Aksi dan Penyebaran Gaya pada Bangunan Tingkat Tinggi

- Tahun selesai : 1985 - Ketinggian : 198 m - Jumlah lantai : 43 tingkat Gedung-gedung tersebut merupakan bangunan tingkat tinggi yang menggunakan sistem outrigger. Di Indonesia, penggunaan sistem bracing ini belum terlalu dikenal.

II.3. Aksi dan Penyebaran Gaya pada Bangunan Tingkat Tinggi

Beban-beban yang bekerja pada suatu struktur dapat ditimbulkan oleh alam maupun oleh manusia sendiri. Oleh karena itu, terdiri dari dua sumber utama untuk pembebanan bangunan yaitu dari aspek geofisika dan manusia. Gaya geofisika yang merupakan hasil dari perubahan alam yang terus berlangsung, dapat diklasifikasikan lagi ke dalam gaya gravitasional, meteorologikal dan seismologikal. Sebagai akibat dari gravitasi, berat dari bangunan itu sendiri telah menghasilkan gaya strukturnya tersendiri yang dinamakan beban mati dead load. Beban ini terhitung konstan karena berjalan sesuai dengan usia bangunannya. Beban-beban meteorologikal sangat bervariasi dalam hal bentuk, waktu dan juga lokasi yang dapat berupa angin, temperatur, kelembapan, hujan, salju maupun es. Beban-beban seismologikal merupakan dampak dari gerakan tanah atau bumi yang tidak terprediksi bencana alam seperti beban gempa. Sumber gaya yang diciptakan oleh manusia dapat berupa variasi dari getaran ataupun tekanan yang ditimbulkan dari mobil, eskalator, mesin dan sebagainya. Ataupun dapat berupa langkah kaki manusia dan juga peralatan yang dapat menghasilkan dampak terhadap bangunan. Struktur bangunan bertingkat tinggi yang terdiri dari bidang-bidang vertikal seperti rangka beserta bidang horizontal berupa struktur lantai. Gaya gravitasi dan lateral disebar melalui struktur lantai ke bidang-bidang vertikal bangunan, lalu dari bidang-bidang itu ke bumi. Intensitas arah dan jenis aksi dari aliran gaya bergantung pada bentuk bidang-bidang vertikal dan juga pada susunannya didalam bangunan. Pada bangunan tingkat tinggi, kekakuan yang memadai sangat diperlukan untuk dapat menahan gaya lateral akibat angin ataupun gempa. Gaya-gaya ini menimbulkan tegangan yang besar dan menyebabkan pergerakan ke samping atau getaran. Dengan demikian, suatu jenis pengaku harus disediakan pada arah memanjang dan melintang bangunan. Gaya-gaya lateral disebarkan melalui lantai yang bertindak sebagai balok horizontal ke bidang-bidang bangunan vertikal yang diperkaku. Selanjutnya bidang-bidang ini meneruskan gaya ke pondasi. Hanya sambungan geser antara bidang-bidang horizontal dan bidang-bidang vertikal dapat meneruskan gaya lateral. Sambungan sendi atau rol di antara bidang-bidang tersebut hanya meneruskan beban gravitasi. Jumlah dan jenis sistem penyebaran lateral akan menimbulkan besarnya tekanan yang bekerja pada permukaan tanah. Oleh karena itu, tekanan yang bekerja terhadap tanah yang melebihi batas harus dihindari. Sistem rangka kaku dalam pemodelan struktur merupakan suatu rangka struktur yang gaya-gaya lateralnya dipikul oleh sistem struktur dengan sambungan-sambungannya direncanakan secara kaku dan komponen strukturnya direncanakan untuk memikul efek dari gaya aksial, gaya geser, lentur, dan torsi. Gambar II.5 – Contoh Pemasangan Outrigger pada Dearborn Center, Chicago, Illinois, Amerika Serikat Exterior Column Shear Wall Diagonal to bottom chord connections shall be left loose for approximately 360 days after outrigger tr uss has been installed

BAB III RESPON BEBAN ANGIN PADA

BANGUNAN TINGKAT TINGGI III.1. Beban Angin Selain beban gempa, permasalahan beban angin juga menjadi hal yang utama dalam perencanaan bangunan tingkat tinggi karena berpengaruh pada kekuatan bangunan dan juga menyangkut masalah kenyamanan serviceability dari pengguna bangunan tersebut. Untuk memahami semua masalah angin dan memprediksi karakteristik angin secara ilmiah mungkin merupakan suatu hal yang mustahil. Hal ini disebabkan oleh pengaruh beban angin pada bangunan yang bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan. III.1.1. Kecepatan Angin Karakter dinamis dari angin dapat dilihat pada gambar III.1. Kecepatan angin didapat dari ketinggian spesifik pada bangunan, dengan indikasi dari dua fenomena yaitu kecepatan angin yang konstan dan kecepatan tekanan angin yang bervariasi. Alhasil, angin mempunyai dua komponen yaitu statis dan dinamis. Secara umum, kecepatan angin terus bertambah seiring dengan pertambahan ketinggiannya, seperti yang ditunjukkan gambar III.2. Tingkat pertambahan kecepatan angin ini merupakan faktor dari kekasaran tanah, yang awalnya diperlambat dari tanah hingga makin cepat sesuai pertambahan ketinggian. Semakin banyak halangan pada keadaan sekeliling pohon, gedung, rumah, dsb, ketinggian yang diperlukan angin untuk mencapai kecepatan maksimum V max juga semakin besar.