PEMAHAMAN GENDER DAN PERAN GENDER
16
5.2. Teori Negara
16
Materi Pokok Kesetaraan Dan Keadilan Gender, Kementeriaan Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Tahun 2001, hal.13.
Ciri Laki-laki dan Perempuan Menurut Pandangan Masyarakat
Ciri Laki-laki dan Ciri Perempuan Yang Sesungguhnya
Beda
Gagah Lemah Lembut
Kaisar Halus
Lebih rasional Emosional
Berani Penakut
Berotot Gemulai
Tabah Cengeng
Mudah Selingkuh Setia
Suka berkelahi Senang Ngerumpi
Ciri Laki-laki dan Ciri Perempuan Yang Sesungguhnya
Primer Primer
Penis Zakar Vagina Liang Senggama4 M:
Kantong zakar Scatrum
Ovarium Indung Telur Menstruasi Buah Zakar
Testis
Ovum Sel Telur Mengandung
Sperma mani Uterus Rahim
Melahirkan Prostat Kelenjar
Pengatur Pengeluaran sperma
dan air seni Kelenjar kemih
Sekunder
Sekunder Bulu dada
Kulit halus Jakun
Suara lermbut Suara berat
Buah dada Berkumis
Gender
•
Konstruksi bntk sosial
•
Tdk dimiliki sejak lahir
•
Bisa dibentuk bisa berubah
•
Dipengaruh: Tempat Waktu zaman
Suku ras bangsa Budaya
Status social Agama
Nagara, ideologi Karenanya
Bukan kodrat Bukan takdir
Dibuat manusia Bisa dipertukar-
kan Relatif
Ciri-ciri tsb, bias Terdapat pd laki-
laki maupun perempuan, bisa
disebut
Jenis Kelamin Sosial – Nature Pengasuhan Lingkungan
Gender
•
Konstruksi bntk sosial
•
Tdk dimiliki sejak lahir
•
Bisa dibentuk bisa berubah
•
Dipengaruh: Tempat Waktu zaman
Suku ras bangsa Budaya
Status social Agama
Nagara, ideologi Karenanya
Bukan kodrat Bukan takdir
Dibuat manusia Bisa dipertukar-
kan Relatif
Ciri-ciri tsb, bias Terdapat pd laki-
laki maupun perempuan, bisa
disebut
Jenis Kelamin Sosial – Nature Pengasuhan Lingkungan
Peran Gender Berpengaruh dan tercermin pd seluruh
kegiatan, sikap, perilaku, pilihan profesi, status
Jenis Kelamin Biologis Seks
•
Bawaan
•
Kodrat
•
Buatan Tuhan
•
Taldir
•
Mutlak
•
Tidak dipengaruhi: Tempat
Wkt Zaman Takdir
Ras Suku Bangsa Budaya
Agama Negara, Ideologi
Status social
Karenanya : Tidak bias berubah, menetap dan hanya
dimiliki laki-laki atau perempuan Nature
5.2. Teori Negara
Menurut kodratnya manusia adalah seorang pribadi sosial yang harus hidup dalam suatu masyarakat bersama dengan manusia yang lain sehingga dapat
berkembang. Dengan demikian mau tidak mau seorang pribadi harus hidup bersama dengan orang lain. Perkembangan peradaban telah membuat konstruksi
sosial sekelompok orang hidup bersama dalam kesatuan. Kesatuan hidup yang fundamental dan terkecil adalah keluarga.
Keluarga-keluarga yang tergabung sebagai masyarakat, baik yang berdasarkan alamiah suku, bangsa maupun yang berdasarkan kehendak bebas
untuk hidup di desa, kota, berorganisasi dan sebagainya tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang besar. Dengan demikian dalam tingkat perkembangan
tertentu masyarakat membutuhkan suatu organisasi kemasyarakatan yang mampu mengatur segala hal secara bersama respublika dan memusatkan perhatian serta
kegiatannya pada kesejahteraan umum semua anggota. Organisasi ini disebut negara. Oleh sebab itu dalam arti luas negara adalah alat dari suatu masyarakat
yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat di samping itu juga menertibkan gejala-gejala kekuasaan yang timbul
oleh karena hubungan-hubungan tersebut dalam masyarakat.
17
Kata Negara sendiri diterjemahkan dari kata-kata asing yaitu ” Staat ” Bahasa Belanda dan Jerman, selanjutnya berasal dari bahasa Inggris yaitu
”State” dan juga bahasa Perancis yaitu ” Etat ”. Istilah ” Staat ” mula-mula dipergunakan dalam abad ke-15 di Eropa Barat. Anggapan umum yang diterima
17
Soelystyati Ismail Gani, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta : Ghalia Media, 1984, hal. 59.
adalah bahwa kata “Staat“ State, Etat dialihkan dari kata bahasa Latin “Status“ atau “ Statum “.
18
Secara etimologis kata “ Status “ dalam bahasa Latin klasik adalah suatu istilah yang abstrak yang menunjukkan keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu
yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
19
Negara mempunyai arti formil dan material. Negara dalam arti formil dimaksud negara ditinjau dari aspek
kekuasaan, negara sebagai organisasi kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat.
20
Menurut Roger Soultau, Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
Pemerintah menjelmakan aspek formil dari negara. Karakteristik dari negara formil adalah wewenang dari pemerintah untuk menjalankan paksaan fisik
secara legal. Negara dalam arti formil adalah sebagai pemerintah Staat-Overhed. Negara dalam arti material adalah negara sebagai masyarakat Staat-
Gamenschop.
21
Juga demikian halnya apa yang diutarakan oleh Harold J. Laski bahwa, ”Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai
Sehingga dapat kita maklumi bahwa semua perikehidupan warga dalam suatu teritori tertentu amat dipengaruhi oleh peran negara yang mengelolanya. Tidak
heran apabila negara akan membuat suatu aturan yang tegas sanksi-sanksi kepada setiap warga masyarakat agar persoalan-persoalan kolektif yang dirasa
dapat diselesaikan dengan baik menuju kebaikan bersama seperti apa yang dirasakan dalam kontrak sosial ketika negara dibentuk.
18
F.Isjawara, Pengantar Ilmu Politik, Bandung : Bina Cipta, 1980, hal.90.
19
F.Isjawara, Ibid.,hal.90.
20
F.Isjawara, Pengantar Ilmu Politik, Bandung : Bina Cipta, 1966, hal.82.
21
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia, 2005, hal.39.
kewenangan yang bersifat memaksa dan secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat adalah
suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara
kalau cara yang harus ditaati baik oleh individu-individu maupun asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat.“
22
Merujuk pada defenisi di atas maka Miriam Budiardjo Dari ungkapan Laski tergambar bahwa Negara merupakan integrasi dari
kekuasaan politik yang diamanatkan oleh masyarakat kepada sekelompok kecil warga masyarakat itu sendiri untuk mengatur hubungan-hubungan antar manusia
guna penciptaan ketertiban.
23
Negara perlu memiliki sifat-sifat khusus yang merupakan manifestasi dari kedaulatan serta legitimasi diantaranya, Pertama, Negara memiliki sifat
memahami Negara sebagai integrasi dari kekuasaan politik di mana ia adalah organisasi
pokok dari kekuasaan rezim politik. Negara, menurutnya lebih lanjut, merupakan instrumen dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan mengatur hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat dalam rangka menciptakan ketertiban dari gejala-gejala perebutan kekuasaan inskonstitusional dalam masyarakat.
Untuk menghadirkan tujuan tersebut, maka negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai di mana interelasi kekuasaan dapat digunakan dalam
kehidupan bersama, entah antara individu dengan individu, atau individu dengan golongan atau asosiasi, maupun negara sendiri dengan institusi yang berada di
wilayahnya.
22
Miriam Budiardjo, Ibid., hal.39-40.
23
Miriam Budiardjo, Ibid., hal.38-39.
memaksa. Hal ini dimaksudkan untuk menuntun warga pada pelbagai aturan perundang-undangan guna menciptakan ketertiban dalam masyarakat. Kedua,
negara memiliki sifat memonopoli. Ketiga, bahwa negara mencakup semua all- encompassing ; all-embarcing , maksudnya semua peraturan perundang-
undangan berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Merujuk pada defenisi negara seperti tersebut diatas, tampak bahwa negara
bukan hanya sebagai pemerintah. Namun negara juga merupakan sebuah fakta dominasi dari suatu kelompok masyarakat untuk mencapai suatu tujuan yang
ditetapkan secara politis. Karena itu, tidak heran apabila negara memerlukan pemerintah, birokrasi, lembaga peradilan, lembaga penjaga keamanan dan
ketertiban, lembaga pertahanan dan macam sebagainya. Edward Greenberg
24
24
Leo Agustino, Op.cit., hal.29 .
menjelaskan bahwa ada elemen-elemen yang dianggap penting untuk merealisasikan tujuan negara dalam bentuk konkret, yakni : negara itu sendiri ,
rezim, aparatur birokrasi atau pemerintahan serta kebijakan. Negara, menurut Greenberg, adalah organisasi yang paling tinggi dan
mencakup pemahaman yang luas. Negara tidak saja merupakan fakta dominasi atas warga masyarakatnya, tetapi lebih dari itu. Dalam konteks ini Greenberg
menjelaskan, elemen utama dari suatu negara adalah -karena proyeksinya adalah welfare state- property rules atau pengaturan kekayaan . Artinya dalam hal ini
negara mengatur bagaimana kekayaan diproduksi dan bagaimana kekayaan didistribusikan sesuai aturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, negara
merupakan sistem kekuasaan untuk suatu tujuan tertentu, dalam hal ini, penguasaan sumberdaya ekonomi dan politik.
Elemen penting kedua dalam negara adalah rezim. Dalam pengertian umum, rezim diartikan sebagai individu atau kelompok orang yang menguasai
negara. Dalam konteks teoritikal rezim diartikan sebagai prinsip-prinsip, norma- norma, aturan-aturan dan prosedur-prosedur pengambilan keputusan yang dianut
oleh penguasa sebuah negara.
25
25
Leo Agustino, Ibid.,hal.29.
Karena itu, ketika terjadi pergantian prinsip, norma, aturan serta prosedur pengambilan keputusan, maka sebenarnya telah
terjadi pergantian rezim walau individu atau kelompok orang yang berkuasa masih tetap sama.
Elemen ketiga, yakni, aparat birokrasi atau pemerintahan. Dalam pengertian yang popular bahwa birokrasi adalah pelaksana keputusan-keputusan
politik yang ditetapkan oleh negara. Elemen terakhir yang juga penting menurut Greenberg adalah kebijakan. Kebijakan, secara sederhana, adalah masalah-
masalah publik dan keputusan-keputusan publik yang diambil oleh negara untuk dilaksanakan oleh aparatur birokrasi.
Bila dilihat secara mendalam, maka akan diperoleh ungkapan bahwa kebijakan merupakan suatu proses politik yang tidak sederhana. Ada pergulatan
kepentingan dan nilai di sana. Sebagai sebuah proses, kebijakan sendiri, meliputi banyak orang yang terlibat dengan pelbagai macam latar belakang dan nilai yang
mempengaruhi cara pandang mereka, belum lagi bagaimana kebijakan ditetapkan berdasar pada alternatif-alternatif kebijakan yang telah dirumuskan, banyak hal
tertuang dalam konteks kebijakan. Namun pada dasarnya bahwa kebijakan merupakan suatu langkah nyata dalam proses politik suatu negara.
6. Metodologi Penelitian 6.1. Sifat Penelitian