Latar Belakang Analisis Terhadap Pembelian Kembali Saham BUMN Melalui Pasar Modal

9 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal di negara Republik Indonesia telah berkembang sejak zaman Hindia Belanda. Tujuan utama dari berdirinya pasar modal adalah mengumpulkan dana murah yang berasal dari masyarakat. Dalam melakukan aktivitasnya pasar modal mengandung prinsip utama keterbukaan. Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal. 1 “Karena keterbukaan adalah jiwa pasar modal itu sendiri, maka perlu dilakukan pengkajian mendalam tentang bagaimana sesungguhnya pelaksanaan prinsip keterbukaan dan penentuan fakta materiil di Indonesia. Studi perbandingan dengan Amerika Serikat mengenai hal yang sama dapat dilakukan karena sedikitnya ada tiga alasan 1 Globalisasi ekonomi menimbulkan akibat yang besar sekali pada bidang hukum. Globalisasi ekonomi juga menyebabkan terjadinya globalisasi hukum. Globalisasi hukum terjadi melalui usaha-usaha standarisasi hukum, 2 memperbandingkan peraturan Pasar Modal Indonesia dengan Amerika Serikat adalah karena pengaturan Pasar Modal di Amerika Serikat telah teruji melalui perjalanan panjang sejak tahun 1933, 3 sampai tahun 1987 pasar modal Amerika Serikat lebih maju atau telah berkembang dibandingkan dengan negara-negara lain. Keterbukaan terhadap keberadaan perusahaan memungkinkan investor untuk mempertimbangkan keputusannya untuk berinvestasi. Dalam menjalankan pasar modal dan prinsip keterbukaan perlu juga diperbandingkan dengan negara lainnya. Menurut Bismar dalam bukunya Keterbukaan Dalam Pasar Modal: 2 Pelaku-pelaku yang dizinkan melakukan aktivitas di pasar modal adalah pelaku organisasi sosial ekonomi masyarakat yang berbentuk perusahaan. 1 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal. Universitas Indonesia, Fakultas Hukum Program Pascasarjana,2001, hal 1 2 Ibid, hal 1-8 Universitas Sumatera Utara 10 Perusahaan-perusahaan yang diberi izin beroperasi di Pasar Modal umumnya berbentuk perseroan terbatas, baik perseroan dengan penyertaan modal Negara Republik Indonesia maupun perseroan tanpa penyertaan modal Pemerintah Republik Indonesia. Tujuan umum dari kegiatan pasar modal selain mendapatkan dana dari masyarakat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan sasaran pembangunan ekonomi Republik Indonesia, yang mengutamakan terciptanya perekonomian yang mandiri dan merakyat. Sasaran ekonomi tersebut merupakan implementasi dari pasal 33 ayat 1 dan 4 Undang-undang Dasar 1945, yang menyebutkan: Ayat 1 “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan” Ayat 4 “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Dalam mewujudkan hal tersebut, pemerintah membangun perusahaan dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara BUMN dengan sumber modal yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Tujuan pendirian Badan Usaha Milik Negara BUMN sesuai dengan Undang-Undang RI No 19 tahun 2003 tentang BUMN, pada pasal 2 ayat 1 adalah: “Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah: a. memberikan sumbangan bagi perkembanagan perekonomian nasional pada umumnya umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; b. mencari keuntungan;c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup Universitas Sumatera Utara 11 orang banyak; d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.” Seiring dengan perkembangan perusahan berbentuk Badan Usaha Milik Negara BUMN yang ternyata mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, dan manfaat bagi perekonomian nasional yang membutuhkan dana lebih besar lagi, untuk mengembangkan usaha danatau memenuhi kebutuhan finasial pemerintah serta pemeratan kepemilikan saham, beberapa diantara perusahaan Badan Usaha Milik Negara BUMN tersebut yang telah berbentuk persero melakukan penjulan sahamnya di pasar modal. Pasar modal telah ada dan berkembang di Indonesia sejak penjajahan Belanda, bahkan pada tahun 1912 di Batavia telah didirikan bursa efek oleh Belanda. Dasar pertimbangan pendirian pasar modal itu sendiri adalah: a mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pengerahan dan penghimpun dana untuk digunakan secara produktif dalam pembiayan nasional: b mengupayakan efisiensi dan efektivitas usaha pemerintah di bidang pasar modal, baik kegiataan maupun tujuannya, dengan membentuk suatu badan yang mengendalikan dan melaksanakan pasar modal; c untuk berhasilnya pasar modal di Indonesia secara optimal, pelu mendorong perusahaan-perusahaan swasta yang sehat dan baik untuk menjual saham-saham melaui pasar modal dengan memberikan keringanan-keringanan di bidang perpajakan. 3 3 PT. Dana Reksa Persero, Informasi dan Data Pasar Modal, Jakarta, PT. Dana Reksa.1987. Universitas Sumatera Utara 12 Akan tetapi melihat kenyataan yang terjadi belakangan ini. yakni krisis global dalam bidang keuangan, sehingga sektor ekonomi Indonesia mengalami kegagalan yang juga sudah menjalar ke sektor riil. Kegagalan penjalaran tersebut umumnya bersumber dari dua sebab. Pertama, kebijaksanaan melindungi perbankan dengan banyak instrumen moneter seperti penurunan giro wajib minimum GWM dan peningkatan jaminan deposito ternyata tidak efektif. Kedua krisis keuangan saat ini telah memasuki fase kedua, yaitu krisis nilai tukar kurs. Tentu saja krisis nilai tukar tersebut makin mendekatkan krisis ini ke sektor riil karena sebagian bahan baku dari luar negeri impor. 4 Hal ini sudah dimulai sejak juli 2007 tepat satu dekade setelah krisis ekonomi di Asia, yang ditandai oleh kasus subprime mortage, yang juga berimbas terhadap perekonomian Asia termasuk Indonesia. Tragedi itu sebenarnya bersumber dari keyakinan yang sudah ditanam dan dihidupkan sejak lama. yakni, ekonomi tanpa regulasi dan internasionalisasi persaingan ekonomi. Implikasinya, kegiatan ekonomi menjadi stagnan akibat ketiadaan insentif. munculnya lembaga keuangan investasi di AS pada akhir abad 19 maupun awal abad 20, seperti Lehman Brothers dan Merrill Lynch, merupakan buah dari destruksi kreatif tersebut. Dua pilar ekonomi itulah yang sedikit demi sedikit dipraktekkan di semua negara, tidak terkecuali kawasan Amerika Latin dan Eropa Timur yang dulunya sangat kukuh dengan gagasan sosialisme. 5 Sehubungan dengan kondisi tersebut di atas pemerintah melakukan berbagai kebijakan-kebijakan moneter. Salah satu kebijakan yang menarik untuk dicermati, yakni keinginan pemerintah agar BUMN melakukan buy back atas 4 httpwww.indef.or.idxploduploadpubsPEI202009.PDF 5 Ibid, hal 2-3 Universitas Sumatera Utara 13 saham-sahamnya. Setidaknya terdapat dua aspek yang menyebabkan hal ini menarik. Pertama, instrumen buy back dapat menjadi pintu merebut kembali saham-saham BUMN strategis yang dimiliki oleh swasta asing. Dengan begitu, secara tidak langsung kebijakan buy back bisa menjadi pintu untuk memperkuat peran negara dalam perekonomian. Kedua, nilai buyback ini tidak terlalu besar sekitar 10 triliun sehingga menimbulkan pertanyaan tentang efektivitasnya dalam membantu kenaikan indeks harga saham. Bahkan, dalam realisasinya, nilai buy back ini tidak lebih dari 5 triliun. Ketiga, jika tidak dilakukan secara transparan, maka kebijakan buy back sangat rawan disalahgunakan untuk aneka kepentingan yang bersinggungan dengan koorporasi maupun pusat kekuasaan. Dalam konteks buy back ini pula, sebagian orang kerap mengaitkan krisis ekonomi dengan ketahanan dan kedaulatan ekonom. Asumsinya sederhana, negara yang ketahanan dan kedaulatan ekonominya kuat dianggap akan lebih tahan dalam menghapai krisis ekonomi. Pada titik inilah kemudian isu ketahanan dan kedaulatan menjadi menu penting dalam formulasi kebijakan di saat krisis terjadi. Kebetulan dalam isu ini Indonesia menjadi salah satu negara yang dianggap ketahanan dan kedaulatan ekonominya rapuh. Pertama, privatisasi oleh sebagian kalangan dianggap sebagai cara negara maju sektor privat untuk memperlemah ekonomi negara berkembang. Karena sebagian firma milik negara itu berusaha di sektor yang strategis. Kedua, komoditas penting terutama di sektor pertanian sangat tergantung dari impor. Produk-produk itu antara lain adalah jagung, gula, susu, daging dan lain-lain. Apabila harga komodiats- Universitas Sumatera Utara 14 komoditas tersebut melonjak di pasar dunia, maka ekonomi Indonesia pasti terguncang. 6

B. Perumusan Masalah