Klasifikasi Harta Warisan PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM WARIS ADAT BALI

B. Klasifikasi Harta Warisan

Menurut Undang-undang Perkawinan harta benda perkawinan itu meliputi, harta yang diperoleh selama perkawinan berlangsung, disebut sebagai harta bersama, harta bawaan dari masing-masing suami dan istri, harta yang diperoleh masing- masing sebagai hadiah atau warisan. 85 Secara normatif, terdapat perbedaan yang tajam antara penguasaan harta bersama dan penguasaan harta bawaan, harta hadiah danatau harta warisan selama perkawinan berlangsung. Harta bawaan, harta hadiah, harta warisan berada di bawah penguasaan masing-masing suami atau istri, artinya pihak yang menguasai harta tersebut dengan bebas dapat melakukan apa saja terhadap hartanya itu, tanpa memerlukan persetujuan pihak lain. Sedangkan harta bersama berada di bawah penguasaan bersama suami-istri , sehingga jika salah satu pihak, suami atau istri, ingin melakukan perbuatan hukum atas hartanya itu, seperti menjual, mengagadaikan, dan lain-lain, harus mendapat persetujuan dari pihak lainnya. Didalam pewarisan sering timbul berbagai masalah pertimbangan hukum mengenai harta perkawinan, harta yang terjadi dalam perkawinan mempunyai banyak aspek tergantung bagaimana pembentukannya. Dalam perkawinan, terjadinya harta perkawinan mempunyai latar belakang tersendiri karena didalam hukum Hindu perkawinan tidak menjadikan harta itu sebagai harta bersama secara otomatis melainkan melalui proses yang panjang. 86 Hukum Perdata Barat menentukan harta warisan terbuka pada saat pewaris meninggal dunia. Ahli waris yang berhak atas hartawarisan, pada saat yang sama 85 Pasal 35 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 86 I Ketut Artadi, Hukum Adat Bali Dengan Aneka Masalahnya, Pustaka Bali Post, Denpasar, 2003, hal.125. Universitas Sumatera Utara mulai memikul suatu kewajiban disamping hak di atas. Kewajiban untuk memikul segala beban yang timbul karena harta warisan itu, atau kalau pun mau lepas dari kewajiban dimaksud ahli waris bias menolak seluruh harta warisan. Namun pada dasarnya, harta warisan mulai terbuka dan dapat dilakukan pembagian warisan oleh masing-masing ahli waris adalah pada saat pewaris meninggal dunia. Hutang-hutang dan piutang si pewaris dipikul secara perorangan menurut jumlahnya bagian warisan yang diterima masing-masing. Ketentuan Hukum Perdata Barat BW yang jelasnya dapat dilihat dalam pasal 1101 BW, dan ketentuan ini berlaku untuk golongan Eropah dan Tionghoa. Tetapi untuk golongan pribumi rakyat Indonesia ketentuan ini hanyalah dapat dipakai sebagai perimbangan, sebab untuk masing-masing penduduk di Indonesia ini, sistem hukum kewarisan nasional yang mengatur kehidupan penduduk masih tengah di tuju dengan berlandaskan kepada hukum adat. Menyinggung hukum adat dalam kewarisan tidak dapat begitu menyamaratakan diseluruh negeri ini, khusus dalam hal kewarisan sistem hukum yang sekarang masih mendasarkan kepada pegangan sistem kekeluargaan yang dianut oleh masing-masintg suku di Indonesia. Pada umumnya harta warisan dalam perkawinan dapat dibagi menjadi 3 tiga bentuk. Ketiga bentuk itu adalah : 1. Harta pusaka Tentang harta pusaka, dimana dalam pewarisannya harta itu akan tetap dipertahankan dilingkungan keluarga yang masih lekat tanggung jawab dan kewajibannya kepada tempat-tempat persembahyangan. Harta pusaka ini Universitas Sumatera Utara dipertahankan secara ketat dan ditekan kemungkinan dibawanya harta itu keluar lingkungan keluarga. Harta Pusaka adalah asal mula dalam pemanfaatannya terkandung makna bulat material dan immaterial. 87 Harta pusaka adalah harta peninggalan yang dikuasakan untuk mengurusnya pada waktu pewarisan terdahulu, dimana harta ini tetap merupakan harta bersama dari keluarga semula yang tidak akan di bagi-bagi diantara para ahli warisnya. 2. Harta bawaan Harta bersama yang disebut harta gono gini atau guna kaya dibedakan dari harta semula karena tidak dikenal harta bersama tanpa melalui proses tersendiri. Pada dasarnya harta bersama dalam arti yang sebenarnya hanya harta yang diperoleh selama perkawinan dan tidak terhadap harta yang dibawa sebelum perkawinan. 88 Harta ini mempunyai arti dan kedudukan tersendiri terhadap para pihak, walaupun demikian tentang penggunaan harta masing-masing itu untuk kepentingan seluruh keluarga, tidak dibatasi oleh undang-undang artinya dibenarkan untuk mempergunakan harta bawaan masing-masing untuk kepentingan pemeliharaan keluarga. Harta bawaan adalah harta yang dibawa masuk oleh mempelai laki-laki maupun perempuan kedalam perkawinan. Harta-harta yang dibawa masuk kedalam perkawinan ini dapat berbentuk harta jiwa dhana, tetatadan, akas jaya. 87 Ibid, hal. 29. 88 Ibid. Universitas Sumatera Utara Harta jiwa dhana adalah harta yang diberikan kepada wanita menuju keperkawinan oleh orang tuanya sebagai bekal untuk kawin. Harta tetatadan adalah harta yang dibawa kedalam perkawinan yang terjadinya karena pewarisan atau bias terjadi karena sukarela dari pewaris. Tatad artinya bawa atau tarik. Sedangkan harta akas kaya adalah hasil jerih payah mempelai sebelum kawin, dan kemudian harta hasil jerih payah itu dibawa masuk kedalam harta perkawinan. Tentang harta-harta diatas, disimpulkan bahwa masih terdapat dua pendapat, pertama mengatakan setelah 3-5 tahun harta-harta di atas dikatakan menjadi harta bersama druwe gabro, sedangkan pendapat kedua berpendirian bahwa harta itu tetap menjadi milik masing-masing. Terhadap keadaan ini sistem pewarisannya juga mengikuti menjadi harta perkawinan. 89 Seperti didaerah Jembrana bentuk pendapat pertama yang dianut, sehingga jika salah satu pihak meninggal dunia setelah perkawinan berlangsung 3-5 tahun maka pihak lainlah yang akan mewarisi harta tersebut, dan untuk janda dalam ini hak mewarisinya berarti dalam batas-batas mengurus untuk kepentingan-kepentingan ahli waris, atau dengan kata lain harta ini statusnya sudah sama dengan harta perkawinan pencarian bersama, sehingga perlakuan hukum terhadap harta itu adalah sama dengan harta perkawinan. Sedangkan pendapat kedua, maka harta-harta itu tetap lekat kepada pihak- pihak walaupun salah satu pihak telah meninggal dunia, artinya jika salah satu pihak 89 Hasil Diskusi Hukum Waris Adat Bali, Tanggal 6 Maret 1999. Universitas Sumatera Utara meninggal dunia ataupun bercerai, maka harta bawaan itu akan kembali ketangan masing-masing. 90 3. Harta perkawinan Mengenai harta perkawinan yaitu harta yang diperoleh dalam perkawinan guna kaya ataupun harta yang dicari atau dihasilkan bersama-sama oleh kedua mempelai sebelum perkawinan dan kemudian dibawa masuk kedalam perkawinan adalah merupakan kekayaan yang dihadapi dengan hak sama oleh kedua belah pihak. Jika terjadi perceraian, maka harta ini akan dibagi dua sama rata dan masing- masing pihak berhak bagiannya masing-masing. 91 Untuk meneliti pembagian secara adil terhadap apa yang dinamakan harta perkawinan, memerlukan pengamatan terhadap jalan dari didapatnya hasil-hasil dalam perkawinan itu. Suatu kasus, seorang makelar tanah telah berhasil dengan sukses dalam mata penchariannya mendapatkan tanah-tanah hasil komisi dengan luas puluhan hektar. Isterinya tidak ikut langsung dalam bisnis ini, tetapi hanya bertugas memasakkan nasi buat suaminya di rumah, lalu oleh sebab itu kemudian terjadi perceraian, umumnya pengadilan akan melihat kebiasaan setempat. Sebab ada pula yang menganut pembagian harta guna kaya satu bagian untuk suami dan setengah untuk isteri. Tentu didalam kasus seperti di atas, maka asas keadilan yang mendekati perlu dibentangkan diatas persoalan ini, dalam hukum perkawinan, begitu mempelai memasuki pintu gerbang perkawinan tidak dikenal 90 Ibid. 91 Ibid, hal. 31. Universitas Sumatera Utara istilah masing-masing pihak boleh mengakui harta pencariannya selama perkawinan adalah harta pencarian masing-masing. Hal ini penting mengigat rasa keadilan di dalam hukum adat bukanlah milik pihak-pihak saja, tetapi rasa keadilan itu pada hakikatnya merupakan pencerminan dari ketentraman dan penjaminan Menyinggung seluk beluk kewarisan di Bali, otomatis pegangan yang harus diingat adalah bahwa harus diingat di pulau Bali dianut sistem kekeluargaan patrilineal, artinya hanya laki-laki saja yang prinsipnya berhak mewarisi, dan anak- anak perempuan hanyalah boleh menikmati saja harta warisan ibu selama belum dibagi oleh para ahli waris. 92 Didalam hal anak perempuan tidak kawin selama umurnya, tetapi harta warisan sudah terbuka maka untuk kelanjutan hidup dari anak perempuan ini, dilakukan menurut kebijaksanaan masing-masing keluarga laki-laki, kebijaksanaan ini masih pula belum bias menegakkan keteguhan bagi jaminan kelanjutan nafkah dari anak perempuan yang tidak kawin sepanjang umurnya. Sebab ada kalanya jika para ahli waris laki-laki semuanya tidak mau mengajak anak perempuan ini, maka tidak ada ketentuan yang menegaskan akan kelanjutan nasib dari anak-anak perempuan seperti itu. Sesungguhnya dalam keadaan seperti itu keputusan hakimlah yang merupakan kunci keselamatan, itu pun kalau anak perempuan tersebut mengajukan gugatan secara perdata ke Pengadilan, sebab pada umumnya anak-anak perempuan di Bali secara otomatis menyadari bahwa tidak berhak sama sekali atas harta apapun. 92 Wawancara dengan Luh Made Karnasih, tanggal 15 Juli 2010. Universitas Sumatera Utara Hal ini ada pula hubungannya dengan kewajiban-kewajiban keagamaan yang mesti dipikul yang tidak sama dengan anak laki-laki, khususnya dalam soal mengadakan pengabenan. Sistem kewarisan di Bali tidaklah selesai dan terbuka secara otomatis setelah pewaris meninggal dunia, sebab setelah pewaris meninggal dunia masih perlu diingat serentetan kewajiban yang sama sekali tidak boleh dipisahkan dengan harta warisan yang ditinggalkan itu. Seperti halnya dalam hukum perdata Barat, harta warisan terbuka sudah boleh di bagi setelah pewaris meninggal dunia dan untuk sistem kewarisan di Bali keadaan seperti itu sama sekali tidak bias diterapkan. Memang masih sulit ditegaskan tentang harta kapan harta warisan mulai terbuka di Bali, hanya yang jelas pihak penegak hukum khususnya hakim perlu mulai memperjelaskan kehati-hatiannya jika sudah berhadapan dengan masalah kapan harta warisan itu terbuka, khususnya didalam hal ahli waris tidak seluruhnya beragama Hindu, sebab sistem kewarisan di Bali sama sekali tidak boleh dilepaskan dari serentetan kewajiban keagamaan yang mesti dilakukan oleh ahli waris sebagai dharma bhakti yang harus dilaksanakan untuk pewaris Dharma bhakti yang harus dilaksanakan adalah mengaben membakar mayat secara keagamaan pewaris, untuk mengaben ini diperlukan biaya dan biaya harus dibebankan kepada para ahli waris yang menerima warisan itu, hal ini tidak akan menjadi masalah jika semua ahli waris beragama Hindu, maksudnya pada detik manapun setelah pewaris meninggal dunia, harta warisan yang boleh dibagi sudah terbuka dan boleh dibagi. Universitas Sumatera Utara Nantinya ketika diadakan pengabenan, jenazah pewaris dan para ahli waris yang menerima warisan itu akan kembali mengeluarkan harta sama rata sampai upacara ngaben itu selesai, yang menjadi masalah kemudian ialah apabila ahli waris beragama lain atau pindah agama, untuk membebankan para ahli waris yang beragama lain ini, sejumlah biaya menyangkut soal-soal keagamaan pengabenan umumnya masih dipertentangkan dengan alasan Undang-undang Dasar 1945 membebaskan setiap orang melakukan ibadah agama termasuk melakukan ibadah agama untuk keselamatan pewarisnya. Jika terjadi kasus seperti itu, ahli-ahli waris yang beragama Hindu yang akhirnya memikul sendiri kewajiban mengaben pewaris dengan harta warisan yang telah diperoleh, dimana hal itu sama sekali tidak adil. Ketidakadilan ini, akan lebih terasa kuat menimpa dirinya apabila lebih jauh diingat sejumlah kewajiban-kewajiban yang harus dipikulnya dengan harta warisan itu, khususnya menyangkut pembiayaan- pembiayaan pura keluarga tempat leluhur pewaris yang sudah diaben, disucikan atau disemayamkan. Dalam hal ini, hakim sebaiknya menempuh jalan yang lebih tegas dalam menentukan kapan harta warisan itu terbuka boleh dibagi, andai kata selesai melakukan upacara pengabenan, maka setidak-tidaknya rasa keadilan dari sistem kewarisan di Bali yang erat hubungannya dengan rentetan upacara keagamaan untuk kepentingan keselamatan pewaris yang nota bena suatu keharusan bagi ahli waris melakukan adalah sudah terpenuhi. Universitas Sumatera Utara Akan tetapi jika harta warisan itu dinyatakan terbuka secara otomatis setelah pewaris meninggal dunia, maka akan terjadi serentetan yang menggelisahkan sebab harta-harta yang dikeluarkan untuk pengabenan itu tidak akan terbatas pada harta warisan saja tetapi juga menyangkut harta kekayaan hasil jerih payah pribadi dan ahli waris. Namun jika sudah menyangkut persoalan ikut memelihara pura kekeluargaan dengan segala beban kewajiban maka masalahnya sudah menjadi sangat rumit, setidak-tidaknya jika hal seperti itu dikehendaki oleh sistem kewarisan di Bali maka harta warisan itu minimal harus dinyatakan terbuka selama pura keluarga itu ada. Hanya akhirnya kembali kepada kebijaksanaan hakim dalam menghadapi kasus seperti itu, dan minimal hakim dalam kasus seperti itu harus berani tegas menentukan kapan harta warisan itu akan dinyatakan terbuka dan dirasakan keadilan oleh semua ahli waris. Dengan dianutnya sistem ke-Bapaan, maka hal utama yang menonjol adalah anak laki-laki. Anak laki-laki akan meneruskan kehidupan atau keturunan keluarga tersebut, sedang anak-anak perempuan tidak demikian adanya. Dalam pengertian ini, anak laki-laki demikian juga disebut anak Sentana. Sebutan atau istilah ini berasal dari kata Sentana yang berarti pelanjut keturunan. Universitas Sumatera Utara Selain harta yang telah diuraikan diatas, dibahas juga mengenai harta yang tidak termasuk harta warisan. Adapun jenis harta yang tidak termasuk kategori harta warisan, adalah sebagai berikut : 1. Harta pusaka 2. Harta pencaharian atau usaha sendiri dari seseorang ahli waris. 3. Harta yang telah direlakan penggunaannya untuk keperluan lain menurut ajaran agama, misalnya wakaf dan hibah-hibah lainnya.

C. Bagian Porsi Warisan Untuk Janda Dari Suami Yang Meninggal Dalam Hukum Waris Adat Bali.