16
mempunyai ketepatan. Paradigma atau naratif memungkinkan sebuah penilaian demokratis terhadap pembicara karena tidak ada seorang pun yang
harus dilatih secara khusus agar mampu menarik kesimpulan berdasarkan konsep koherensi dan kebenaran.
3
1. Asumsi Dasar Teori Naratif:
Ada lima asumsi dasar teori naratif, antara lain:
4
a. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita. Fisher 1987
mengatakan bahwa manusia merupakan homo narrans sebagai metafora untuk menjelaskan kemanusiaan. Cerita merupakan hal mendasar dalam
hidup yang mempengaruhi, menggerakkan, dan membentuk dasar keyakinan dan tindakan kita. Dalam berkomunikasi dengan dengan pihak
lain, manusia juga memposisikan dirinya sebagai pencerita tersebut. Fisher memunculkan asumsi demikian karena berdasar pengamatannya naratif
bersifat universal, ditemukan dalam semua budaya dan periode waktu.
Dalam hal ini Elkins dalam Turner, 2008 mengatakan bahwa manusia pada dasarnya menggunakan cerita dalam semua aspek kehidupan
keseharian kita, untuk menghabiskan waktu, menyampaikan informasi,
untuk menempatkan diri di sebuah tempat, keluarga, dan komunitas.
b. Keputusan mengenai harga dari sebuah cerita didasarkan pada
“pertimbangan sehat” good reasons. Yang dimaksud pertimbangan yang sehat adalah individu membuat keputusan mengenai cerita mana yang
akan diterima dan mana yang ditolak berdasarkan apa yang masuk akal bagi dirinya. Asumsi ini memberitahu kepada kita bahwa tidak semua
3
West, Richard dan Turner, Lynn. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 46.
4
Ibid., h. 50.
17
cerita itu sama atau sebanding dalam hal efektivitasnya, sebaliknya faktor dalam pemilihan cerita dibuat berdasarkan alasan-alasan yang bersifat
personal dibanding daripada berdasarkan pemikiran yang logis. Semua orang mempunyai kapasitas untuk menjadi rasional dalam paradigma
naratif. Karena ukuran rasionalitas dalam paradigma naratif berbeda dengan ukuran rasionalitas tradisional yang mendasarkan pada logika
formal. Setiap orang mengambil keputusan-keputusan hidup menganggap cara berfikirnya logis dan rasional menurut ukuran personal orang
bersangkutan.
c. Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya dan
karakter. Asumsi ini memperjelas bahwa ukuran rasionalitas manusia itu
tidak sama satu sama lain. Masing-masing orang mempunyai ukuran dan jenis rasionalitasnya sendiri. Munculnya rasionalitas tertentu pada
seseorang tergantung konteks di mana mereka terikat.
d. Rasionalitas didasarkan pada penilaian orang mengenai konsistensi dan
kebenaran sebuah cerita. Orang akan mempercayai sebuah cerita selama cerita tersebut terlihat konsisten secara internal dan dapat dipercaya. Yang
perlu digarisbawahi di sini bahwa rasionalitas yang dimaksud dalam paradigma naratif ini berbeda dengan rasionalitas tradisional. Sebuah
cerita dikatakan runtut ketika pencerita tidak meninggalkan detail-detail yang penting atau mengkontradiksi elemen-eleman dalam cerita dengan
cara apapun.
e. Kita mengalami dunia sebagai dunia yang diisi dengan cerita dan kita
harus memilih dari cerita yang ada. Kita mengalami dunia sebagai dunia