KESIMPULAN DAN SARAN PENDIDIKAN

BAB IV. UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH JANDA APABILA PEMBAGIAN WARISAN SUAMI YANG MENINGGAL DUNIA TIDAK DAPAT DISELESAIKAN MENURUT HUKUM ADAT WARIS BALI. A. Di Luar Pengadilan .................................................................... 113 B. Di Dalam Pengadilan ................................................................. 123

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 129 B. Saran ........................................................................................... 131 DAFTAR PUSTAKA ix Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISTILAH Atamanas Tusti : rasa puas pada diri Budhiwisesa : adanya niat Dewayadnya : upaca khusus yang di tunjukkan kepada sinar Tuhan Yang Maha Esa sebagai rasa wujud terima kasih. Dharma : kaedah-kaedah Drew Kaliliran : warisan Kawin Nyeburin : pihak laki-laki masuk kedalam keluarga mempelai wanita. Kewangsaan : peranan wanita dari suatu kasta melalui perkawinan Manusayadnya : upacara khusus untuk kesejahteraan dan keselamatan bagi anggota keluarga yang masih hidup. Pitrayadnya : upacara khusus untuk anggota keluarga yang telah meninggal. Purusa : keturunan laki-laki Sadacara : acara yang berupa adat istiadat setempat Sentana Rajeg : anak perempuan yang diberi status sebagai anak laki-laki Udhara : hak lebih Ugeran : hukum Wangsa Ksatria : seorang wanita berkasta rendah tidak boleh duduk bersanding dengan Wangsa Baja mempelai laki-laki pada saat diadakannya upacara perkawinan. Weda Sruti : Wahyu x Universitas Sumatera Utara ABSTRAKS Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturan yang merupakan suatu kebulatan berdasarkan atas kesatuan alam fikiran. Begitu pula halnya hukum adat, sistem hukum adat bersendi atas dasar alam fikiran bangsa Indonesia, yang tidak sama dengan alam fikiran yang menguasai sistem hukum Barat. Untuk dapat sadar akan sistem hukum adat, orang harus menyelami dasar-dasar alam fikiran yang hidup didalam masyarakat Indonesia. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain. dilengkapi dengan pendekatan yuridis normatif dan disamping itu untuk mendukung hasil penelitian ini maka dilakukan penelitian lapangan dengan cara wawancara kepada narasumber. Dengan demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam prinsip penarikan garis keturunan pada sistem sosial yang lama kedudukan peranan wanita dan janda Bali dapat dikatakan tidak ada, karena secara umum norma yang berlaku untuk sistem tersebut adalah bersifat patrilineal. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan masyarakat maka norma tersebut, pada sistem penarikan garis keturunan telah bergeser. perempuan yang berkedudukan sebagai janda dalam suasana adat Bali, janda sesungguhnya bukanlah orang yang harus ditelantarkan, dan bukan pula orang yang bisa diusir seenaknya, tetapi sebagai janda yang menjalankan dharmanya sebagai janda akan selalu bertekun terhadap kewajibannya, memelihara anaknya dengan baik, mengurusi kekayaan suami dengan baik, mengurusi pura keluarga dengan sepenuh hati, serta tidak menghamburkan kekayaan almarhum. Status janda sebagai pengurus karta atas harta warisan itu terbatas hak dan wewenangnya pada pengurusan saja dan bukan menguasai secara mutlak, demikian pula misalnya kalau pengurusan itu dilakukan oleh salah satu dari anak pewaris. Dalam hukum adat yang dipergunakan dalam peradilan raad kerta mengenai pewarisan berdasarkan catur uddhara diuraikan pengaruh perkawinan dan sistem pembagian warisan berkenaan dengan jumlah isteri. Dengan demikian ada 4 empat kemungkinan yaitu, seorang Brahmana dengan isteri 4 harta dibagi atas sepuluh bagian, seorang Ksatria dengan istri 3 harta dibagi atas enam bagian, seorang Waisya dengan isteri 2 harta dibagi tiga, seorang Sudra dengan isteri satu harta tidak dibagi. Dan upaya yang dilakukan oleh janda apabila pembagian warisan suami yang meninggal dunia adalah melalui jalur pengadilan dan melalui balai adat setempat. Kata Kunci : Kedudukan Janda Dan Hukum Waris Adat Bali i Universitas Sumatera Utara ABSTRACT A law is a system in which regulations are the unity of the world of ideas. It is true for the Indonesian customary law since it is based on the Indonesian world of ideas which are far different from the Western ideas. In order to be aware of the customary law, we should understand the basic ideas which exist in the Indonesian society. This research was analytic descriptive; that is, the analysis of the data was based on the general legal theory which was used to explain the other sets of data and provided by normative judicial approach. Besides that, field research was done by interviewing the source persons. It can be deduced that, in principle, in the drawing from the line of descent in the old social system, there is no status of Balinese women and widows, for, in general, the norm of the system is patrilineal. Since the social life develops and improves, this norm also changes. Balinese widows cannot be neglected and displaced anymore. They are really the women who always perform their duties seriously, take care of their children properly, take care of their late husbands property well, look after the familys temples heartily, and never squander their late husbands wealth. The widows only function as the persons who only look after karts the inheritance. They are not allowed to control the inheritance unconditionally. This also happens to their children who look after the inheritance. The customary law of raad kerta jurisdiction about inheritance, based on catur uddhara, contains the marriage influence and the allocation of the inheritance concerning the number of wives. Thus, there are four possibilities: fora Brahmans with four wives, the inheritance is divided into ten equal parts, for a Ksatria with three wives, the inheritance is divided into six equal parts; for a Waisya with two wives, the inheritance is divided into three equal parts; and for a Sudra with one wife, the inheritance is not divided. The widows can obtain the inheritance through legal means or through local ceremonial hall. Keywords: Status of Widows And Balinese Customary Law of Inheritance ii Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN