of education later when it has entered a period of education. Therefore, it becomes important to look at the variables of education to be one of the variables that affect the birth rate in Indonesia. Another fundamental factor that may affect birth rates that occurred in Indonesia amount to the income level of the family. The higher the amount of income for the family, the greater the desire of the head to want to increase the number of family members. But interestingly, that the belief in the majority of the population in Indonesia, which states that a lot of kids a lot of sustenance. If it is so then the number of people is something that is very difficult to control, because of its size the higher the birth rate also increases sustenance. The results of this study indicate that partial to the education variables obtained sig count of 0.009 <Alpha value of 0.05 this study means that there is a real effect of education on fertility. Education coefficient is equal to 0.259 indicates that an increase of 1 unit of Education will be followed on Fertility improvement of 0,259 units. For variable earned income sig count of 0,027 <Alpha value of 0.05 this study this means that there is a real effect of income on fertility. Income coefficient is 0.367 indicates that an increase in income by 1 unit will be followed on increasing fertility of 0,367 units. From the partial test results can be seen that the variable income is more significant effect on fertility than education variables. Obtained simultaneously test sig count of 0.002 is smaller than the value of the study alpha of 0.05, indicating that there is simultaneously a real influence on Fertility Education and Income. Values obtained from the test of determination R2 of 0.125 or 125%. This suggests that education and income variables in this study were able to explain the fertility of 12.5% while the remaining 87.5% is explained by other factors that are not included in this research model.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik dan tepat waktu.

Dengan tesis yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Fertilitas di Kecamatan Batang Kuis Deli Serdang”.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna menyempurnakan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis pada saat perkuliahan dan penulisan tesis ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc (CTM), SpA (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Ketua Program Studi Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing II

4. Bapak Dr. R. Hamdani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku Dosen Pembimbing II 6. Bapak Warjio,.MA,.Ph.D selaku Dosen Pembanding 7. Bapak Hatta Ridho, S.sos, MSP selaku Dosen Pembanding

8. Bapak dan Ibu seluruh Dosen dan Staff pengajar Program Studi Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(5)

9. Kedua orang tua tercinta, Papa Drs. H. Irwan Mastoti dan Mama Hj.Zulfiana S.Sos yang telah memberikan kasih sayang dan telah memberikan kasih sayang dan doa yang tak henti-hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Untuk abang tercinta dan adik tercinta, Oky Gaffa Maulana S.sos dan Septy Wanna Masayu dan juga sahabat tersayang Arie Ritonga yang telah memberikan semangat dan doa untuk penulis.

10.Sahabat dan teman-teman Magister Studi Pembangunan Fisip USU

Akhirnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala bentuk kebaikan yang telah diberikan mendapat ganjaran berlipat dari Allah Swt.Aamiin.

Medan, Juli 2014 Penulis


(6)

RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Mutya Dara Masayu Tempat Tanggal Lahir : Stabat, 23 September 1990 Agama : Islam

Nama Ayah : Drs. H. Irwan Mastoti Nama Ibu : Hj. Zulfiana, S.Sos

Alamat : Jl.Kelapa Sawit, No.16, Perdamaian, Stabat.

PENDIDIKAN

- 1995 – 1996 : TK Aisyiyah Bustanul Atfhal - 1996 – 2002 : SDN 054904 Bambuan Stabat - 2002 – 2005 : SMP N 1 Stabat

- 2005 – 2008 : SMA N 1 Stabat

- 2008 – 2012 : Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara Pengalaman Pekerjaan : 2012, Magang di Bank Indonesia Medan.

Demikian daftar riwayat hidup ini saya perbuat untuk dapat diketahui.

Medan, Juli 2014


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATAPENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian... ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Uraian Teoritis ... 8

2.1.1. Pengertian Pendidikan ... 8

2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan ... 11

2.1.3. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan ... 12

2.1.4. Pengertian Pendapatan ... 14

2.1.5. Sumber – Sumber Pendapatan ... 16

2.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Pendapatan……… . 17

2.1.7. Pengertian Fertilitas ... 18

2.1.8. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas ... 20

2.2. Penelitian Terdahulu ... 26

2.3. Kerangka Konseptual……… . 26

2.4. Hipotesis……… . 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.1.1. Lokasi Penelitian ... 29

3.1.2. Waktu Penelitian ... 29

3.2. Jenis Penelitian……… ... 29

3.3. Definisi Operasional Variabel……… 30

3.4. Populasi dan Sampel……… .. 31

3.4.1. Populasi ... 31

3.4.2. Sampel ... 31

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.5.1. Data Primer ... 32


(8)

3.6. Pengujian Kualitas Data ... 33

3.6.1. Uji Validitas ... 33

3.6.2. Uji Reliabilitas ... 33

3.6.3. Uji Normalitas ... 34

3.6.4. Uji Asumsi Klassik ... 34

3.7. Teknik Analisis Data ... 35

3.7.1. Statistik Deskriptif ... 35

3.7.2. Statistik Inferensial ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Hasil Penelitian ... 38

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Batangkuis ... 38

4.1.2. Tugas dan Wewenang ... 41

4.1.3. Karakteristik Responden ... 45

4.1.4. Deskripsi Data Pendidikan ... 47

4.1.5. Deskripsi Data Pendapatan ... 52

4.1.6. Deskripsi Data Fertilitas ... 55

4.1.7. Uji Kualitas Data ... 61

4.1.8. Uji Asumsi Klasik ... 64

4.1.9. Analisis Model Data ... 66

4.1.10. Pengujian Hipotesis ... 68

4.2. Pembahasan ... 71

4.2.1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Fertilitas ... 71

4.2.2. Pengaruh Pendapatan Terhadap Fertilitas ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 75


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Sumber Pendapatan Rumah Tangga ... 16

2.2. Penelitian Terdahulu ... 26

3.1. Jadwal Penelitian ... 29

3.2. Definisi Operasional Variabel ... 31

4.1. Jumlah Penduduk Kelompok Umur ... 39

4.2. Sumber Mata Pencarian Penduduk ... 40

4.3. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 45

4.4. Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan ... 46

4.5. Tabulasi Jawaban Responden Tentang Peserta Didik ... 47

4.6. Tabulasi Jawaban Responden Tentang Alat Pendidikan ... 48

4.7. Tabulasi Jawaban Responden Tentang Tujuan Pendidikan ... 49

4.8. Responden Tentang Guru ... 50

4.9. Responden Tentang Lingkungan Pendidikan ... 51

4.10. Responden Tentang Jenis Pekerjaan atau Jabatan ... 52

4.11. Responden Tentang Pendidikan ... 53

4.12. Responden Tentang Masa Kerja ... 54

4.13. Responden Tentang Jumlah Anggaran Keluarga ... 55

4.14. Responden Tentang Kepercayaan dan Agama ... 56

4.15. Responden Tentang Tingkat Pendidikan ... 57


(10)

4.17. Responden Tentang Adat Istiadat dan Masyarakat ... 58

4.18. Responden Tentang Kematian dan kesehatan ... 59

4.19. Responden Tentang Struktur Penduduk ... 60

4.20. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Pendidikan ... 62

4.21. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Pendapatan ... 62

4.22. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Fertilitas ... 63

4.23. Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 63

4.24. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 64

4.25. Coeficients ... 65

4.26. Coefficients ... 67

4.27. Anovab ... 70

4.28. Model Summaryb ... 70


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 28 4.1. Scatterplot ... 66


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 79

2. Tabulasi Jawaban Responden ... 83

3. Tabel r ... 92

4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 93

5. Hasil Regresi ... 94


(13)

2014

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP FERTILITAS DI KECAMATAN

BATANG KUIS DELI SERDANG ABSTRAK

Pendidikan menjadi penting dalam menentukan tingkat kelahiran. Sebab, semakin banyak anggota keluarga baru pada suatu keluarga, maka akan berpengaruh juga terhadap tingkat pendidikannya nanti ketika telah memasuki masa pendidikan. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk melihat variabel pendidikan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kelahiran di Indonesia. Faktor fundamental lain yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran yang terjadi di Indonesia jumlah tingkat pendapatan pada satu keluarga. Semakin tinggi jumlah pendapatan bagi keluarga, maka akan semakin besar keinginan dari kepala keluarga untuk menginginkan pertambahan jumlah anggota. Namun yang menarik, bahwa adanya keyakinan pada sebagian besar penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Jika sudah demikian maka pertambahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang sangat sulit dikontrol, karena ukurannya semakin tinggi tingkat kelahiran maka rezeki juga akan bertambah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial untuk variable pendidikan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,009 < Nilai Alpha penelitian sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendidikan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien pendidikan yaitu sebesar 0,259 menunjukkan bahwa peningkatan Pendidikan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,259 satuan. Untuk variable Pendapatan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,027 < nilai Alpha penelitian ini sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendapatan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien Pendapatan yaitu 0,367 menunjukkan bahwa peningkatan Pendapatan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,367 satuan. Dari hasil uji secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Pendapatan lebih berpengaruh nyata terhadap Fertilitas daripada variabel Pendidikan. Uji secara serempak diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai alpha penelitian ini sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ada pengaruh nyata Pendidikan dan Pendapatan terhadap Fertilitas. Dari uji determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,125 atau 125%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pendidikan dan Pendapatan dalam penelitian ini mampu menerangkan Fertilitas sebesar 12,5% sedangkan sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.


(14)

EFFECT OF EDUCATION AND INCOME OF FERTILITY IN KECAMATAN BATANG KUIS DELI SERDANG

ABSTRACT

Education was important in determining birth rates. Therefore, more and more new family members in a family, it will also affect the level of education later when it has entered a period of education. Therefore, it becomes important to look at the variables of education to be one of the variables that affect the birth rate in Indonesia. Another fundamental factor that may affect birth rates that occurred in Indonesia amount to the income level of the family. The higher the amount of income for the family, the greater the desire of the head to want to increase the number of family members. But interestingly, that the belief in the majority of the population in Indonesia, which states that a lot of kids a lot of sustenance. If it is so then the number of people is something that is very difficult to control, because of its size the higher the birth rate also increases sustenance. The results of this study indicate that partial to the education variables obtained sig count of 0.009 <Alpha value of 0.05 this study means that there is a real effect of education on fertility. Education coefficient is equal to 0.259 indicates that an increase of 1 unit of Education will be followed on Fertility improvement of 0,259 units. For variable earned income sig count of 0,027 <Alpha value of 0.05 this study this means that there is a real effect of income on fertility. Income coefficient is 0.367 indicates that an increase in income by 1 unit will be followed on increasing fertility of 0,367 units. From the partial test results can be seen that the variable income is more significant effect on fertility than education variables. Obtained simultaneously test sig count of 0.002 is smaller than the value of the study alpha of 0.05, indicating that there is simultaneously a real influence on Fertility Education and Income. Values obtained from the test of determination R2 of 0.125 or 125%. This suggests that education and income variables in this study were able to explain the fertility of 12.5% while the remaining 87.5% is explained by other factors that are not included in this research model.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan, pertumbuhan jumlah penduduk dunia ternyata lebih tinggi daripada perkiraan. Revisi prediksi pertumbuhan tersebut memunculkan pertanyaan soal daya dukung alam dan sejumlah masalah lain. Dalam laporan bertajuk ”Prospek Populasi Dunia: Revisi 2012”, disebutkan, penduduk dunia akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun 2025 dari jumlah 7,2 miliar jiwa saat ni. Jumlah itu akan terus berkembang menjadi 9,6 miliar pada tahun 2050. Prediksi sebelumnya, penduduk dunia diperkirakan ”hanya” mencapai 9,3 miliar jiwa pada 2050. Menurut laporan terbaru ini, pertumbuhan penduduk paling tinggi akan terjadi di negara-negara berkembang (C.S.Silver dalam Razak, 2012).

Fertilitas yang merupakan tingkat kelahiran dari setiap penduduk secara otomatis akan menambahkan jumlah penduduk di daerah tersebut. Sangat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di suatu daerah. Beberapa faktor yang dapat disebutkan sangat dapat mempengaruhi tingkat fertilitas adalah tingkat keselamatan ibu dan anak pada setiap persalinan, tingkat pendapatan penduduk, tingkat pendidikan penduduk dan lain sebagainya. Hatmadji (2004:57) menyebutkan besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya, struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan.


(16)

Jika tingkat fertilitas pada suatu daerah baik, maka jumlah penduduk juga meningkat, hal ini akan menjadi permasalahan tersendiri bagi daerah tersebut. Permasalahan ini sehubungan dengan tingkat kebutuhan akan wilayah perumahan, makanan, dan ketersediaan lapangan pekerjaan nantinya. Oleh sebab itu, pemerintah akan berupaya untuk terus dapat menekan tingkat fertilitas di daerahnya masing – masing.

Seperti yang telah disebutkan bahwa Kecamatan Batangkuis sebagai salah satu kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang banyak adalah salah satu kecamatan yang tingkat fertilitasnya yang tinggi. Fertilitas tinggi ini disebabkan oleh kemampuan bagian kesehatan untuk memberikan keselamatan bagi penduduk ketika waktu melakukan persalinan. Selain itu, penyebab lain dari tingginya tingkat fertilitas adalah tingkat pendidikan (Hatmadji, 2004:57).

Pendidikan jika dibagi berdasarkan kelompok besar, akan terbagi menjadi pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal dapat berupa pendidikan dilingkungan sekolah resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta. Pendidikan formal ini mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Pendidikan Tinggi (PT). Sedangkan pendidikan informal merupakan pendidikan yang diperoleh diluar dari jalur pendidikan di bangku sekolah. Contoh dari pendidikan informal ini dapat berupa kursus – kursus dan pelatihan, termasuk pendidikan paket A, paket B, ataupun pendidikan paket C.

Tingkat pendidikan seseorang baik dari sisi formal ataupun tingkat informal tergantung dari seseorang memandang pendidikan itu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya akan berkorelasi dengan perencanaan


(17)

dikeluarganya akan jumlah anak yang diinginkannya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka akan semakin direncanakanlah berapa pertambahan jumlah anggota keluarga baru. Dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin rendah kualitas perencanaan akan pertambahan jumlah anggota keluarga baru. Namun demikian tidak menutup kemungkinan jumlah itu dipengaruhi oleh tingkat kesehatan dari penduduk itu sendiri (Bouge dalam Rahmawati, 2008).

Pendidikan menjadi penting dalam menentukan tingkat kelahiran. Sebab semakin banyak anggota keluarga baru pada suatu keluarga, maka akan berpengaruh juga terhadap tingkat pendidikannya nanti ketika telah memasuki masa pendidikan. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk melihat variabel pendidikan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kelahiran di Indonesia.

Faktor fundamental lain yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran yang terjadi di Indonesia jumlah tingkat pendapatan pada suatu keluarga. Semakin tinggi jumlah pendapatan bagi keluarga, maka akan semakin besar keinginan dari kepala keluarga untuk menginginkan pertambahan jumlah anggota.

Namun yang menarik, bahwa adanya keyakinan pada sebagian besar penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa banyak anak, banyak rezeki. Jika sudah demikian maka pertambahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang sangat sulit dikontrol, karena ukurannya semakin tinggi tingkat kelahiran maka rezeki juga akan bertambah. Leibenstein (1985) sebagai peletak dasar dari teori ekonomi tentang fertilitas menyatakan bahwa pertambahan anggota keluarga baru


(18)

dilihat dari dua aspek, yang pertama kegunaan dan yang kedua biaya. Ketika orang tua menilai bahwa anak dilihat dari sisi kegunaan maka, jumlah kelahiran akan meningkat, karena semakin banyak anak, maka tingkat balas jasa akan meningkat dan pendapatan juga meningkat. Namun ketika orang tua menginginkan anak yang berkualitas, tentunya biaya akan bertambah, maka tingkat kelahiran akan dikontrol oleh orang tua mengingat akan biaya yang dikeluarkan kelak (Leibenstein,1985).

Badan Pusat Statistik (BPS) pada laporan bulanannya menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada September 2013 adalah sebesar 237,6 juta orang. Jumlah ini terdiri atas 119,6 juta orang laki-laki dan 118 juta orang perempua tentunya Kabupaten Deli Serdang sebagai salah satu kabupaten di Indonesia memberikan kontribusi. Tahun 2010 jumlah penduduk Deli Serdang sebesar 1.790.431 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 717 jiwa per km2. Jumlah rumah tangga sebanyak 420.305 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh 4-5 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000– 2010 sebesar 2,62 persen. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2010 lebih banyak dari penduduk perempuannya dengan dengan rasio jenis kelamin sebesar 101,51 yang artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk

laki-laki

Kecamatan Batangkuis sebagai salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Deli Serdang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 56.270 yang terdiri dari jumlah laki – laki sebanyak 28.551 sedangkan perempuan


(19)

adalah 27.719 sebesar itu maka Kecamatan Batangkuis menjadi salah satu kecamatan penyumbang jumlah penduduk yang besar bagi Kabupaten Deli Serdang.

Data pada tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk menurut golongan Dewasa, anak – anak serta jenis kelamin di Kecamatan Batangkuis adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga

Sumber: Batangkuis dalam angka, 2011

Tabel I.1 menunjukkan bahwa setiap rumah tangga memiliki 4 orang jumlah anggota keluarga, hanya pada daerah bakaran batu saja yang menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga adalah 5 orang. Secara umum ini menggambarkan bahwa tingkat fertilitas pada kecamatan Batangkuis telah mampu dikendalikan oleh pemerintah, namun yang menjadi catatan adalah kecamatan Batangkuis adalah salah satu kecamatan yang menyumbang jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Deli Serdang.

Namun diketahui bahwa rata – rata pendidikan warga di Kecamatan Batangkuis masih sedikit rendah. Rata – rata pendidikan mereka hanya sampai


(20)

pendidikan menengah yaitu setingkat pendidikan menengah pertama, dan banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi karena alasan ingin meningkatkan penghasilan pendapatan keluarga.

Hal yang menarik pada penelitian ini adalah walaupun tingkat pendidikan warga Kecamatan Batangkuis secara rata – rata masih rendah, serta tingkat pendapatan yang juga masih rendah, namun kesadaran akan jumlah keluarga yang berkualitas sudah dipegang teguh oleh keluarga.

Berdasarkan pada penjelasan – penjelasan tersebut, maka sangat perlu untuk melihat faktor – faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran di Kabupaten Deli Serdang khususnya di kecamatan Batangkuis. Oleh sebab itu, maka penulis melakukan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Fertilitas di Kecamatan Batangkuis Deli Serdang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah tingkat pendidikan penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang

2. Apakah tingkat pendapatan penduduk berpengaruh secara siginifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang

3. Apakah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang.


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka penulis menetapkan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang 2. Untuk mengetahui apakah tingkat pendapatan penduduk berpengaruh secara

siginifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang 3. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan secara

bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang.

1.4. Manafaat Penelitian

Diharapkan hasil yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan

kemampuan berfikir dan kemampuan menulis karya ilmiah.

2. Hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh pihak – pihak yang memiliki kepentingan dalam mengendalikan tingkat kelahiran di Indonesia menjadi salah satu referensinya

3. Menambah khasanah keilmuan yang ada, khususnya tentang tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan fertilitas.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Dalam upaya agar manusia dapat menjalankan fungsi kemanusiaannya, maka diperlukan suatu sarana agar fungsi tersebut dapat terlaksana, dan pendidikan adalah salah satunya. Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan ini Sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut, sebab pembangunan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerlukan keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam setiap fase dan proses pembangunan.

Pengertian pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan kehidupan secara efektif dan efisien. Pendidikan lebih dari sekadar pengajaran, karena dalam kenyataan pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu. Dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa atau negara dapat mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya,


(23)

sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan (Azra, 1999:3).

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Para ahli pendidikan telah banyak yang mengartikan pengertian pendidikan. Pengertian-pengertian yang diberikan beragam sekali, sehingga terjadi perbedaan – perbedaan tergantung tokoh itu memandangnya. Walaupun ada perbedaan pandangan tentang pengertian pendidikan, secara umum terdapat kesamaan didalam merumuskan pengertian pendidikan tersebut.

Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang pendidikan. Idris (1995:11) mengatakan bahwa pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan sianak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.

Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut .Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup”.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan ialah usaha manusia secara sadar bertujuan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik sampai tujuan yang dicita-citakan oleh Pendidikan, hal ini mengandung arti bahwa


(24)

Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan. Disisi lain pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, ia merupakan kebutuhan mutlak harus dipenuhi untuk mempertahankan eksistensi ummat manusia atau juga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tuntunan atau bimbingan itu harus dapat merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak didik yang bersifat menumbuhkan serta mengembangkan baik jasmani maupun rohani.

Setelah penulis uraikan beberapa pengertian pendidikan secara umum maka tentunya ada pengertian secara khusus. Pengertian secara khusus ini adalah pengertian pendidikan menurut Islam. Jika pengertian pendidikan dikaitkan dengan agama Islam akan menimbulkan makna lain dan mempunyai arti tersendiri, disamping ada perbedaan-perbedaan atau sifat yang menjadi ciri-ciri dalam pendidikan Islam, yaitu pendidikan yang diwarnai oleh nilai-nilai Islam. Pendidikan umum diharapkan terbentuknya kepribadian anak didik sesuai dengan ajaran Islam, sehingga ia menjadi orang dewasa yang berbudi pekerti luhur menurut ukuran Islam. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Marimba dalam Uhbiyati (1997:9) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli didik Islam berbeda pendapat menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak


(25)

anak, sebagian lagi menurut pendidikan teori dan praktek, sebagian lain menghendaki terwujudnya kepribadian Muslim. Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan adanya titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut: Pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.Konsep ini menjelaskan, bahwa pendidikan memiliki fungsi dan tujuan tertentu, dengan pendidikan akan tercapai kehidupan yang harmonis yang seimbang antara kehidupan fisik material, kebutuhan mental spiritual, mampu berdiri sendiri tanpa ketergantungan terhadap orang lain dan berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut serta cita-cita yang telah ditetapkan.

2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan

Kelancaran proses pendidikan dan keberhasilan pendidikan tidak dapat dibebankan secara berat pada salah satu faktor pendidikan. Menurut Idris (1995:21) faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah anak didik, alat pendidikan, tujuan pendidikan, pendidik dan lingkungan pendidikan. Kelima faktor pendidikan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Dari kelima faktor pendidikan di atas, faktor yang paling menentukan ialah guru atau pendidik, seperti pembinaan yang telah diperolehnya, kemampuan, atau keterampilannya dalam melakukan tugas sebagai guru, kepribadiannya, atau falsafah hidup yang dianutnya, tujuan guru dalam melakukan tugas guru, teori belajar dan mengajar yang dianutnya. Semua itu akan memberi cap pada pekerjaannya dan menentukan hasil pendidikan yang diberikannya.


(26)

2.1.3. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, ketentuan tentang jalur, jenis dan jenjang pendidikan terdapat dalam Bab VI pasal 13, 14, 15, dan 16.

1. Jalur Pendidikan

Sesuai dengan pasal 13, ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa. Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

2. Jenis Pendidikan

Sesuai dengan pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa .Jenis pendidika mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus

Jalur pendidikan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah tingkat pendidikan formal, di mana sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan formal melaksanakan tugas pendidikan yang disesuaikan dengan tahapan kemampuan peserta didik sehingga perlu adanya jenjang-jenjang pendidikan. Menurut Murni Yusuf (1998), jalur pendidikan formal yaitu pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkatan dalam periode tertentu dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

3. Jenjang Pendidikan

Istilah jenjang pendidikan dapat dikatakan sebagai tahapan atau tingkatan yang akan ditempuh dalam pendidikan sesuai yang tercantum dalam jenjang pendidikan di Indonesia, yang mengatakan, .Jenjang pendidikan adalah suatu


(27)

tahapan dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para perserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pelajaran.

Sementara dalam UU SISDIKNAS pasal 14 dinyatakan bahwa jenjang pendidikan formal yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan serta membentuk pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. Selain itu befungsi pula sebagai landasan untuk jenjang pendidikan menengah, karena tidak cukup hanya dengan mengenyam pendidikan dasar saja untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Khusus bagi wanita dalam membina rumah tangganya dengan segala problemnya nanti. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar dan juga memiliki kemampuan mengenai hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan juga alam sekitarnya. Dalam pendidikan menengah ini kedewasaan seseorang mulai tumbuh dan berkembang dalam menentukan jalan hidup yang akan dijalaninya. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian.

Dengan pendidikan tinggi inilah seseorang, dalam hal ini adalah orang tua khususnya ibu diharapkan mampu menghadapi segala masalah yang dihadapi baik oleh diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sehingga seorang ibu dalam


(28)

sebuah keluarga dihpkan dapat mengenyam pendidikan tinggi sebagai bekal wawasan yang akan menuntunnya dalam kedewasaan berfikir dan bertindak di dalam rumah tangganya sehingga menjadi keluarga sakinnah mawaddah wa

rahmah atau dalam bahasa kita menjadi keluarga sejahtera.

2.1.4. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat suatu daerah dalam masa tertentu, diukur dengan nilai uang. Tinggi rendahnya nilai pendapatan menunjukkan tingginya produktivitasnya, yang dihasilkan oleh masyarakat tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari kita telah mengetahui tentang pengertian pendapatan. Pendapatan diartikan sebagai penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun pihak sendiri dari pekerjan atau aktivitas yang kita lakukan dan dengan dinilai sebuah uang atas harga yang berlaku pada saat ini. Pendapatan seorang dapat dikatakan meningkat apabila kebutuhan pokok seorangpun akan meningkat. Untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidupnya seseorang harus berusaha untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Tinggi rendahnya ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara besarnya pendapatan, pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.

Menurut Jhingan (2004 : 105) pendapatan ialah penerimaan yang dihasilkan dengan penjualan barang-barang atau jasa dan jumlahnya diukur dengan pembebanan yang dillakukan terhadap pembeli atau klien untuk barang atau jasa-jasa yang diberikan/diserahkan kepada mereka.


(29)

Sedangkan menurut Nazier dan Fadel (2006 : 130) pendapatan ialah suatu pertumbuhan asset yang mengakibatkan bertambahnya owner equity, tetapi bukan karena pertambahan modal dan dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya kewajiban atau lialibilitas.

Dari definisi diatas bahwa pendapatan bukan saja diperoleh akibat adanya pertambahan modal baru dari pemilik modal tersebut dan bukan pula akibat dari bertambahnya kewajiban-kewajiban yang ditanggung oleh pemilik modal tersebut.

Menurut Nazier dan Fadel (2006:135) pendapatan mengandung dua hal utama yaitu:

1. Pendapatan dari hasil pekerjaan seseorang

Pendapatan dari hasil pekerjaan seseorang adalah melakukan pekerjaan dalam konsep bekerja mencari nafkah / membantu mencari nafkah yang menghasilkan barang dan jasa yang bekerja selama waktu tertentu berturut-turut dan tidak terputus. Penghasilan atau keuntungan mencakup upah / gaji termasuk semua tunjangan dan bonus bagi bekerja atau karyawan dan hasil usaha berupa sewa, harga atau keuntungan, baik berupa uang atau barang. 2. Pendapatan yang datangnya dari milik sendiri

Pendapatan yang datangnya dari milik sendiri adalah orang yang melakukan kegiatan yang dihasilkan hanya untuk di konsumsi sendiri. Misalkan budidaya tanaman bahan makanan pokok yaitu ubi kayu, jagung dan lain sebagainya.


(30)

Menurut Yani (2002 : 152) distribusi pendapatan berdasarkan besarnya yaitu distribusi pendapatan Rumah tangga yang berbeda tanpa mengacu pada sumber pendapatan atau kelas sosialnya dan ketidakmerataan distribusi pendapatan cukup besar di semua negara.

2.1.5. Sumber – Sumber Pendapatan

Sumber pendapatan jika dilihat dari pihak yang memperolehnya akan berbeda – beda. Sumber pendapatan pemerintah daerah akan berbeda dengan sumber pendapatan perusahaan komersil, ataupun pendapatan untuk rumah tangga. Pada bagian ini akan dijelaskan pendapatan rumah tangga.

Menurut Iqbal (2004) pendapatan dapat dibagi menjadi 3 yaitu: Pendapatan dari berbagai aktivitas pertanian (on Farm), usaha diluar pertanian (off farm) dan usaha diluar sektor pertanian pertanian. Untuk lebih jelasnya tentang sumber pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Table 2.1 Sumber Pendapatan Rumah Tangga No Kelompok Sumber

Pendapatan Profesi

1 On Farm

Pertanian Padi Palawija Holtikultura Peternakan Perkebunan

2 Off Farm Buruh Tani

3 Non Farm

Industri Pertukangan Transportasi

PNS/POLRI/TNI/Dll Mengambil Manfaat Alam Meminta – Minta (Pemberian) Sumber: Iqbal (2004)


(31)

2.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Pendapatan

Menurut Yani (2002:159) tinggi rendahnya pendapatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Jenis pekerjaan atau jabatan 2. Pendidikan

3. Masa Kerja

4. Jumlah anggota keluarga

Menurut Yani (2002:162) jenis-Jenis pendapatan dan penerimaan anggota keluarga dapat dilihat dari:

1. Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang dari hasil gaji, upah, usaha sendiri dan segala kegiatan yang berhubungan dengan penjualan barang-barang.

2. Pendapatan berupa barang yaitu segala penghasilan yang diperoleh dalam bentuk barang terhadap jasa yang diberikan tetapi ada juga bentuk barang yang diterima bukan berupa balas jasa.

3. Lain- lain yakni penerimaan berupa uang dan barang yakni bersifat transfer yang biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga. Pendapatan mengacu pada pendapatan bersih dari satu bulan dari tiap keluarga

Seperti halnya pegawai negeri mendapat gaji juga mendapat tunjangan fungsional, beras, uang transport, uang makan. Untuk pekerjaan lain perhitungannya akan mengikuti perhitungan pegawai negeri yaitu hanya mneghitung pendapatan bersih. Pembagian jenis pekerjaan dari tiap keluarga : pegawai negeri, tentara, bekerja untuk perusahaan atau swasta bekerja untuk orang lain. Dengan demikian keberadaan


(32)

tingkat pendapatan keluarga mempunyai peranan penting terhadap proses perkembangan dan proses pendidikan anak. Dengan perekonomian yang cukup, siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya.

2.1.7. Pengertian Fertilitas

Menurut Ida Bagoes (2000:77), Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.

Menurut Kusuma (2005:101), mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

Menurut Cholil, et,all (2000 : 80), Fertilitas adalah berhubungan dengan jumlah anak lahir hidup dari seorang wanita atau banyaknya bayi yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita ataupun sekelompok wanita. Dengan perkataan lain, fertilitas merupakan performan reproduksi aktual dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Perbedaan antara fertilitas (jumlah anak lahir hidup) dan fekunditas (kemampuan biologis untuk melahirkan anak lahir hidup) sering membingungkan. Wanita yang mampu melahirkan seorang anak hidup secara biologis adalah fekund (subur) sedangkan wanita yang tidak mampu melahirkan anak secara lahir hidup adalah steril. Wanita yang secara biologis subur tidak selamanya melahirkan, karena wanita tersebut dapat mengatur fertilitasnya dengan


(33)

alat-alat kontrasepsi atau abstinensi, baik fekunditas maupun fertilitasi selalau berkaitan dengan masa resproduksi wanita. Masa reproduksi wanita di mulai sejak datangnya haid pertama dari seorang wanita (distandarisasi pada usia 15 tahun) sampai dengan haid yang terakhir (mati haid = menopouse) yang disepakati pada usia 49 tahun. Semakin dewasa wanita tersebut, dikatakan bahwa usia reproduksi wanita adalah mulai umur 15 tahun dan berakhir pada usia 49 tahun.

Untuk mengetahui mengapa suatu negara (khususnya negara maju) lebih rendah tingkat fertilitasnya dari negara-negara berkembang, digunakan variabel sebagai alat analisis.

Menurut Tampubolon (2001:104), Variabel antara mempengaruhi langsung fertilitas seorang wanita, semenjak faktor ekonomi, sosial budaya dan lainnya akan berpengaruh secara tidak langsung, agar seorang wanita dapat melahirkan, maka ia harus melalui tiga tahap, yaitu

1. Harus mengadakan hubungan seks 2. Harus mengalami kehamilan 3. Harus dapat melahirkan (partus)

Tampubolon (2001:105) menjelaskan bahwa variabel antara terdiri dari 11 variabel yang dikelompokkan, yakni Variabel Seks, variabel konsepsi dan variabel gestasi.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan seks (variabel hubungan seks).

a. Dimulai dan diakhirinya hubungan seks (ikatan seksual) dalam usia reproduksi.


(34)

1) Usia memulai hubungan seks.

2) Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan seks, yaitu wanita yang tidak pernah kawin. 3) Perpisahan pada usia reproduksi seperti perceraian, berpisah

ditinggal suami bekerja, pisah ranjang atau suami meninggal. b. Kemungkinan hubungan seks selama dalam ikatan seksual

1) Abstinensi dengan sengaja atau sukarela.

2) Abstinensi karena terpaksa (karena impoten, sakit, perpisahan yang tidak terelakkan tapi bersifat sementara).

3) Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk periode abstinensi) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsepsi (variabel konsepsi)

a. Kesuburan dan kemandulan biologis yang tidak disengaja.

b. Digunakan atau tidaknya kontrasepsi baik yang kimiawi dan mekanis maupun lainnya (tradisional).

c. Kesuburan dan kemandulan yang disengaja, seperti strilisasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gestasi dan kelahiran dengan selamat

a. Mortalitas yang tidak disengaja seperti abortus. b. Mortalitas yang disengaja seperti pengguguran.

2.1.8. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas

Menurut Siswono (2001:79), Faktor-faktor penunjang tingginya angka fertilitas dalam suatu negara antara lain:


(35)

1. Kepercayaan dan agama

Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak.

2. MTingkat pendidikan

Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.

3. Kondisi perekonomian

Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak

4. Adat istiadat di masyarakat

Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya.

5. Kematian dan kesehatan

Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah kelahiran.


(36)

6. Struktur Penduduk

Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan orang-orang tua usia).

Menurut Tjokroamijojo (2001:105), Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas). Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain:

1. Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu.

2. Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua. 3. Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.

4. Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.

5. Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.

Menurut Tjokroamijojo (2001:110), Faktor fertilitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar. Faktor-faktor penghambat kelahiran (Fertilitas), antara lain:

1. Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak.

2. Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun.


(37)

3. Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya sampai anak ke – 2.

5. Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan. Menurut berbagai studi yang telah dilakukan, penurunan angka fertilitas total yang terjadi di Indonesia selain disebabkan oleh pelaksanaan program KB, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini (Rujiman, 2011):

1. Umur Kawin Pertama

Dalam masyarakat Indonesia, hubungan antara laki – laki dan perempuan dipandang harus melalui lembaga perkawinan yang sah menurut norma agama dan menurut Undang – Undang Perkawinan Tahun 1974. Selain itu, karena usia perkawinan juga dipengaruhi oleh adat istiadat dan anggapan masyarakat tentang umur berapa sebaiknya perempuan meninkah, maka umur kawin pertama dapat menjadi indicator dimulainya seseorang perempuan berpeluang untuk hasil dan melahirkan. Dalam kondisi seperti ini, perempuan yang kawin pada usia muda mempunyai tentang waktu untuk kehamilan dan melahirkan, lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang kawin pada umur yang lebih tua dan mempunyai lebih banyak anak dibandingkan dengan mereka yang menikah pada umur lebih tua

2. Peningkatan Pendidikan Perempuan

Kesempatan perempuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi semakin terbuka pada saat ini, sehingga menyebabkan banyak perempuan


(38)

yang menunda perkawinan untuk menyelesaikan pendidikan yang diinginkan. Selain itu, perempuan yang berpendidikan tinggi cenderung memilih terjun ke pasar kerja terlebih dahulu sebelum memasuki perkawinan. Kalaupun mereka menikah pada usia muda, pengetahuan mereka tentang alat pencegahan kehamilan cukup tinggi sehingga sebagian dari mereka menunda kelahiran anak atau menyelesaikan masa repoduksi, baru kemudian masuk ke pasar kerja.

Hasil studi di Indonesia menunjukkan adanya hubungan yang berbentuk huruf U terbalik antara tingkat pendidikan dengan jumlah anak yang dipunyai. Hasil SDKI tahun 1994 dan 1997 menunjukkan hubungan dengan bentuk huruf U terbalik. Pada pendidikan yang sangat rendah tingkat fertilitas rendah dan angka kelahiran meningkat pada tingkat pendidikan tamat SD. Setelah tamat SD, fertilitas menunjukkan penurunan dengan meningkatnya pendidikan 3. Partisipasi Perempuan Dalam Pasar Kerja.

Peningkatan pendidikan bagi perempuan dan peningkatan peluang bagi perempuan untuk bekerja menyebabkan peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan. Semakin terbukanya industry, terutama industry garmen eletkronik, serta industry jasa menyebabkan banyak perempuan terjun ke pasar kerja. Hal ini menyebabkan terjadinya penundaan usia kawin pertama. Hatmadji dan Suradji (1979) menjelaskan bahwa hasil SUPAS 1985 memperlihatkan bahwa perempuan yang hanya mengurus rumah tangga saja cenderung mempunyai anak yang lebih banyak, sedangkan perempuan yang bekerja mempunyai anak lebih sedikit. Selanjutnya, mereka menambahkan


(39)

bahwa perbedaan jumlah anak yang dilahirkan antara perempuan yang bekerja dan mengurus rumah tangga lebih besar diperkotaan daripada diperdesaan.

4. Lingkungan Tempat Seseorang Dibesarkan

Tempat tinggal dari lahir sampai berumur 12 tahun dianggap mempengaruhi persepsi dan jalan pikiran seseorang untuk bersikap dan berperilaku, termasuk perilaku melahirkan. Seseorang yang dibesarkan di perkotaan akan mempunyai sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh situasi perkotaan yang umumnya lebih modern dibandingkan dengan tempat mereka yang dibesarkan di daerah perdesaan. Selain itu, tempat tinggal di perkotaan memudahkan diperolehnya informasi tentang berbagai pengetahuan modern termasuk mengenai metode pengaturan dan pencegahan kehamilan dibandingkan di perdesaan. Oleh sebab itu, muncul dugaan bahwa angka kelahiran di daerah perkotaan akan lebih rendah dibandingkan dengan angka kelahiran di perdesaan. Hasil SDKI 1997 menunjukkan bahwa angka fertilitas total diperkotaan lebih rendah dibandingkan dengan angka fertilitas total di perdesaan masing – masing 2,40 dan 2,98 (Adioetomo dan Samosir dalam Rujiman, 2008).

Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka kelahiran (Fertilitas). Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan rata-rata jumlah bayi yang lahir setiap 1000 penduduk dalam waktu satu tahun.


(40)

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan untuk mendukung hasil penelitian ini nantinya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti/Tahun Judul

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1 Harniwita

(2008)

Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Gizi Keluarga Di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kab. Kampar

Tingkat Pendapatan, Gizi

Tingkat pendapatan ada

hubungan yang signifikan terhadap gizi

keluarga, sehingga semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin baik gizi keluarga

2 Ricca Febriany Hutahuruk (2008)

Pengaruh Fertilitas dan Mortalitas Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara

Fertilitas, Mortalitas

Terdapat pengaruh secara parsial dan simultan Fertilitas dan Mortalitas terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara

3 Rohidin (2006)

Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak Kelas II Di SMK Triguna Utama Ciputat Tanggerang Tingkat Pendidikan, Dorongan Orang Tua, Prestasi Belajar Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhatap prestasi belajar anak kelas II, namun dorongan orang tua tidak berpengaruh. Sedangkan secara simultan tidak ditemukan adanya pengaruh tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajar anak kelas II di SMK Triguna Utama Ciputat Tanggerang

Sumber: Dari Berbagai Sumber, 2012

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis


(41)

antara variable-variabel penelitian yaitu variable bebas dengan variable terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pendidikan dan tingkat pendapatan. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah Fertilitas.

Pendidikan merupakan pendidikan formal yang telah dijalani oleh penduduk yang diperoleh secara formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan secara bersama antara pemerintah dan swasta. Contoh dari pendidikan formal ini adalah seperti, SD, SMP, SMA/SMK dan Perguruan Tinggi.

Pendapatan merupakan jumlah penerimaan bulanan dari penduduk untuk kehidupannya sehari – hari. Sumber pendapatan ini tidak menjadi perhatian khusus. Sebab ukuran darimana tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel Fertilitas.

Sedangkan Fertilitas adalah tingkat kelahiran yang selamat, atau dengan kata lain tingkat Fertilitas ini dapat diukur dengan jumlah anak yang dimiliki oleh penduduk, yang nantinya akan dijadikan sampel penelitian.

Sesuai dengan teori yang telah diuraikan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat Fertilitas adalah ekonomi yang diukur dengan pendapatan bulannnya dan pendidikan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada penelitian ini dapat disusun kerangka konseptual untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih menghasilkan sesuai dengan harapan dari penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:


(42)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Pada penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini yaitu “Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan terhadap fertilitas di Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang”.

Tingkat Pendidikan (X1)

Pendapatan (X2)


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

3.1.2. Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Juli 2014, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Sumber: Direncanakan 2014

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak – banyaknya dari populasi yang luas, tetapi dengan mudah dapat

No Kegiatan

Tahun 2014

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul 2 Penyusunan Proposal 3 Bimbingan Proposal 4 Seminar Proposal 5 Penyusunan Tesis 6 Bimbingan Tesis 7 Seminar Hasil 8 Sidang Tesis


(44)

dianalisis, baik melalui rumus – rumus statistik maupun komputer. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asosiatif. Menurut Sugiono (2010:5) “Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih”. Dalam Penelitian asosiatif akan diamati secara seksama aspek-aspek tertentu yang berkainta erat dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data primer yang menunjang penyusunan laporan penelitian ini

3.3. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan pendapatan sebagai variabel independen dan Fertilitas sebagai variabel dependen. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel tidak bebas yaitu variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Fertilitas sebagai variabel Y. Variabel ini akan diukur dengan melihat faktor yang mempengaruhinya seperti pada gambar kerangka konseptual. 2. Variabel Independen

Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan sebagai variabel X1, dan pendapatan sebagai variabel X2, dengan kriteria sesuai dengan yang tertera pada gambar kerangka konseptual.


(45)

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Sumber Indikator Skala

Pengukuran

Pendidikan Idris Zahara (1995) 1. Peserta Didik 2. Alat Pendidikan 3. Tujuan Pendidikan 4. Guru

5. Lingkungan Pendidikan

Interval

Pendapatan Ahmad Yani (2002) 1. Jenis pekerjaan atau jabatan

2. Pendidikan 3. Masa kerja

4. Jumlah anggota keluarga

Interval

Fertilitas Siswono (2001) 1. Kepercayaan dan Agama 2. Kondisi Perekonomian 3. Adat Istiadat di

Masyarakat

4. Kematian dan Kesehatan 5. Struktur Penduduk

Interval

Sumber : Idris Zahara (1995), Ahmad Yani (2002), Siswono (2001)

3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Menurut Rochacty, dkk (2007:63) “Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populassi dalam penelitian adalah pasangan usia subur yang berada di wilayah Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 10.041 pasangan usia subur di kecamatan Batangkuis.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2010:81). Sampel merupakan suatu bagian yang


(46)

ditarik dari populasi. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah metode Random Sampling. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan rumus Slovin sebagai berikut (Intijanto, 2009):

1 Nd N n 2 + = Keterangan :

n = banyaknya sampel N = populasi

d = presisi yang ditetapkan (dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 10%) Dengan demikian maka jumlah sampel yang diambil sebanyak :

100 1 ) 1 , 0 ( 041 . 10 041 . 10

2+ =

=

n orang

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Untuk memperoleh data tersebut digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

3.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui : 1. Observasi

Yaitu pengamatan penelitian dengan cara peninjauan langsung ke wilayah Batangkuis

2. Angket (quesioner)

Yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan pada responden yang dijadikan sampel. Dimana responden memilih salah satu jawaban yang telah


(47)

disediakan. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert dengan kriteria skala jawaban pada angket adalah seperti berikut ini:

Jawaban A Bobot = 5 Jawaban B Bobot = 4 Jawaban C Bobot = 3 Jawaban D Bobot = 2 Jawaban E Bobot = 1

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi dokumen, yaitu mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari dokumen yang dimiliki pemerintah Kecamatan Batangkuis.

3.6. Pengujian Kualitas Data 3.6.1. Uji Validitas

Tujuan dari dilakukannya uji validitas adalah untuk mengukur ketepatan suatu instrumen penelitian atau dengan kata lain bahwa uji ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana item pertanyaan yang digunakan dapat menguji suatu model dalam penelitian ini. Adapun kriteria pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai korelasi masing-masing item pertanyaan terhadap totalnya ( r- hitung ) dengan r-tabel, dimana item pertanyaan dikatakan valid jika r-hitung lebih besar dari r-tabel ( r-hitung > r-tabel ).

3.6.2. Uji Reliabilitas

Pengujian ini dilakukan untuk menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen handal, konsisten, stabil dan dependibalitas,


(48)

sehingga apabila digunakan berulang-ulang maka akan menghasilkan yang sama. Reliabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan nilai 1, reliabilitas dianggap sudah cukup memuaskan atau tinggi adalah lebih besar atau sama dengan 0,60. Untuk pengujian ini dilakukan dengan teknik Cronbach Alfa.

3.6.3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan dependen memiliki distribusi normal atau tidak. Nilai residual mengikuti distribusi normal. Untuk melihat distribusi data normal atau tidak menggunakan analisa statistic, sebab uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual. Uji normalitas statistik ini meggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (Wahid Sulaiman, 2004:90).

3.6.4. Uji Asumsi Klassik

1. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2001:91) uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Sebuah persamaan regresi dikatakan baik bila persamaan tersebut memiliki variabel independen yang saling tidak berkorelasi. Multikolineritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance

inflation faktor (VIF) apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF

kurang dari 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolineritas. 2. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual pada suatu pengamatan


(49)

kepengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang

homoskesdatisitas atau tidak menjadi heteroskedastisitas.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis penelitian ini adalah analisis statistik dan menggunakan software

SPSS 16, yaitu:

3.7.1. Statistik Deskriptif

Stastik deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi sebuah informasi. Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap data-data variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

3.7.2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel pengganggu memiliki distibusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendekati apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafis dan uji statistic.

1. Regresi Linear Berganda

Sebelum menganalisis data yang terkumpul melalui penelitian ini, terlebih dahulu diterapkan metode analisis yang akan digunakan sehingga pelaksanaannya lebih muda dan terarah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Data dianilisis dengan model sebagai berikut:


(50)

Dimana:

Y = Variabel dependen (Fertilitas) a = Konstanta

X1 = Variabel Independen (tingkat pendidikan) X2 = Variabel Independen (pendapatan)

b1 = Koefisien regresi tingkat pendidikan b2 = Koefisien regresi pendapatan

e = Faktor lain diluar model 2. Koefiisien Determinasi

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilainya antara 0 – 1, semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati angka satu, suatu model semakin baik.

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji-F dan uji-t a. Pengujian secara Simultan (Uji F Statistik)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, H3 diuji dengan menggunakan uji-F (analisis regresi berganda). Hipotesis ketiga dianalisis regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan pendapatan secara simultan terhadap Fertilitas.


(51)

b. Uji Parsial (Uji t Statistik)

Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, atau dengan kata lain untuk menguji pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara parsial. H1 dan H2 diuji dengan menggunakan uji t (regresi linear sederhana). Dimana dalam hal ini adapun bentuk kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ho diterima apabila t hitung < t tabel Ha diterima apabila t hitung > t tabel


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Batangkuis

Daerah Kecamatan Batangkuis terletak di wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibukota Kabupaten (Lubuk Pakam) sejauh ± 15Km. Ketinggian wilayahnya dari atas permukaan laut antara 4 – 30 meter, dan dikategorikan daerah dataran rendah yang luasnya ± 40.43 Km2 terdiri dari 11 Desa dan 72 Dusun. Adapun batas wilayah kecamatan Batangkuis adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan.

Komposisi penduduk yang multi etnis terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain: Jawa, Tapanuli, Karo, Minang, Melayu, Agama yang dianut terdiri dari Islam. Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha, dimana Islam adalah sebagai agama mayoritas.

Sebagian besar rumah tangga memiliki mata pencaharian utama disektor pertanian, perkebunan dan lahan pertanian pada umumnya adalah sawah tadah hujan.

Jumlah penduduk menurut Kelompok Umur di Kecamatan Batangkuis pada tahun 2010 seperti tampak pada tabel berikut ini:


(53)

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelompok Umur

Sumber: Batangkuis Dalam Angka, 2011

Tabel 4.1. mengambarkan bahwa jumlah penduduk pada usia Balita cukup tinggi yaitu sebanyak 4.014 orang atau sama dengan 7,15% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk dilihat dari usia 5 – 9 tahun (anak – anak) adalah sebanyak 5.154 orang atau sama dengan 9.18% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk dari usia 10 -14 tahun dan 15 – 19 tahun (golongan remaja) adalah sebanyak 11.833 orang atau sama dengan 21,06% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk dari usia 20 -24 tahun dan 25 – 25 tahun (Pemuda) adalah sebanyak 10.156 orang atau sama dengan 18.08% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk dari usia 30 - 60 tahun (Dewasa) adalah sebanyak 22.311 orang atau sama dengan 39.72% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Sedangkan jumlah penduduk dari usia 60 tahun keatas (Tua) adalah sebanyak 2.702 orang atau sama dengan 4.81% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Dengan demikian jelas bahwa jumlah penduduk yang


(54)

berada di Batangkuis didominasi oleh orang dengan golonga umur Dewasa yaitu sekitar 30 – 60 tahun atau sama dengan 39.72%.

Selanjut jika dilihat dari mata pencaharian, maka diketahui bahwa sumber mata pencaharian penduduk di Kecamatan Batangkuis Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Sumber Mata Pencarian Penduduk

Sumber: Batangkuis Dalam Angka, 2011

Tabel 4.2. menggambarkan bahwa jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian dari bertani adalah sebanyak 20.644 orang atau sama dengan 46,55% dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian dari berdagang adalah sebanyak 1.320 orang atau sama dengan 2,96% dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian dari melaut (nelayan) adalah sebanyak 25 orang atau sama dengan 0,06% dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian dari buruh adalah sebanyak 21.515 orang atau


(55)

sama dengan 48,20% dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian sebagai PNS/ABRI adalah sebanyak 999 orang atau sama dengan 2,24% dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian sebagai pensiunan adalah sebanyak 137 orang atau sama dengan 0,31% dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis.

Dengan demikian jelaslah bahwa mata pencarian dari penduduk di Kecamatan Batangkuis rata – rata adalah Buruh dan Bertani atau dengan kata lain mata pencarian penduduk didominasi oleh Buruh dan Bertani, dengan mata pencarian buruh lebih tinggi atau dominasi dari bertani.

4.1.2. Tugas Dan Wewenang

Tugas dan wewenang Camta, sesuai dengan Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 886 Tahun 2008 Tentang tugas pokok, fungsi dan rincian tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Camat

Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Untuk menyelenggarakan tugas, Camat mempunyai fungsi :

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan rumah tangga kecamatan;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;


(56)

c. perumusan kebijaksanaan teknis penyelenggaraan pemerintahan kecamatan;

d. pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;

e. pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;

f. pengkoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang- undangan;

g. pengkoordinasian pemeliharaan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan umum;

h. pengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;

i. pembinaan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan/desa;

j. pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya atau yang belum dapat dilaksanakan oleh pemerintah kelurahan/desa; k. melakukan koordinasi dengan Instansi dan/atau lembaga terkait lainnya

dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan; dan

l. melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Walikota.

Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud, Camat mempunyai kewenangan:

a. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;


(57)

c. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

d. mengkoordinasikan pemeliharaan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan umum;

e. mengkoordinasikan penyelengaraan kegiatan pemerintahan ditingkat kecamatan;

f. membina penyelenggaraan pemerintahan di tingkat kemukiman; g. membina penyelenggaraan pemerintahan kelurahan/desa; dan

h. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya atau yang belum dapat dilaksanakan oleh pemerintahan kelurahan/desa.

2. Sekretaris Kecamatan

Sekretaris mempunyai tugas membantu camat dalam melaksanakan koordinasi penyusunan perencanaan, program kerja, evaluasi dan pelaporan, pembinaan dan pengelolaan administrasi umum, yang meliputi kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan kerumahtanggaan, kearsipan, dokumentasi, hubungan masyarakat, organisasi dan ketatalaksanaan di lingkungan Sekretariat Kecamatan. Untuk menyelenggarakan tugas, Sekretaris Camat mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana program kegiatan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaanya.

b. pelaksanaan urusan ketatausahaan, rumah tangga, barang inventaris, asset, perlengkapan, peralatan, pemeliharaan dan perpustakaan;


(58)

c. pelaksanaan urusan administrasi keuangan.

d. pelaksanaan pembinaan kepegawaian, organisiasi, perencanaan, program ketatalaksanaan, hukum dan perundang-undangan serta pelaksanaan hubungan masyarakat;

e. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Camat. 3. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, ekspedisi, penggandaan, kerumahtanggaan, administrasi perjalanan dinas, peralatan, perlengkapan, arsip dan perpustakaan, menghimpun peraturan perundang-undangan, dokumentasi, asset dan urusan kepegawaian di lingkungan Kecamatan;

4. Sub Bagian Keuangan

Mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, verifikasi, perbendaharaan, pembukuan, pertanggungjawaban dan pelaporan realisasi fisik dan keuangan.

5. Sub Bagian Bina Program, Evaluasi dan Pelaporan

Mempunyai tugas mempersiapkan bahan-bahan dalam penyusunan rencana kerja, program kerja dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dalam rangka penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan program kerja, evaluasi dan pelaporan serta program kerja Camat.


(59)

4.1.3. Karakteristik Responden 1. Identitas Responden

Sebelum dibahas tentang analisis secara statistik tentang hasil penelitian ini, maka terlebih dahulu disajikan identitas responden berdasarkan jenjang pendidikan, dan pendapatan yang telah diambil jawabannya atas kuesioner yang diajukan selama masa riset. Adapun hasil identifikasi identitas responden peneliian ini adalah sebagai berikut:

2. Jenjang Pendidikan

Identitas responden bila dilihat dari jenjang pendidikannya dapat diketahui pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan

Sumber: Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan pada tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah responden yang tamat SD pada penelitian ini adalah sebanyak 28 orang atau sebesar 28%. Jumlah responden yang tamat SMP pada penelitian ini adalah sebanyak 41 orang atau sebesar 41%. Jumlah responden yang tamat SMA pada penelitian ini adalah sebanyak 21 orang atau sebesar 21%. Jumlah responden yang tamat SMA pada penelitian ini adalah sebanyak 10 orang atau sebesar 10%.


(60)

Dengan demikian jelas bahwa pendidikan penduduk Batangkuis yang menjadi responden didominasi oleh tamat SMP yaitu sebesar 41%. Namun demikian, terdapat juga sebesar 10% dari jumlah penduduk di kecamatan Batangkuis yang memiliki tingkat pendidikan sarjana, dan yang berpendidikan sekolah menengah atas, yang seebenarnya telah menunjukkan tingkat keberagaman pendidikan dari responden, walaupun di dominasi yang berpendidikan SMP.

3. Tingkat Pendapatan

Identitas responden bila dilihat dari tingkat pendapatan dapat diketahui pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Berdasarkan pada tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah responden yang di bawah 1 juta rupiah pada penelitian ini adalah sebanyak 15 orang atau sebesar 15%. Jumlah responden yang berpenghasilan 1 juta – 1,5 juta pada penelitian ini adalah sebanyak 38 orang atau sebesar 38%. Jumlah responden yang berpenghasilan 1,6 juta – 2 juta pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang atau sebesar 32%. Jumlah responden yang berpenghasilan 2,1 juta – 2,5 juta


(61)

pada penelitian ini adalah sebanyak 5 orang atau sebesar 5%. Jumlah responden yang berpenghasilan 2,6 juta –3 juta pada penelitian ini adalah sebanyak 4 orang atau sebesar 4%. Jumlah responden yang berpenghasilan diatas 3 juta pada penelitian ini adalah sebanyak 6 orang atau sebesar 6%. Dengan demikian jelas bahwa penghasilan penduduk Batangkuis yang menjadi responden didominasi oleh responden yang berpenghasilan 1 juta – 1,5 juga yaitu sebesar 38%. Jumlah pendapatan yang digambarkan pada tabel tersebut, menunjukkan bahwa pendapatan tersebut karena kebanyak penduduk yang bekerja sebagai buruh dan sejenisnya. Dengan demikian jelas, tingkat pendapatan dari penduduk dirasakan masih rendah.

4.1.4. Deskripsi Data Pendidikan

Untuk melihat gambaran distribusi jawaban responden pada setiap kuesioner pertanyaan pada variabel pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Peserta Didik

Data kuesioner yang diperoleh adalah seperti yang tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Tabulasi Jawaban Responden Tentang Peserta Didik

Sumber: Data Primer Diolah, 2014

Table 4.5 menunjukkan responden yang menyatakan sangat setuju adalah sebanyak 35 orang atau sama dengan 35% responden yang menyatakan setuju


(62)

adalah sebanyak 25 orang atau sama dengan 25%, responden yang menyatakan kurang setuju adalah sebanyak 26 orang atau sama dengan 26%, responden yang menyatakan tidak setuju adalah sebanyak 14 orang atau sama dengan 14%, sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak setuju tidak ada.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden, sebagian besar menyatakan bahwa ketika penghasilan keluarga mereka tinggi, maka orang tua berharap agar anak – anaknya dan termasuk dirinya sendiri ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dari yang telah diperoleh. Hal ini disebabkan karena pandangan mereka yang menyatakan bahwa ketika orang berpendidikan tinggi, bukan hanya berdampak pada penambahan penghasilan tetapi juga lebih dihormati di masyarakat dan keluarga besar.

2. Alat Pendidikan

Data kuesioner yang diperoleh adalah seperti yang tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Tabulasi Jawaban Responden Tentang Alat Pendidikan

Sumber: Data Primer Diolah, 2014

Table 4.6 menunjukkan responden yang menyatakan sangat setuju adalah sebanyak 46 orang atau sama dengan 46% responden yang menyatakan setuju adalah sebanyak 28 orang atau sama dengan 28%, responden yang menyatakan kurang setuju adalah sebanyak 2 orang atau sama dengan 2%,


(1)

85

4

5

3

4

4

5

25

86

3

4

5

4

4

5

25

87

4

5

5

4

5

5

28

88

5

5

4

4

5

4

27

89

2

2

5

4

3

5

21

90

4

4

2

3

4

3

20

91

5

5

4

5

4

4

27

92

4

4

4

4

5

4

25

93

3

2

4

4

5

5

23

94

5

4

5

5

4

5

28

95

5

5

3

3

3

4

23

96

3

2

4

4

5

5

23

97

3

2

3

3

4

3

18

98

5

5

4

5

4

4

27

99

2

5

5

5

5

5

27


(2)

Lampiran 3:

Tabel r


(3)

Lampiran 4:

Uji Validitas dan Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.603 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Pendidikan1 16.2500 7.038 .390 .531

Pendidikan2 16.1000 6.434 .411 .519

Pendidikan3 16.0000 7.293 .339 .559

Pendidikan4 15.9900 7.990 .407 .537

Pendidikan5 15.9000 7.828 .273 .591

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.606 4

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Pendapatan1 12.0800 2.276 .409 .519

Pendapatan2 12.1200 2.066 .440 .493

Pendapatan3 12.2400 2.709 .242 .633

Pendapatan4 11.8900 2.301 .468 .478

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.605 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Fertilitas1 20.4500 8.129 .292 .581

Fertilitas2 20.3200 7.573 .312 .577

Fertilitas3 20.4700 7.666 .324 .569

Fertilitas4 20.3300 7.839 .576 .486

Fertilitas5 20.1400 8.526 .273 .586

Fertilitas6 20.1400 8.647 .341 .563


(4)

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 3.06836561 Most Extreme Differences Absolute .101

Positive .056

Negative -.101

Kolmogorov-Smirnov Z 1.006

Asymp. Sig. (2-tailed) .263

a. Test distribution is Normal.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .354a .125 .107 3.09984

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Pendidikan b. Dependent Variable: Fertilitas

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 133.238 2 66.619 6.933 .002a

Residual 932.072 97 9.609

Total 1065.310 99

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Pendidikan b. Dependent Variable:

Fertilitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 13.251 3.092 4.285 .000

Pendidikan .259 .097 .255 2.662 .009 .984 1.017 Pendapatan .367 .164 .215 2.241 .027 .984 1.017 a. Dependent Variable: Fertilitas


(5)

(6)