2.3. Perbedan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi computer yang
digunakan, syarat-syarat umum dalam melakukan pembukaan rekening maupun dalam memperoleh pembiayaan. Namun banyak terdapat perbedaan
di antara keduanya.
TABEL 2.1 Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah
NO ITEM
BANK KONVENSIONAL
BANK SYARIAH
1. Bunga
Berbasis bunga Berbasis
revenueprofit loss
sharing 2.
Resiko Anti risk
Risk sharing 3.
Operasional Beroperasi dengan Pendekatan
sektor keuangan, tidak terkait langsung
dengan sektor riil Beroperasi dengan
pendekatan sektor riil
4. Produk
Produk tunggal kredit Multi produk jual
beli, bagi hasil, jasa 5.
Pendapatan Pendapatan yang
diterima deposan tidak terkait
dengan pendapatan yang diperoleh bank
dari kredit Pendapatan yang
diterima deposan terkait langsung
dengan pendapatan yang diperoleh bank
dari pembiayaan
6. Negative
Spread Mengenal negative
Spread Tidak Mengenal
negative spread 7.
Dasar Hukum
Bank Indonesia dan pemerintah
Al-quran, sunnah, fatwa ulama, Bank
Indonesia dan pemerintah
8. Falsafah
Berdasarkan atas bunga riba
Tidak berdasarkan bunga riba,
spekulasi maisir
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Rodoni dan Hamid 2008
2.4. BPR dan Jenis Kegiatan Usahanya
Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. BPR berlokasi yang
pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkannya. BPR sudah ada sejak jaman sebelum kemederkaan yang dikenal dengan sebutan
Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar. BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-
dan ketidak jelasan gharar
9. Operasional -Dana masyarakat dana
pihak ketigaDPK berupa titipan simpanan
yang harus dibayar
bunganya pada saat jatuh tempo
-Penyaluran dana pada sektor yang
menguntungkan, aspek halal tidak menjadi
pertimbangan, -Dana masyarakat
dana pihak ke tigaDPK berupa
titipan wadiah
dan investasi
mudharabah yang baru akan
mendapatkan hasil jika
‘diusahakan’terlebih dahulu
-Penyaluran dana financing
Pada usaha yang halal dan
menguntungkan
10. Aspek sosial
Tidak diketahui secara tegas
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas
yang tertuang dalam visi dan
misi
11. Organisasi Tidak memiliki dewan
pengawas syariah DPS
Harus memiliki dewan pengawas
syariah
12. Uang Uang adalah komoditi
selain sebagai alat pembayaran
Uang bukanlah komoditi tetapi
hanyalah alat pembayaran
Universitas Sumatera Utara
Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998. Dalam Undang-Undang tersebut
secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu bank umum dan BPR.
2.4.1. BPR Konvensional
BPR konvensional merupakan BPR yang dalam menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan sistem konvensional yaitu dengan menerapkan
sistem bunga interst banking kepada nasabahnya.
2.4.1.1 Fungsi BPR
Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan
dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat
Sasaran, karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan sangat mengerti akan kebutuhan nasabah.
2.4.1.2. Jenis Layanan BPR
Jenis layanan yang dilakukan oleh BPR konvensional antara lain menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan
dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. memberikan kredit dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit
konsumsi. Melalui Peraturan Bank Indonesia, BPR diberi kesempatan untuk mempercepat pengembangan jaringan kantor dengan membuka
Kantor Cabang dan Kantor Kas, sehingga ini akan semakin memperluas
Universitas Sumatera Utara
jangkauan BPR dalam menyediakan layanan keuangan kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah.
2.4.2. Pengertian BPRS
Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS adalah salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-
prinsip syariah atau muamalah Islam. BPRS berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan
Perturan Pemerintah PP No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada pasal 1 butir empat UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran Rodoni dan Hamid,
2008: 38.
2.4.2.1 Pendirian BPR Syariah
Dalam mendirikan BPRS ada beberapa hal yang harus dipenuhi antara lain:
a. Persyaratan umum. b. Permohonan izin prinsip.
c. Permohonan izin usaha. d. Persiapan pra operasional.
e. Laporan pembukuan.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.2. Tujuan Pendirian
Menurut Rodoni dan Hamid 2008;44 adapun yang menjadi tujuan pendirian BPR Syariah antara lain :
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama masyarakat golongan ekonomi lemah.
b. Mengurangi urbanisasi. c. Menambah lapangan kerja, terutama di kecamatan-kecamatan.
d. Meningkatkan pendapatan perkapita. e. Membina semangat ukhuwah islamiah melalui kegiatan ekonomi.
f. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi masyarakat pedesaan.
g. Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan. h. Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang
mudah dan sederhana. i. Menampung dan menghimpun tabungan masyarakat. Dengan
demikian BPR syariah dapat turut memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut mendidik rakyat dalam berhemat
dan menabung.
2.4.2.3. Kegiatan Usaha BPR Syariah
Kegiatan usaha BPR Syariah berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 1998 meliputi hal-hal berikut ini Rodoni dan Hamid,2008: 44 :
Universitas Sumatera Utara
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk berupa simpanan deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. b. Memberikan kredit.
c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
PP. d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI,
deposito berjangka, sertifikat deposit dan atau tabungan pada bank lain.
2.4.2.4. Kegiatan yang Dilarang
Berdasarkan pasal 14 UU Nomor 7 Tahun 1992, kegiatan usaha yang tidak diperkenankan oleh BPR, termasuk juga BPR Syariah sebagai
berikut: a. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran. b. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing.
c. Melakukan penyertaan modal. d. Melakukan usaha perasuransian.
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagimana dimaksud dalam Pasal 13 UU No. 7 Tahun 1992.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.5. Produk-Produk BPR Syariah
Produk-produk yang ditawarkan oleh BPR Syariah secara garis besar adalah sebagai berikut Rodoni dan Hamid,2008;45:
a. Mobilisasi Dana Masyarakat Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk
seperti menerima simpanan wadiah, menyediakan fasilitas tabungan dan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip
shadaqah, Infaq, zakat, mempersiapkan ongkos naik haji ONH, merencanakan kurban, aqiqah, khitanan, mempersiapkan pendidikan,
pemilikan rumah, kendaraan dan lain-lain. 1. Simpanan Amanah
Bank menerima titipan amanah trustee account berupa dana infaq, shadaqah, dan zakat. Akad penerimaan titipan ini adalah
wadiah yaitu titipan yang tidak menanggung resiko. Bank akan memberikan profit dari bagi hasil yang didapat bank melalui
pembiayan pada nasabah. 2.
Tabungan Wadiah Bank menerima tabungan saving account. Akad penerimaan
dana ini juga wadiah dimana bank memberikan profit kepada penabung yang diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap
bulan. 3. Deposito Wadiah atau Deposito Mudharabah
Bank menerima deposito berjangka time investment account, akad penerimaan deposito adalah wadiah atau mudharabah,
Universitas Sumatera Utara
dimana bank menerima dana masyarakat berjangka satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dan seterusnya sebagai penyertaan
sementara pada bank. Deposan yang akad deposito wadiahnya mendapatkan nisbah bagi hasil keuntungan lebih kecil dari
mudharabah bagi hasil yang diterima bank dalam
pembiayaankredit nasabah yang dibayar setiap bulan. b. Penyaluran Dana
Menurut Rodoni dan Hamid 2008;46 penyaluran dana BPR syariah sebagai berikut:
1. Pembiayan Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian antara pemilik
dana pengusaha dengan pengelola dana bank yang keuntungan dibagi menurut rasionisbah yang telah disepakati bersama di
muka. Apabila terjadi kerugian maka pengusaha menanggung kerugian dana, sedangkan bank menanggung pelayanan material
dan kehilangan imbalan kerja. 2. Pembiayan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah merupakan suatu perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal dari kedua belah pihak
digabungkan untuk usaha tertentu yang dikelola secara bersama- sama, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai
kesepakatan di muka.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembiayan Bai’bitsaman Ajil Proses jual beli antara bank dengan nasabah dimana bank akan
menalangi lebih dahulu kepada nasabah dalam pembelian suatu barang tertentu.
4. Pembiayaan Murabahah Suatu perjanjian yang disepakati antara bank dan nasabah, dimana
bank menyediakan pembiayan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah yang akan dibayar
kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank. 5. Pembiayaan Qardhul Hasan
Pembiayaan yang merupakan perjanjian antara bank dengan nasabah yang layak menerima pembiayaan kebajikan dimana
nasabah yang menerima hanya membayar pokoknya dan dianjurkan memberikan ZIS.
c. Jasa Perbankan Lainnya Secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar
pembayaran dalam bentuk proses transfer dan inkaso, pembayaran rekening air, listrik, telepon, angsuran KPR dan lain-lainnya. Bank
juga mempersiapkan bentuk pelayanan yang sifatnya bentuk talangan dana bridging financing yang didasarkan atas pembiayan bai’ salam.
2.4.5 Badan-Badan Pengembang BPR Syariah
Dalam rangka mengembangkan BPR Syariah, terbentuk suatu badan yang menyelenggarakan pendidikan dan memberikan technical assistance untuk
BPR Syariah yang baru tumbuh, yaitu Institut for Syariah Economic
Universitas Sumatera Utara
Developmen ISED dan Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Bank Syariah YPPBS. Yayasan ISED secara berkesinambungan akan terus
melaksanakan program pendirianpemberian bantuan teknis pendirian BPR- BPR Syariah di Indonesia.
2.5. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adharbu fill ardhi yaitu berpergian untuk urusan dagang. Dalam Surat 73 ayat 20,”Mereka berpergian di muka bumi
mencari karunia Allah”.Mudharabah disebut juga qiradh yang berasal dari kata al qardhu yang berarti al qath’u potongan karena memotong sebagian hartanya
untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan. Raditya,2007. Sedangkan menurut Al Hadist anjuran mudharabah terlihat dalam hadist
berikut: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka
yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat- syarat tersebut kepada Rasulullah dan Rasulullah pun membolehkannya.”
H.R.Thabrani Antonio,1999:136. Menurut Ijma’dalam kitab Nasbu ar Rayah 413 yang ditulis oleh Imam Zailai menyatakan bahwa para sahabat telah
berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadist yang dikutip Abu Ubaid
dalam kitab Al Amwal 454 Antonio,1999:137. Dengan demikian, ditinjau dari hukum Islam, mudharabah ini
diperbolehkan, baik menurut Alquran, Sunnah, maupun Ijma’.
Universitas Sumatera Utara
Teknik perbankan dalam pelaksanaan mudharabah yaitu sebagai berikut: 1. Jumlah modal yang harus diserahkan kepada nasabah selaku pengelola
modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
2. Hasil pengolahan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara:
a. Perhitungan dari pendapatan proyek revenue sharing b. Perhitungan dari keuntungan proyek profit sharing
3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan kecurangan, dan penyalahgunaan
dana. 4. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap perkerjaan namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaanusaha nasabah. 5. Jika nasabah cedera dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar
kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat dikenakan sanksi. Mudharib adalah pengawas atau amin untuk modal yang dipercayakan
kepadanya. Mudharib harus menggunakan dana dengan cara yang telah disepakati dan kemudian mengembalikan kepada rabb al-mal modal dan
bagian keuntungan yang telah disepakati. Mudharib menerima untuk dirinya sendiri sisa dari keuntungan tersebut Lewis dan Alagaout,2007:60.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Rukun Mudharabah
Menurut Karim 2004;205 faktor-faktor yang harus ada rukun dalam akad mudharabah adalah:
1. Pelaku Dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama bertindak sebagai pemilik modal shahib al-mal, sedangkan pihak ke dua bertindak sebagai pelaksana usaha mudharib atau amil
2. Objek Modal dan Kerja Objek yang terdiri dari modal dan kerja merupakan konsekuensi logis
dari tindakan yang dilakukan oleh pelaku. Pemilik modal menyerahkan sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha
menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. 3. Persetujuan kedua Belah Pihak Ijab dan Qabul
Rukun ini merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum sama-sama rela yaitu kedua belah pihak harus secara rela bersepakat
untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. 4. Nisbah Keuntungan
Nisbah keuntungan adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, karena tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan
imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Jenis-Jenis Mudharabah
Menurut Antonio 1999;137 mudharabah terbagi dalam dua jenis yaitu :
1. Mudharabah Muthlaqah
Transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antar shibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi spesifikasi jenis usaha waktu dan daerah bisnis. 2.
Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabahspecified. Mudharabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah mutalaqah. Pihak mudharib dibatasi dengan batasan
jenis usaha, waktu atau tempat usaha.
2.5.3. Aplikasi dalam Perbankan
Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk
pembiayaan dan pendanan. Pada sisi penghimpunan dana al mudharabah biasanya diterapkan pada:
1. Tabungan berjangka Tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji,
qurban dan sebagainya. 2. Deposito biasa.
3. Deposito special special investment.
Universitas Sumatera Utara
Dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijaroh saja.
Sedangkan pada sisi pembiayan mudharabah diterapkan untuk: 1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
2. Investasi khusus: disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan oleh shaibul maal.
2.5.4. Manfaat Mudharabah
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatanhasil
usaha bank, shingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
3. Pengembalian pokok pembiayan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati prudent mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang
kongkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5. Prinsip bagi hasil berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan
tetap menagih nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisisi ekonomi.
2.5.5. Resiko Mudharabah
Resiko yang terdapat pada mudharabah diataranya :
Universitas Sumatera Utara
1. Sid streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja. 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak
jujur.
2.6. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil adalah pembagian keuntungan yang berdasarkan nisbah dalam perjanjian antara deposan dengan mudharib. Nisbah bagi hasil ini
besarannya adalah 51:49, 60:40, atau tergantung pada akad yang disepakati bersama dan bagi hasil yang diterima tergantung dari keuntungan yang
didapat oleh bank.
2.7. Pengertian Bunga
Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah
pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah
pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah
Sudarsono, dalam Raditya;2007
2.8. Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga: Loanable Funds