Konsep Dasar Teori Naratif

20 d. Logika dan Good Reasons Logika dengan pertimbangan yang sehat, adalah seperangkat nilai untuk menerima suatu cerita sebagi benar dan berharga untuk diterima: memberikan suatu metode untuk menilai kebenaran. Prinsip rasionalitas naratif yang menilai kredibilitas dari sebuah cerita. Fisher menyatakan bahwa ketika elemen-elemen sebuah cerita “merepresentasikan pernyataan-pernyataan akurat mengenai realitas sosial”, elemen tersebut memiliki kebenaran. Fisher menyatakan bahwa ketika naratif memiliki kebenaran, kebenaran adalah reliabilitas dari sebuah cerita. Naratif itu menyusun suatu pertimbangan yang sehat bagi seseorang untuk memegang keyakinan tertentu atau untuk mengambil tindakan, atau berarti bahwa pertimbangan yang sehat manapun setara dengan yang lainnya: ini berarti bahwa apapun yang mendorong orang untuk percaya sebuah naratif tergantung pada nilai atau konsepsi yang baik. 8 Logika dari good reason berhubungan dengan ide Fisher akan ketepatan adalah metode utama yang ia kemukakan untuk menilai ketepatan naratif: logika pertimbangan yang sehat. Karena itu, logika bagi paradigma naratif membuat seseorang mampu menilai harga atau nilai dari cerita. Logika dari pertimbangan yang sehat, seperangkat nilai untuk menerima suatu cerita sebagai benar dan berharga untuk diterima: memberikan suatu metode untuk menilai kebenaran. 9 Seperti yang diprediksikan oleh paradigma naratif, logika bagi paradigma naratif membuat seseorang mampu menilai harga atau nilai dari 8 Ibid., h. 52. 9 West, Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi – Teori dan Aplikasi, h. 53. 21 cerita. Cerita yang dikisahkan dengan baik terdiri atas rasionalitas naratif memenuhi kriteria koherensi dan kebenaran akan lebih menggugah bagi pembaca dibandingkan dengan kesaksian dari para ahli yang menyangkal akurasi faktual di dalam naratif itu.

B. Pengertian Analisis Isi

Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sitematik dan relevan secara sosiologis, uraian analisisnya boleh saja menggunakan tata cara pengukuran kuatitatif atau kualitatif atau bahkan keduanya sekaligus. 10 Klaus Krippendorf mendefinisikan analisis isi sebagai teknik penelitian yang dimanfaatin untuk menarik kesimpulan yang reflisikatif yang dapat ditiru dan shohih dari data atas dasar konteksnya 11 . Analisis isi Content Analysis adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru replicable, dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh ini, makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi. Analisis isi dapat juga dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik dan lain-lain. 10 Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Universitas Terbuka, 1993, h.36. 11 Klaus Krippendorf,Analisis Isi Pengantar Teori Dan Metodelogi,PT.Remaja Graffindo Persada,Jakarta:1993,h.56 22 Berikut ini adalah tahapan-tahapan penulisan dalam menganalisa data: 1 Melakukan kategorisasi terhadap novel.. 2 Memasukan data ke dalam lembar koding sesuai dengan ketegori yang telah ditentukan 3 Menentukan koder untuk mengisi lembar koding 4 Kemudian melakukan penghitungan,mendeskripsikan data yang telah diperoleh berdasarkan tema yang ditentukan dan kemudian, ditarik kesimpulan mengenai tema yang paling banyak muncul.

C. Pesan Dakwah

1. Pengertian dakwah

Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab “ da’ wah” yang berarti Seruan, ajakan dan panggilan. Dengan demikian secara etimologi dakwah merupakan suatu proses penyampaian tabligh pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. 12 Pengertian dakwah secara terminologi menurut beberapa ahli yang diantaranya adalah H. M Arifin mengatakan dakwah adalah kegiatan menyeru, baik dalam bentuk lisan dan tulisan, maupun tingkah laku dan lain sebagainya yang dilakukan secara individual atau kelompok. Supaya timbul dalam dirinya suatu pengetahuan kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama, sebagai pesan yang disampaikan kepada mereka tanpa unsur paksaan. 13 12 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama 1997,cet-2,h.31 13 H. M Arifin, Dakwah Bil Qolam, Bandunng: Mujahid Press, 2004,h.6 23 Secara umum definisi dakwah yang dikemukakan para ahli menunjuk pada kegiatan yang bertujuan perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan positif ini diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat sasaran dakwah adalah iman. Dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan. Untuk itu dakwah harus dikemas dengan cara yang menarik dan tampil secara aktual, faktual dan konstektual. Aktual berarti dapat memecahkan masalah- masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual berarti konkret dan nyata, sedangkan konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat. 14 Dakwah mengharapkan komunikannya bersikap dan berbuat sesuai dengan isi pesan yang disampaikan oleh komunikatornya. Dakwah merupakan komunikasi yang khas dengan cara pendekatan persuasif. Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan dakwah merupakan kegiatan menyeru atau mengajak orang lain baik secara individu ataupun kelompok, agar menjalankan syariat islam sebaik mungkin tentunya sesuai dengan pedoman Al- Qur‟an dan hadist dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang berharga baik di dunia maupun di akhirat.

2. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti suruhan, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada orang lain. 15 Dalam bahasa Inggris kata pesan adalah message yang memiliki arti pesan, warta, dan 14 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003, cet. Ke- 1, h. 33 15 Wjs. Purwa Darminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : BalaiPustaka, 2005, edisi Ke-3, h.883