Sistem Persarafan. Sistem perkemihan. Sistem Gastrointestinal.

3. Keseimbangan cairan dan elektrolit Untuk mengkaji keseimbangan cairan dan elektrolit pasien pasca anestesi, perawat melakukan inspeksi membran mukosa meliputi warna dan kelembaban, turgor kulit, dan balutan, mengukur cairan NGT, menilai out put urine, drainage luka, mengkaji intakeoutput, memonitor cairan intravena, dan mengukur tekanan darah Abrorshodiq, 2009.

4. Sistem Persarafan.

Pengkajian sistem persarafan antara lain pengkajian fungsi serebral dan tingkat kersadaran pasien. Pada pasien terutama dengan bedah kepala leher, dikaji respon pupil, kekuatan otot, koordinasi, dan depresi fungsi motor Abrorshodiq, 2009.

5. Sistem perkemihan.

Untuk mengkaji sistem perkemihan, perawat menilai kontrol volunteer fungsi perkemihan harus kembali setelah 6 – 8 jam post anestesi Abrorshodiq, 2009. Selain itu perawat juga melakukan inspeksi, palpasi, dan perkusi abdomen bawah untuk mengetahui adanya distensi buli-buli. Pada pemasangan kateter dikaji warna, dan jumlah urine. Out put urine kurang dari 30 mljam menandakan terjadinya komplikasi ginjal Wijaya, 2008. Universitas Sumatera Utara

6. Sistem Gastrointestinal.

Mual muntah 40 pasien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher. Perawat mengobservasi keadaan umum, observavomitus dan drainase. Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien Abrorshodiq, 2009. Perawat mengkaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus. Selain itu juga mengkaji paralitic ileus, suara usus, distensi abdomen, dan ada atau tidaknya flatus. Insersi Naso Gastric Tube NGT intra operatif untuk mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan drainase lambung juga bertujuan untuk meningkatkan istirahat, memberi kesempatan penyembuhan pada GI track bawah, memonitor perdarahan, mencegah obstruksi usus, irigasi atau pemberian obat, serta mengkaji jumlah, warna, dan konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam Wijaya, Pasien tetap berada dalam PACU sampai pulih sepenuhnya dari pengaruh anestesi, yaitu pasien telah mempunyai tekanan darah yang stabil, fungsi pernapasan adekuat, saturasi O2 minimum 95, dan tingkat kesadaran yang baik. 2008. Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis antara lain: tekanan sistolik 90 –100 mmHg atau 150 Universitas Sumatera Utara – 160 mmHg, diastolik 50 mmHg atau dari 90 mmHg, Heart Rate HR kurang dari 60 x menit 10 xmenit, suhu 38,3 o C atau kurang 35 o Kriteria untuk mentukan tingkat pemulihan diberikan secara detail pada bagan ruang pemulihan pascaanestesi Brunner Suddarth, 2001 : C, meningkatnya kegelisahan pasien,dan tidak BAK lebih dari 8 jam post operasi Abrorshodiq, 2009. Tabel 1. Kriteria penentuan tingkat pemulihan pasien pasca anestesi RUANG PEMULIHAN PASCAANESTESI Penilaian Pasien: Nilai akhir: Ruangan: Ahli bedah: Tanggal: Perawat R.R: Area pengkajian Poin nilai Saat penerimaan Setelah 1 jam 2 jam 3 jam Kemampuan untuk bernapas dengan dalam dan batuk Pernapasan: Upaya bernapas terbatas dispnea atau membebat Tidak ada upaya spontan 2 1 80 dari tingkat praanestetik Sirkulasi: tekanan arteri sistolik 50 sampai 80 dari tingkat praanestetik 50 dari tingkat praanestetik 2 1 Universitas Sumatera Utara Respon secara verbal terhadap pertanyaanterorientasi terhadap tempat Tingkat kesadaran: Terbangun ketika dipanggil namanya Tidak memberikan respon terhadap perintah 2 1 Warna dan penampilan kulit normal Warna kulit: Warna kulit berubah: pucat, agak kehitaman, keputihan, ikterik Sianosis jelas 2 1 Bergerak secara spontan atau atas perintah Aktivitas otot: Kemampuan untuk menggerakkan semua ektremitas Tidak mampu untuk mengontrol setiap ektremitas Total 2 1 Keterangan: Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang PACURR jika nilai pengkajian post anestesi 7-8.

2.3.2 Penatalaksanaanperawatan pasien pasca anestesi

Selain malakukan pengkajian, perawat juga melaksanakan perannya dalam hal perawatan pasien pasca anestesi. Dalam hal ini pasien harus Universitas Sumatera Utara mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anestesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anestesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan Abrorshodiq, 2009. Hal-hal yang harus diperhatikan meliput i:

1. Mempertahankan ventilasi pulmonary.