Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Diabetes melitus DM adalah penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan insulin yang bersifat absolut dan relatif karena produksi insulin yang rendah dari pankreas atau kurangnya reaksi jaringan perifer terhadap insulin. 1 Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terus meningkat prevalensinya di seluruh dunia. 2 Pada tahun 2003 sekitar 194 juta orang menderita DM di seluruh dunia, dimana mencapai 5,1 dari populasi dunia. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 333 juta, atau 6,3 dari populasi dunia pada tahun 2025. 1 Di Amerika Serikat, diperkirakan 23,6 juta penduduk mengalami DM, 90 –95 diantaranya menderita DM Tipe II. Walaupun dapat terjadi pada semua usia, DM Tipe II umumnya didiagnosis setelah berumur 40 tahun. 2 Menurut Dinas Kesehatan Kota Medan, DM di Medan pada bulan September-Oktober 2009 merupakan penyakit dengan penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah penderita Jantung Koroner atau penyakit lainnya. 3 Diabetes melitus memiliki komplikasi dalam bentuk akut atau kronis yang menyerang berbagai organ tubuh seperti mata, kulit, ginjal, pembuluh darah, dan juga struktur dalam rongga mulut. 4 Komplikasi oral pada penderita DM antara lain periodontitis dan gingivitis, xerostomia, burning mouth syndrome BMS, karies, Universitas Sumatera Utara penyakit pada mukosa mulut seperti lichen planus, gangguan pengecapan dan kerusakan neurosensoris. 5 Burning mouth syndrome merupakan salah satu komplikasi oral yang sering ditemukan pada penderita DM. 6 Burning mouth syndrome adalah sensasi nyeri terbakar pada mukosa oral tanpa adanya kelainan. 7 Pada kebanyakan penderita BMS, sensasi terbakar dimulai pada pagi hari, semakin parah menjelang sore, dan berkurang pada malam hari. Pasien yang mengalami BMS tidak hanya merasakan sensasi terbakar yang semakin memburuk menjelang sore tetapi juga dapat mengalami kesulitan untuk tidur atau terbangun dari tidur di malam hari. BMS dapat menjadi lebih buruk pada saat stres, lelah, terlalu banyak berbicara dan makan makanan pedas. Rasa sakit ini dapat hilang dengan makanan dingin, kerja dan istirahat. 8,9 Burning mouth syndrome merupakan penyakit yang harus diwaspadai karena tidak hanya menyebabkan rasa sakit tetapi juga dapat memberikan dampak yang merugikan bagi penderitanya. Rasa sakit pada BMS menyebabkan ketidaknyamanan dan kegelisahan dan ini dapat mengakibatkan pasien lekas marah, cemas, depresi dan sudah pasti mengganggu kualitas hidup pasien. 9 Hubungan antara BMS dengan DM Tipe II masih belum jelas, akan tetapi menurut beberapa penelitian DM Tipe II memainkan peran dalam terjadinya BMS. 10 Beberapa literatur mengatakan terjadinya BMS pada DM Tipe II turut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penurunan fungsi kelenjar saliva, dan infeksi kandida. 11 Menurut penelitian Khaznadar dan Mahmoud 2006 pada pasien DM Tipe II di salah satu rumah sakit di Kurdistan, Irak sebanyak 32,5 dari 257 pasien Universitas Sumatera Utara mengalami BMS. 12 Penelitian lebih lanjut oleh Gupta dan Kumar 2011 pada 100 orang penderita DM Tipe II terkontrol dan tidak terkontrol di Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosis dan Radiologi di Fakultas Kedokteran Ragas dan RS Chennai, Tamil Nadu, India, sebanyak 8 16 pasien DM Tipe II terkontrol dan 20 40 pasien DM Tipe II tidak terkontrol mengalami BMS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan penderita DM Tipe II tidak terkontrol lebih berisiko mengalami BMS berbanding penderita DM Tipe II terkontrol. 13 Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Shrimali dkk 2011 memperoleh hasil yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 50 orang pasien DM Tipe II dari Fakultas Kedokteran Geetanjali dan RS Udaipur, India. Hasil dari penelitian ini menunjukkan 8 32 dari 25 orang pasien DM Tipe II terkontrol menderita BMS, sedangkan 6 24 dari 25 orang pasien DM Tipe II tidak terkontrol menderita BMS. 14 Berdasarkan latar belakang, masih terdapat perbedaan hasil penelitian tentang hubungan antara DM dengan BMS. Penelitian tentang hubungan antara DM Tipe II terkontrol dan tidak terkontrol dengan BMS menunjukkan hasil yang bertentangan satu dengan lainnya. Sehubungan itu, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk melihat hubungan antara DM Tipe II terkontrol dan tidak terkontrol dengan terjadinya BMS. Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah Rumusan Umum: