Sanksi Pelanggaran HPH PEMANFAATAN KAYU HUTAN OLEH PEMEGANG HPH HAK

Dalam pengusahaan hutan tropik di luar jawa, pesatnya kegiatan pembalakan sebagai usaha peningkatan produksi kayu telah menimbulkan semakin bertambahnya areal bekas penebangan dalam hutan produksi. Keadaan ini apabila tidak diimbangi dengan usaha-usaha pembinaan hutan yang terencana akan menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas dari areal hutan yang diusahakan. 83

H. Sanksi Pelanggaran HPH

Dalam Undang-Undang 41 tahun 1999 tentang kehutanan diatur tentang sanksi-sanksi terhadap pelanggaran dalam pengusahaan hutan oleh pemegang HPH yaitu: 1. Sanksi administratif Penerapan sanksi administratif merupakan salah satu cara penegakan hukum di bidang kehutanan yang paling efektif, karena dalam penerapannya tidak melalui proses yang panjang dan berbelit-belit. Pejabat berwenang seperti Menteri Kehutanan atau kantor Wilyah Departemen Kehutanan dapat menjatuhkan sanksi secara sepihak terhadap pemegang izin HPH. 84 Berdasarkan dengan pasal 80 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang berbunyi: a. Setiap perbuatan melanggar hukum yang diatur dalam undang-undang ini, dengan tidak mengurangi sanksi pidana sebagaimana diatur dalam 83 . Riset Status Bidang Hutan Alam dan Kawasan Konservasi, Jakarta: Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2003 , h. 4 84 . Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, h. 147 Pasal 78, mewajibkan kepada penanggung jawab perbuatan itu untuk membayar ganti rugi sesuai dengan tingkat kerusakan atau akibat yang ditimbulkan kepada Negara, untuk biaya rehabilitasi, pemulihan kondisi hutan, atau tindakan lain yang diperlukan. b. Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan, atau izin pemungutan hasil hutan yang diatur dalam undang-undang ini, apabila melanggar ketentuan di luar ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 78 dikenakan sanksi administratif. c. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dan ayat 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Ada tiga unsur pelanggaran yang menyebabkan terkenanya sanksi administratif dalam Pasal 1 Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493Kpts- II1989 yaitu: adanya perbuatan yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku, tidak dipenuhinya kewajiban yang ditentukan dan unsur kesengajaan atau kelalaian dari pemegang izin HPH. 85 Sanksi-sanksi diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493Kpts- II1989 sebagai berikut: 1. Penghentian pelayanan administratif untuk sementara waktu; adapun sebab-sebabnya adalah: tidak disahkan Usulan Rencana Karya Lima 85 . Ibid , h 147-148 Tahunan URKLT, tidak disahkan Usulan Rencana Karya Tahunan URKT, dipindahkannya peralatan eksploitasi hutan tanpa izin, Tidak terpenuhinya kewajiban membuat laporan tentang jumlah, jenis dan tipe peralatan eksploitasi hutan dan mengoperasikan peralatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. 86 2. Penghentian penebangan untuk jangka waktu tertentu, adapun sebab- sebabnya adalah: tidak menyerahkan URKT atau Usulan Badan Kerja UBK, tidak melaksanakan tata batas atau tidak membayar biaya tata batas areal HPH pada waktu yang ditentukan, memindahkan peralatan eksploitasi hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang dan mengoperasikan peralatan yang tidak sesuai dengan yang dilaporkan atau yang tercantum dalam Rencana Karya Tahunan. 87 3. Pengurangan target produksi, adapun sebab-sebabnya adalah: terlambat menyerahkan Usulan Rencana Karya Tahunan URKT atau Badan Kerja BK menurut waktu yang telah ditentukan, tidak menyerahkan potret udara dan penafsirannya, tidak memperkerjakan tenaga teknis kehutanan sesuai dengan ketentuan, tidak memenuhi kewajiban, seperti tidak 86 . Ibid, h 148-149 87 . Ibid, h 149-150 meninggalkan tegakan tinggal, tidak membuat persemaian, tidak memelihara tegakan dan atau tidak melakukan perlindungan hutan. 88 4. Pengenaan denda, adapun sebab-sebabnya adalah: melakukan penebangan kayu sebelum Rencana Karya Tahunan disahkan, melakukan penebangan kayu di luar blok tebangan yang telah ditentukan, melakukan penebangan secara ulang tanpa izin dari pejabat yang berwenang, melakukan penebangan pohon inti dan atau yang dilindungi, melakukan penebangan terhadap pohon induk tanpa izin, melakukan penebangan kayu pada TPTI yang melebihi toleransi target 5 dari target volume yang ditentukan dalam Rencana Karya Yahunanmelakukan penebangan kayu berdiameter di bawah ukuran yang ditetapkan,melakukan penebangan dalam rangka pembuatan jalan di luar blok Rencana Karya Tahunan tanpa izin, 89 5. Pencabutan Hak Pengusahaan Hutan HPH, sanksi pencabutan izin Hak Pengusahaan Hutan HPH diatur dalam pasal 1 Keputusan menteri Kehutanan Nomor 393Kpts-II1994 tentang Perubahan pasal 5 Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493Kpts-II1989 tentang Sanksi atas Pelanggaran di Bidang Erksploitasi Hutan. Ada sepuluh jenis pelanggaran yang dijatuhkan sanksi ini yaitu: a. Melanggar ketentuan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1970 Tentang Hak Pengusahaan Hutan; ada enam jenis pelanggaran 88 . Ibid, h 150-151 89 . Ibid, h 151-152 dalam peraturan pemerintah itu, yaitu: 1. Tidak membayar iuran Hak Pengusahaan Hutan pada waktu yang telah ditentukan, 2. Tidak membayar iuran hasil terhadap kayu yang telah dikeluarkan dari areal pengusahaan hutannya sesuai ketentuan yang berlaku, 3. tidak menyerahkan Rencana Karya Tahunan RKT, Rencana Karya Lima Tahunan RKLT dan Rencana Pengusahaan Hutan RPH, 4. Meninggalkan arealnya sebelum Hak Pengusahaan Hutan Berakhir, 5. Tidak mendirikan industri pengolahan hasil hutan, 6. Tidak mengindahkan teguran dan peringatan tiga kali berturut-turut dari pejabat yang berwenang. b. Mengontrakkan dan atau menyerahkan seluruh kegiatan pengusahaan hutan kepada pihak lain tanpa izin Mneteri Kehutanan, c. Tidak membangun industri dan atau tidak mempunyai kaitan dengan industri lain dalam bentuk pemilikan saham, d. Tidak menyerahkan Usulan Rencana Karya Lima Tahunan selam dua tahun berturut-turut, e. Tidak secara aktif melakukan kegiatan kegiatan produksi di lapangan selam dua tahun berturut-turut, f. Tidak mempunyai dan memperkerjakan tenaga teknis kehutanan, g. Meninggalkan areal kerja Hak Pengusahaan Hutan dan pekerjaannya sebelum Hak pengusahaan Hutan berakhir selama dua tahun berturut- turut, h. Memindahtangankan perusahaan Hak Pengusahaan Hutannya kepada pihak lain tanpa persetujuan Menteri Kehutanan, i. Melanggar ketentuan yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 dan atau peraturan lainnya yang berkaitan dengan bidang kehutanan, j. Melakukan penadahan kayu oleh Industri Pengolahan Kayu Hulu IPKH milik pemegang Hak Pengusahaan Hutan. 90 Pencabutan izin Hak Pengusahaan Hutan pada huruf a sampai huruf f baru dilakukan setelah diberi peringatan berturut-turut tiga kali dengan jangka waktu setiap peringatan 30 hari, sedangkan dari huruf g sampai huruf j dilakukan tanpa peringatan. 91 2. Sanksi Pidana Sanksi pidana diatur dalam pasal 78 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 dan. Ada empat macam hukuman yang diatur dalam kedua pasal tersebut, yaitu: Ada sepuluh kategori perbuatan pidana di bidang kehutanan yang dapat di hukum dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 78 ayat 1 sampai dengan ayat 11 UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, yaitu sebagai berikut: a. Merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan dan kerusakan hutan dikenakan hukuman penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda 90 . Ibid, h. 152-253 91 . Ibid, h. 154 Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. Pasal 78 ayat 1 UU Nomor 41 Tahun 1999; b. membakar hutan, ada dua macam kategori dalam tindak pidana ini yaitu pasal 78 ayat 2 membakar hutan dengan sengaja dihukum penjara paling lama 15 lima belas Tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,- sepuluh miliar rupiah sedangkan ayat 3 membakar hutan dengan kelalaiannya dihukum penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. Pasal 78 ayat 2 dan ayat 3 UU Nomor 41 Tahun 1999, c. menebang pohon dan memiliki hasil hutan secara illegal, dihukum dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. Pasal 78 ayat 3 UU Nomor 41 Tahun 1999, d. melakukan penambangan dan eksplorasi serta eksploitasi bahan tambang tanpa izin, dihukum dengan penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. Pasal 78 ayat 5 UU Nomor 41 Tahun 1999, e. Memiliki hasil hutan tanpa surat keterangan, dihukum dengan penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000,- sepuluh juta rupiah. Pasal 78 ayat 6 UU Nomor 41 Tahun 1999, f. Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan, dihukum dengan penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000,- sepuluh juta rupiah. Pasal 78 ayat 7 UU Nomor 41 Tahun 1999, g. Membawa alat-alat berat tanpa izin, dihukum dengan penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,- lima miliar rupiah. Pasal 78 ayat 8 UU Nomor 41 Tahun 1999, h. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untukl menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam hutan, dihukum dengan penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,- satu miliar rupiah. Pasal 78 ayat 9 UU Nomor 41 Tahun 1999, i. Membuang benda-benda yang berbahaya ke dalam kawasan hutan, dihukum dengan penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,- satu miliar rupiah. Pasal 78 ayat 10 UU Nomor 41 Tahun 1999, j. Membawa satwa liar dan tumbuh-tumbuhan yang dilindungi dari kawasan hutan, dihukum dengan penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,- lima puluh juta rupiah. Pasal 78 ayat 11 UU Nomor 41 Tahun 1999. 92 Setelah semua telah diuraikan diatas penulis melihat bahwa sanksi dalam pemanfaatan kayu hutan oleh pemegang HPH adalah sanksi administrasi yang terdiri dari: penghentian pelayanan administrasi untuk sementara waktu, penghentian penebangan untuk jangka waktu tertentu, pengurangan target 92 . Salim, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, h. 156-160 produksi, pengenaan denda, pencabutan hak pengusahaan hutan. Sanksi pidana dalam hal ini adalah sanksi yang paling berat jika melakukan pembakaran hutan secara sengaja dihukum 15 tahun penjara dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,-b sepuluh miliar rupiah dan yang paling ringan adalah menggembalakan ternak di kawasan hutan dihukum penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000,- spuluh juta rupiah. Sanksi dalam kegiatan pemanfaatan hutan oleh pemegag HPH menurut penulis sudah baik dan benar begitu juga dengan perizinannya yang sulit terlihat bahwa pemanfaatan kayu hutan oleh pemegang HPH dibutuhkan keseriusan dan profesional, tapi kenyataan banyak hutan yang gundul, dalam hal ini pemerintah kurang dalam pengawasan terhadap perusahaan yang memegang HPH, sehingga mereka merasa bebas dalam melakukan pembalakan tanpa ada upaya reboisasi. ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN KAYU HUTAN OLEH PEMEGANG HPH DALAM HUKUM POSITIF

D. Tujuan Pemanfaatan Kayu Hutan Dalam Hukum Positif Persfektif Hukum