7. Jumlah cuplikan yang digunakan
8. Suhu
2.5 Spektrofotometri Ultra Violet
Serapan molekul di dalam daerah ultra violet bergantung pada struktur elektronik dari molekul. Apabila suatu molekul menyerap radiasi ultra violet, di
dalam molekul tersebut terjadi perpindahan tingkat energi elektron-elektron ikatan pada orbital molekul paling luar dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat
energi yang paling tinggi Noerdin, 1985;Silverstein, et al., 1986 Spektrum ultra violet dari suatu senyawa biasanya diperoleh dengan
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu cahaya monokromati melalui larutan encer senyawa tersebut.
Sistem gugus atom yang menyebabkan terjadinya absorpsi cahaya disebut kromofor. Kromofor yang menyebabkan terjadinya transisi
σÆσ ialah senyawa yang mempunyai elektron pada orbital molekul
σ, yaitu molekul organik jenuh yang tidak mempunyai atom dengan pasangan elektron sunyi. Senyawa
yang mempunyai transisi σÆσ mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang
sekitar 150 nm. Kromofor yang menyebabkan terjadinya transisi nÆ
σ ialah senyawa yang hanya mempunyai orbital molekul n dan
σ, yaitu molekul organik jenuh yang mempunyai satu atau lebih atom dengan pasangan elektron sunyi. Kromofor
yang menyebabkan terjadinya transisi πÆπ ialah senyawa yang mempunyai
elektron pada orbital molekul π. Senyawa yang mempunyai transisi nÆσ dan
πÆπ mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang sekitar 20 nm.
Universitas Sumatera Utara
Kromofor yang menyebabkan transisi nÆ π ialah senyawa yang
mempunyai orbital molekul n maupun π yaitu senyawa yang mengandung atom
yang mempunyai pasangan elektron sunyi dan orbital π. Senyawa yang
mempunyai transisi nÆ π mengabsorpsi cahaya yang panjang gelombang 200-
400 nm Creswell, et al., 1982; Geissman, 1977.
2.6 Spektrofotometri Infra Merah
Daerah infra merah terletak antara spektrum elektromagnetik cahaya tampak dan spektrum radio, yakni antara 4000 dan 400 cm
-1.
penggunaan spektrofotometri infra merah untuk maksud analisa lebih banyak ditujukan untuk
identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Spektrum infra merah senyawa organik bersifat khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai
spektrum yang berbeda pula Noerdin, 1985. Penafsiran spektrum infra merah dari suatu senyawa yang belum
diketahui haruslah ditujukan pada penentuan ada atau tidaknya beberapa gugus fungsional utama seperti C=O, O-H, N-H, C-O, C=C, C
≡C, C=N, C≡N, dan NO
2
. Langkah-langkah yang umum dilakukan untuk memeriksa pita-pita yang penting
pada hasil spektrum infra merah Pavia, et al., 1988: 1.
Gugus karbonil Gugus C=O memberikan puncak yang kuat pada daerah 1820-1660 cm
-1
2. Bila gugus C=O ada, periksalah gugus-gugus berikut jika C=O tidak ada
langsung ke nomor 3. Asam
: periksalah gugus O-H, merupakan serapan melebar di daerah 3300-2500 cm
-1
Universitas Sumatera Utara
Amida : periksalah gugus N-H, merupakan serapan medium n
didaerah 3500 cm
-1
, kadang-kadang dengan puncak rangkap.
Ester : periksalah gugus C-O, merupakan serapan medium
didaerah 1300-1000 cm
-1
. Anhidrida
: mempunyai dua serapan C=O di daerah 1810 dan 1760 cm
-1
Aldehida : periksalah gugus C-H, merupakan dua serapan lemah
Didaerah 2850 dan 2750 cm
-1
yaitu disebelah kanan serapan C-H
.Keton : kemungkinan bila kelima senyawa di atas tidak ada
3. Bila gugus C=O tidak ada
Alkohol atau fenol : periksalah gugus O-H, merupakan serapan melebar di daerah 3600-3300 cm
-1
yang diikuti adanya serapan C-O di daerah 1300-1000 cm
-1.
Amina : periksalah gugus N-H, yaitu serapan medium di
Daerah 3500 cm
-1
. Eter
: periksalah gugus C-O dan tidak adanya O-H, yaitu Serapan medium di daerah 1300-1000 cm
-1.
4. Ikatan rangkap dua atau cincin aromatik
− Serapan lemah C=C di daerah 1650 cm
-1
− Serapan medium sampai kuat pada daerah 1650-1450 cm
-1
sering menunjukkan adanya cincin aromatik
Universitas Sumatera Utara
− Buktikan kemungkinan di atas dengan memperhatikan serapan pada
daerah C-H aromatik di sebelah kiri 3000 cm
-1
, sedangkan C-H alifatis terjadi di sebelah kanan daerah tersebut.
5. Ikatan rangkap tiga
− Serapan medium dan tajam dari C
≡N di daerah 2250 cm
-1
− Serapan medium dan tajam dari C
≡C di daerah 2150 cm
-1
6. Gugus nitro
− Dua serapan yang kuat di daerah 1600-1500 cm
-1
dan 1390-1300 cm
-1
7. Hidrokarbon
− Apabila keenam serapan di atas tidak ada
−
Serapan C-H alifatis di daerah 3000 cm
-1
− Serapan yang sangat sederhana di daerah 1450 cm
-1
CH
2
dan 1375 cm
-1
CH
3
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini meliputi pengumpulan dan pembuatan simplisia, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, analisis ekstrak
dengan kromatografi lapis tipis, isolasi alkaloida dari ekstrak etanol, uji kemurnian isolat dan karakterisasi isolat dengan spektrofotometri ultra violet dan
spektrofotometri infra merah.
3.1 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Spektrofotometer infra merah QP 5000 Shimadzu, spektrofotometer ultra violet QP 5000
Shimadzu, seperangkat alat penentuan kadar air, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, eksikator, oven listrik Fisher Scientific, neraca analitik Sartorius,
neraca kasar Ohaus, penguap vakum putar Buchi 461, penangas air, blender National, tanur Ney M-525 Series II alat-alat gelas.
3.2 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah biji tumbuhan bunga kupu-kupu Tephrosia vogelii Hook.f.. Bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analisa
E.Merck yaitu: natrium hidroksida, asam asetat anhidrida, asam sulfat, benzen, besi III klorida, bismut III nitrat, etanol 96, eter, etil asetat, iodium,
isopropanol, kalium iodida, kloralhidrat, kloroform, metanol, natrium hidroksida, n-heksan,
α-naftol, petroleum eter, plat pra lapis silika gel 60 F
254
, raksa II klorida, serbuk magnesium, amonia, natrium hidrogen, natrium fosfat, asam
Universitas Sumatera Utara