2. Memaknai Kata-kata dalam Sajak al-Rah}man

Analisa Persajakan: Aspek Sintaksis dan Semantik sifat tingkatan pada setiap kata benda yang disebutkan. Seperti kata jannatan, maksudnya adalah terdapat dua tingkat surga 58 . Dalam membahas jumlah surga, berapakah jumlah surga itu? Bisa dijawab dengan melihat konteks: pertama: konteks dari keseluruhan surat ini, yang sejak awal sudah memperlihatkan karunia secara semantik yang bersifat dualisme, berpasang-pasangan, meliputi segala penjuru, atas bawah, barat timur. Dan bukan secara gramatikal seperti yang diklaim John Wonsbrough 59 . Karena, ayat sesudahnya menuntut adanya dua surga yang melingkupi. Kedua, hubungan-hubungan internal dalam surat ini, menegaskan bahwa dua surga yang dimaksud dalam surat ini mencerminkan kebahagiaan tertinggi. Karunia-karunia semacam itu seharusnya disikapi dengan rasa syukur. Patut kita sebutkan disini apa yang disebutkan oleh Bint Shathi, dalam karyanya al-Ijaz al-Bayani, yang menolak pendapat yang mengatakan bahwa kata-kata asing dalam al-Quran hanya untuk memenuhi syarat persajakan al-Quran. Bint Shathi melanjutkan bahwa tiada satupun persajakan al-Quran kecuali terdapat dimensi sematis yang lebih luas, dan lafaz yang ada dalam persajakan tidak menunjukkan makna semantik yang sama dengan kata-kata yang sepadan dengannya 60 Dengan demikian, dua faktor konteks di atas: dualitas dan intertekstualitas. Maka, bentuk ganda di dalam surat ini sungguh- sungguh sebagai bentuk ganda bukan hanya sekedar alat untuk memperindah sajak. Akhirnya, ayat terakhir berisi tentang uraian yang mensucikan nama Allah dari pengingkaran mereka atas karunia-karunia-Nya. Pernyataan-pernyataan seperti ini juga didapati pada akhir surat-surat lain seperti, Yasin, al-Waqiah, dll.

B. 2. Memaknai Kata-kata dalam Sajak al-Rah}man

Persajakan al-Quran mempunyai peran penting dalam pemilihan tiap kata yang disajikan, baik dalam konteks khusus ataupun dalam konteks yang lebih luas. Hal itu untuk memunculkan nilai estetik fonem 58 Sayyid Qutb, Tas{wir al-Fanni fi al-Quran al-Karim Baerut: Dar al-S{uruq, 1987, 101. 59 John Wansbrough mengatakan bahwa kata jannatan pada ayat ini hanya dipaksakan untuk memenuhi karakteristik persajakan. 60 Aisyah ‘Abd al-Rah}man, Ijaz bayani fi al-Quran al-Karim Kairo: Dar al- Maarif, 1990, 268. D.I Ansusa Putra untuk kata ini dalam Itilaf dalam aspek bunyi. Serta aspek semantiknya. Pemilihan ini menjaga estetika kesamaan bunyi bagi sebuah kata serta berkesesuaian. Pilihan ini dengan sangat hati-hati memperhitungkan teknis dan keterkaitan akurat dengan sebanding pra pasca-dan dalam total konteks. Persajakan Al-Quran terletak pada kemunculan kata-kata al-Quran panjang dengan kinerja estetik tertinggi, dan dengan sistem yang indah, secara semantik dan kontekstual. Persajakan al-Quran tidak semata-mata memenuhi aspek persajakan secara lafaz, tetapi juga mencakup bidang bahasa lainnya, yaitu semantik. Persajakan al-Quran dimulai dari memenuhi aspek bunyi, yaitu aspek fonem yang mencakupi Itilaf, ihtilaf segi bahasa dalam intern bangunan morfologi kata. Kemudian meningkat pada aspek yang lebih tinggi, yaitu aspek estetika pengalihan. Kemudian pada tingkat sintaksis, yang memenuhi kriteria dalam membangun kalimat yang didasarkan pada persajakan. Seperti: taqdim dan tahir, hazf dan penyebutan. Hingga akhirnya termasuk melayani pada tingkat akhir, yaitu aspek semantik. Seperti shighat tathniyah yang ditemukan dalam al-Quran sepanjang surat al-Rahman adalah sesuai dengan aspek pasangan. Bukan hanya untuk menjaga persajakan surat al-Rahman 61 . Sayyid Qutb mengatakan dalam fenomena tatsniyah dalam surat al-Rahman ini tathniyah menunjukkan adanya sifat tingkatan pada setiap kata benda yang disebutkan. Seperti kata jannatan, maksudnya adalah terdapat dua tingkat surga 62 . C. Konteks Kultur dan Kaitannya dengan Sajak al-Rah}man Persajakan surat al-Rah}man, baik secara bahasa maupun ide yang dikandung memiliki keterkaitan dengan konteks kultur masyarakat pra- Islam 63 . Surat al-Rah}man merupakan salah satu surat Makiyah periode awal sangat kental menggambarkan kultur bangsa Arab pada waktu itu, 61 Kamaluddin Abd al-Kamil Mursi, Fawasil al-Ayat al-Quraniyah Iskandariyah: Maktab al-JamiI al Hadits, n.d, 114. 62 Sayyid Qut}b, Tas{wir al-Fanni fi al-Quran al-Karim Baerut: Dar al-S{uruq, 1987, 101. 63 Zaman pra-Islam bukan berarti mencakup semua zaman sebelum islam datang. Berdasarkan periodeisasi, yang dimaksud dengan istilah pra-Islam di sini adalah satu abad sebelum Islam datang. Dalam istilah al-Qur’an periode ini disebut dengan zaman jahiliyah. Lihat Phillip K. Hitti, History of The Arabs, terj. Cecep Lukman dan Dedi Slamet Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010, 108. Analisa Persajakan: Aspek Sintaksis dan Semantik hal ini dapat ditelusuri melalui kata-kata yang digunakan serta style-nya yang berirama. Surat al-Rah}man merupakan proyeksi kultur dan sosial penduduk Mekah yang kemudian ditransformasikan sesuai dengan nilai- nilai monoteisme yang diusung Islam.

C. 1. Musikalitas Sajak dan Hubungannya dengan Budaya Arab Pra- Islam