BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Dalam perekonomian dan pembangunan ekonomi suatu negara, peranan pemerintah secara empiris tidak dapat dihindarkan. Peran pemerintah tersebut
diwujudkan dalam kebijakan fiskal. Kebijakan ini memiliki dua instrumen pokok, yaitu: perpajakan tax policy dan pengeluaran expenditure policy. Dalam hal
pembangunan ekonomi rancangan kebijakan fiskal tidak hanya diarahkan untuk pengembangan aspek ekonomi seperti pendapatan perkapita, pertumbuhan ekonomi,
pengurangan pengangguran dan stabilitas ekonomi tetapi juga peningkatan harkat sosial seperti pemerataan, pendidikan dan kesehatan.
2.1.1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian melalui pajak tax dan pengeluaran pemerintah G untuk
mencapai tujuan makroekonomi, pajak dan pengeluaran pemerintah mempunyai dampak terhadap permintaan agregat dari barang dan jasa di dalam perekonomian.
Tax atau pajak T dalam analisis ekonomi makro dipandang sebagai daya beli masyarakat berupa uang yang diserahkan kepada pemerintah, penyerahan uang
tersebut tidak ada pemberian balas jasa secara langsung dari pemerintah. Pengeluaran pemerintah atau Government Expenditure G merupakan pengeluaran pemerintah
dan atas pengeluaran tersebut pemerintah akan memperoleh hasil secara langsung,
Universitas Sumatera Utara
misalnya pengeluaran pemerintah untuk membayar gaji pegawai negeri hasil yang diperoleh pemerintah berupa prestasi kerja dari pegawai negeri tersebut. Government
Transfer TR merupakan pengeluaran pemerintah tetapi atas pengeluaran tersebut pemerintah tidak memperoleh hasil secara langsung pada tahun anggaran pengeluaran
itu terjadi, misalnya pembayaran pensiun, beasiswa dan subsidi lainnya Murni, 2006. Kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kebijakan fiskal aktif atau diskresioner discretionary fiscal policy.
2. Kebijakan fiskal nondiskresioner nondiscretionary fiscal policy.
Kebijakan Fiskal Aktif atau Diskresioner Discretionary Fiscal Policy
Kebijakan fiskal aktif atau diskresioner adalah kebijakan di mana pemerintah melakukan perubahan tingkat pajak atau program-program pengeluarannya, dapat
bersifat ekspansif dan kontraktif. a.
Kebijakan fiskal ekspansif expansionary fiscal policy adalah kebijakan yang dilakukan melalui peningkatan pengeluaran pemerintah G danatau penurunan
penerimaan pajak T dengan tujuan untuk meningkatkan permintaan agregat dalam perekonomian selanjutnya akan mengurangi pengangguran yang ada, umumnya
sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesi.
Peningkatan Pengeluaran Pemerintah
Belanja pemerintah G adalah salah satu komponen pengeluaran, maka pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi mengakibatkan pengeluaran yang
direncanakan yang lebih tinggi untuk pendapatan. Jika belanja pemerintah naik
Universitas Sumatera Utara
sebesar ÄG maka kurva pengeluaran yang direncanakan bergeser ke atas sebesar ÄG seperti Gambar 2.1 di bawah ini:
Gambar 2.1. Peningkatan Pengeluaran Pemerintah
A B
45 Kenaikan dalam belanja
pemerintah menggeser pengeluaran
yang direncanakan ke atas
E = C + I +G
1
E = C + I +G
2
Y = E
E
1
=Y
1
E
2
=Y
2
ÄY E
Y E
1
=Y
1
E
2
=Y
2
ÄG
LM
IS
2
IS
1
Y
1
Y
2
r
1
r
2
r
Y
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas dapat dijelaskan bahwa kenaikan belanja pemerintah sebesar ÄG meningkatkan pengeluaran yang direncanakan sebesar jumlah
itu untuk semua tingkat pendapatan. Ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B dan dapat meningkatkan pendapatan dari Y
1
ke Y
2
. Kenaikan dalam pendapatan ÄY melebihi kenaikan belanja pemerintah ÄG jadi kebijakan fiskal memiliki dampak
pengganda terhadap pendapatan. Kenaikkan belanja pemerintah menggeser kurva IS ke kanan. Pendapatan meningkat dari Y
1
ke Y
2
dan tingkat bunga naik dari r
1
ke r
2
. Ketika pemerintah meningkatkan belanjanya atas barang dan jasa pengeluaran yang
direncanakan akan naik. Kenaikan pengeluaran yang direncanakan akan mendorong produksi barang dan jasa yang menyebabkan pendapatan total Y meningkat karena
peningkatan uang bergantung pada pendapatan, kenaikkan pendapatan total meningkatkan jumlah uang yang diminta pada setiap tingkat bunga.
Akan tetapi jumlah uang beredar tidak berubah menunjukkan bahwa penawaran keseimbangan uang riil adalah tetap tidak tergantung pada tingkat bunga
sehingga permintaan uang yang lebih tinggi menyebabkan tingkat bunga ekuilibrium r naik. Ketika tingkat bunga naik perusahaan mengurangi rencana investasinya.
Penurunan investasi ini sebagian mengurangi dampak ekspansif dari kenaikan belanja pemerintah. Pergeseran horizontal kurva IS sama dengan kenaikan pendapatan
ekuilibrium dalam perpotongan keynesian, jumlah ini lebih besar daripada kenaikan pendapatan ekuilibrium dalam model IS-LM. Perbedaan itu dijelaskan oleh desakan
investasi crowding out of invesment yang diakibatkan oleh tingkat bunga yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Pengurangan Penerimaan Pajak
Pengurangan pajak sebesar ÄT secara langsung akan menaikkan disposible income Y – T sebesar ÄT maka menaikkan konsumsi sebesar MPC x ÄT. Pada
setiap tingkat pendapatan Y pengeluaran yang direncanakan sekarang akan lebih tinggi seperti Gambar 2.2 di bawah ini dapat dijelaskan bahwa pengurangan pajak
sebesar ÄT meningkatkan pengeluaran yang direncanakan sebesar MPC x ÄT untuk setiap tingkat pendapatan ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B dan pendapatan
meningkat dari Y
1
ke Y
2
, kebijakan fiskal memiliki dampak pengganda terhadap pendapatan. Penurunan pajak menggeser kurva IS ke kanan. Ekuilibrium bergerak
dari titik A ke titik B. Pendapatan meningkat dari Y
1
ke Y
2
dan tingkat bunga naik dari r
1
ke r
2
. Karena tingkat bunga yang lebih tinggi daripada kenaikan pendapatan dalam model IS-LM lebih kecil daripada kenaikan pendapatan dalam perpotongan
keynesian. b.
Kebijakan fiskal kontraktif contractionary fiscal policy adalah kebijakan fiskal yang dilakukan melalui pengurangan pengeluaran pemerintah G danatau
peningkatan penerimaan pajak T dengan tujuan menurunkan tingkat permintaan agregat di dalam perekonomian. Dengan demikian jika perekonomian dalam keadaan
inflasi maka kebijakan fiskal yang kontraktif dapat diterapkan untuk menurunkan permintaan agregat AD.
Universitas Sumatera Utara
A B
45 Pemotongan
pajak menggeser
pengeluaran yang direncanakan ke
atas E = C
1
+ I +G E = C
2
+ I +G Y = E
E
1
=Y
1
E
2
=Y
2
ÄY E
Y E
1
=Y
1
E
2
=Y
2
ÄT
LM
IS
2
IS
1
Y
1
Y
2
r
1
r
2
Y r
Gambar 2.2. Pengurangan Penerimaan Pajak
Universitas Sumatera Utara
Pengurangan Pengeluaran Pemerintah
Penurunan belanja pemerintah sebesar ÄG menurunkan pengeluaran yang direncanakan sebesar jumlah itu untuk semua tingkat pendapatan. Ekuilibrium
bergerak dari titik A ke titik B dan dapat menurunkan pendapatan dari Y
1
ke Y
2
. Penurunan belanja pemerintah menggeser kurva IS ke kiri. Pendapatan menurun dari
Y
1
ke Y
2
dan tingkat bunga turun dari r
1
ke r
2
. Ketika pemerintah menurunkan belanjanya atas barang dan jasa pengeluaran yang direncanakan akan turun.
Penurunan pengeluaran yang direncanakan akan mengurangi produksi barang dan jasa yang menyebabkan pendapatan total Y menurun dan dapat menahan inflasi dapat
dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Peningkatan Penerimaan Pajak
Peningkatan pajak sebesar ÄT secara langsung akan menurunkan disposible income Y–T sebesar ÄT maka menurunkan konsumsi sebesar MPC x ÄT. Pada
setiap tingkat pendapatan Y pengeluaran yang direncanakan sekarang akan lebih rendah. Berdasarkan Gambar 2.4 di bawah ini dapat dijelaskan bahwa peningkatan
pajak sebesar ÄT menurunkan pengeluaran yang direncanakan sebesar MPC x ÄT untuk setiap tingkat pendapatan ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B dan
pendapatan menurun dari Y
1
ke Y
2
, kebijakan fiskal memiliki dampak pengganda terhadap pendapatan. Peningkatan pajak menggeser kurva IS ke kiri. Ekuilibrium
bergerak dari titik A ke titik B. Pendapatan menurun dari Y
1
ke Y
2
dan tingkat bunga turun dari r
1
ke r
2
. Karena tingkat bunga yang lebih rendah daripada penurunan
Universitas Sumatera Utara
pendapatan dalam model IS-LM lebih tinggi daripada penurunan pendapatan dalam perpotongan keynesian.
B A
45 Penurunan dalam belanja
pemerintah menggeser pengeluaran
yang direncanakan ke bawah
E = C + I +G
2
E = C + I +G
1
Y = E
E
2
=Y
2
E
1
=Y
1
ÄY E
Y E
2
=Y
2
E
1
=Y
1
ÄG
LM
IS
1
IS
2
Y
2
Y
1
r
2
r
1
r
Y
Gambar 2.3. Pengurangan Pengeluaran Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Angka Pengganda Pengeluaran Pemerintah
Adanya pengeluaran pemerintah G dalam perekonomian tiga sektor akan memperbesar pengeluaran agregat. Sebelum ada G nilai AD merupakan nilai C + I,
tetapi setelah ada G nilai AD berubah menjadi C + I + G. Pertambahan G dalam perekonomian dapat menaikkan output atau pendapatan nasional Y. Kenaikan Y
sebagai akibat dari kenaikan G dapat ditentukan melalui teori multiplier government expenditure, kenaikan G akan mempengaruhi kenaikan pendapatan nasional secara
berlipat ganda. Angka pengganda pengeluaran pemerintah dapat diturunkan dengan persamaan sebagai berikut:
G MPC
Y MPC
G Y
G Y
MPC G
Y MPC
Y G
Y MPC
Y G
C Y
Exogenous I
G I
C Y
1 1
1 1
1
jika kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah 0,6 penggandanya adalah:
G Y
G Y
G Y
G MPC
Y
5 ,
2 4
, 1
6 ,
1 1
1 1
Universitas Sumatera Utara
Artinya, kenaikan sebesar 1 dalam belanja pemerintah meningkatkan pendapatan ekuilibrium sebesar 2,50.
Gambar 2.4. Peningkatan Penerimaan Pajak
B A
45 Peningkatan
pajak menggeser
pengeluaran yang direncanakan ke
bawah E = C
2
+ I +G E = C
1
+ I +G Y = E
E
2
=Y
2
E
1
=Y
1
ÄY E
Y E
2
=Y
2
E
1
=Y
2
ÄT
LM
IS
1
IS
2
Y
2
Y
1
r
2
r
1
Y r
Universitas Sumatera Utara
Angka Pengganda Pajak
Angka pengganda pajak dapat diturunkan dengan persamaan sebagai berikut:
MPC MPC
T Y
T MPC
Y MPC
T MPC
Y MPC
Y T
MPC Y
MPC Y
T Y
MPC Y
C Y
I G
I C
Y
1 1
Persamaan ini adalah pengganda pajak tax multiplier jumlah perubahan pendapatan yang disebabkan oleh perubahan sebesar 1 dalam pajak. Tanda negatif
mengindikasikan pendapatan yang bergerak ke arah berlawanan dari pajak sebagai contoh jika kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah 0,6 maka pengganda
pajak adalah:
T Y
T Y
MPC MPC
T Y
5 ,
1 6
, 1
6 ,
1
Artinya pemotongan pajak sebesar 1 meningkatkan pendapatan ekuilibrium sebesar 1,50.
Kebijakan Fiskal Nondiskresioner Nondiscretionary Fiscal Policy
Kebijakan fiskal nondiskresioner atau penstabil otomatis adalah segala sesuatu yang cenderung meningkatkan defisit pemerintah atau menurunkan surplus
dan ÄG adalah exogenous
Universitas Sumatera Utara
pemerintah selama periode resesi dan cenderung meningkatkan surplus pemerintah atau menurunkan defisit pemerintah selama periode inflasi tanpa harus ada tindakan
eksplisit oleh para pembuat kebijakan Nanga, 2005. Dilihat dari komposisi anggaran kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi:
a. Kebijakan anggaran surplus adalah jika penerimaan pajak lebih besar daripada
pengeluaran pemerintah T G. b.
Kebijakan anggaran berimbang adalah jika penerimaan pajak sama dengan pengeluaran pemerintah T = G.
c. Kebijakan anggaran defisit adalah jika penerimaan pajak lebih kecil daripada
pengeluaran pemerintah T G.
Berdasarkan Gambar 2.5 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam analisis ini diasumsikan bahwa pengeluaran pemerintah G sebagai peubah eksogen dalam arti
nilainya ditentukan oleh faktor lain di luar model. Hal ini berarti bahwa pengeluaran T,G
Y T = fY
G = G T G
Defisit T = G
Berimbang T G
Surplus G
Gambar 2.5. Posisi Anggaran
Universitas Sumatera Utara
pemerintah konstan sampai ada tindakan pemerintah untuk mengubahnya oleh sebab itu kurva G merupakan garis sejajar dengan garis horizontal. Sedangkan pajak T
merupakan fungsi dari pendapatan artinya besar kecilnya pajak tergantung dengan pendapatan.
Dalam masa kemunduran ekonomi misalnya pendapatan pajak berkurang, tetapi untuk mengatasi pengangguran itu pemerintah perlu melakukan lebih banyak
program-program pembangunan maka pengeluaran pemerintah perlu ditambah sehingga G T artinya defisit anggaran sehingga tabungan nasional turun.
Sebaliknya pada waktu inflasi tingkat kemakmuran tinggi mengalami surplus anggaran di mana T G pemerintah berusaha untuk mengurangi pengeluarannya
untuk mengurangi inflasi tetapi pemerintah harus lebih berhati-hati dalam pembelanjaannya, harus dijaga agar pengeluaran pemerintah tidak memperburuk
keadaan inflasi yang berlaku sehingga tabungan nasional meningkat.
2.1.2. Teori Siklus Bisnis Business Cycle Theory