menjadi defensive atau bertahan,
35
yang telah menimbulkan kekawatiran dipihak Jepang bahwa Amerika Serikat akan menyerbu dan merebut Indonesia.
36
Bulan Febuari 1944, pasukan Amerika Serikat diawal bulan Juni Pasukan melakukan pengeboman B-29 terhadap Jepang, yang mengakibatkan pihak
Angkatan Laut Jepang mengalami kekalahan di laut Filifina, kehilangan pangkalan Angkatan Laut di Saogon kepulauwan Mariana dan terjadinya kerisis
cabinet di Jepang. Dengan kejadian itu Perdana Mentri Tojo digantikan oleh Jendral Korso
Kunaiki sebagai Perdana Mentri, sementara itu, pihak sekutu mulai melakukan serangan terhadap Eropa bagian Utara pada bulan Juni sekutu Jepang dan
dibulan September, pasukan Amerika Serikat mendarat di Mototai, dekat Helmahera dibagian Timur Indonesia, sementara itu pesawat-pesawat Amerika
mengebom Manila.
37
Timbul pemberontakan oleh PETA di Daidan Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi sebagai pemimpin pemberontakan pada tanggal 14 sampai 15 Febuari,
akan tetapi pemberontakan ini dapat diamankan setelah datangnya pasukan bantuan dibawah pimpinan Katagari Butaicho dengan melakukan perlawanan
ditahun yang sama pemberontakan kedua terjadi di Gumamping Cilacap, tetapi, pemberontakan ini dapat diamankan oleh Shodanco Khusairi sebagai pemimpin
perlawanan pada Heiho.
38
35
Sagimun MD, Perlawanan Rakyat Indonesia Trehadap Fasisime Jerpang, h. 38
36
Nugroho Notosusanto, Tentara PETA Pda Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia, h. 39
37
Kaigun Angkatan Laut Jepang, Penentu Kerisis Proklamasi, Prof. Dr. Suhartono, Kanisius Yogyakarta 2007, h. 31
38
M C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Moderen, h. 421
Seluruh kekuatan angkatan laut Jepang termasuk kapal dan angkatan udara Jepang terlibat dalam peperangan tersebut, telah diakui oleh Admiral King, tidak
kurang dari 34 Destroyer tenggelam dan lebih dari 200 kapal perang sekutu rusak berat dalam peperangan tersebut dengan kekuatan kurang lebih 450.000 tentara
angkatan laut dan udara selama tiga bulan mengalami perang, akhirnya Okiniwa jatuh pada 22 Juni 1945 yang bertepatan ditandatangani
Piagam Jakarta yang mencapai kesepakatan antara golongan kebangsaan dan golongan agama tentang pembukuan UUD Negara Indonesia yang akan didirikan,
akhirnya pasukan Belanda mendarat di Balik Papan pada 1 Mei 1945, dengan dukungan Devisi Australia dan angkatan laut Amerika Serikat,.
39
1. Pembentukan Badan Penyelidik Uasaha-Uasaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI
Pada tanggal 29 April 1945 Badan Penyelidik Usaha-Uasaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia Dokuritsu Zyunbi Tyosakai dibentuk yang bertepatan
dengan hari ulang tahun Tenno Heika Tentyosetu. Badan ini diremiskan pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Saiko Ssisikan, sekaligus dimulainya langkah pertama
dalam pekerjaan BPUUPKI untuk menyelidiki serta merencanakan dasar usaha itu dengan sedalam-dalamnya dan seteliti-telitinya.
Badan penyelidik melaksanakan tugasnya dalam dua masa persidangan. Sidang pertama dilaksanakan dari tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan masa
persidangan kedua dilaksanakan dari tanggal 11 Juli 1945 dengan dibentuknya 3 panitia masing-masing: panitia kecil perancang UUD, panitia kecil perancang
39
S. Silalahi, M.A, Dasar-dasar Indonasia Merdeka, h. 44-45
pembendaharaan negara, dan panitia kecil perancang ekonomi dan keuangan negara.
Anggota Badan Penyelidik pada peresmiannya tanggal 20 Mei 1945 berjumlah 62 orang, pada tanggal 10 Juli 1945, Rajiman menambahkan anggota
baru sebanyak 6 orang. Abdul Fatah Hasan, Asikin Notonegoro, Suro Hamidjoyo, M. Noor, Abdul Kifar dan Tuan Besar Dahler, jadi jumlah badan penyelidik
menjadi 68 orang. Akan tetapi masiada penambahan anggota 7 orang dari pihak Jepang yang
diangkat sebagai anggotaadalah, Tokonami Tokuzi, Miyano Syoozoo, Itagaki Masumitu, Matuura Mitukiyo, Tanaka Minaru, Masuda Toyohiko dan Ide
Telitiroo. Anggota Badan Penyelidik tidak terbatas pada tokoh-tokoh yang
bertempat tinggal di Jakarta tapi di ambil dari seluruh pelosok pulau Jawa, Badan Penyelidik inilah yang telah meletakan dasar-dasar Indonesia merdeka yaitu
Pancasila dan UUD 1945 yang nantinya menjadi sumber hukum didalam negara Kesatuan Republik Indonesia.
Anggota Badan Penyelidik terdiri dari tokoh-tokoh pergerakan dengan latarbelakang pengalaman kerja yang beragam, dari 62 orang di antaranya adalah
anggota Tyutuo Sangi-In, 5 orang residen atau wakil residen, 3 orang bupati, 4 orang golongan Tionghoa dan orang-orang yang duduk dalam Badan Penyelidik
adalah. Agus Salim, Abikusumo Tjokrosuyoso, Sukiman, Mansur, Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Halim, Abduk Kahar Muzakir, Achmad Sanusi dan Wachid
Hasjim.
Lima orang diantara golongan agama adalah, Abikusumo Tjokrosuyoso, Mas Mansur, Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Halim dan Wachid Hasjim adalah
anggota Tyutuo Sangi-In. Anggota-anggota badan penyelidik pada umumnya berusia 40 tahun ke atas, nama-nama anggota Badan Penyelidik diantaranya
yaitu,
40
Dr. Radjiman, Wedyodiningrat, R.P. Soeroso, Prof. Mr. Soepomo, Mr. M. Yamin, Ki Bagus Hadikusumo, KH. Masjkur, Abdul Kahar Moezakir, Abdoel
Wahid Hasjim, H. Agus Salim, Ki Hadjar Dewantoro, M. Soetardjo Kertohadi kusumo, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. A.A. Marimas, Dr. Muhammad Hatta, Otto
Iskandar Dinata, Mr. KRTM. Wongsonegoro, Ir. Soekarno, Parada Harahap, R. Soekardjo Wiryapranoto, Oei Tiang Tjoei.
41
Sidang pertama BPUPKI dilaksanakan tanggal 29 Mei 1945 yang bertempat di Gedung Pejomban d.h. Gedung Tyuuoo Sang-In Jakarta Gedung
Deawan Penasehat Pusat sama dengan Dewan Rakyat Volksraad, yang membicarakan tentang Dasar Negara Indonesia, diketuai oleh Dr. KRT Radjiman
Wedyodiningrat dengan wakilnya Suroso, sidang dilanjutkan tanggal 31 Mei, dan 1 Juni 1945 ditempat yang sama, ketua dan wakil masi orang sama, yang
membicarakan tentang Dasar Negara Indonesia lanjutan, tentang Daerah Negara dan Kebangsaan Indonesia.
Sidang kedua BPUPKI dibuka lagi tanggal 10 Juli 1945, membicarakan tentang bentuk negara, rapat dimulai dari pukul 10.00-11.16, rapat dibuka lagi
pukul 12.16-1.30 dan rapat ditunda sampai pukul 16.35, rapat dibuka lagi pukul 16.35-18.00 membahas tentang wilayah negara, rapat lanjutan dibuka lagi pukul
10.50 dipagi hari sampai pukul 12.05, membicarakan tentang wilayah negara.
40
S. Silalahi, M.A, Dasar-dasar Indonasia Merdeka, h. 48-63
41
S. Silalahi, M.A, Dasar-dasar Indonasia Merdeka, h. 54-59
Rapat dilanjutkan pukul 12.30-13.10 membahas tentang persiapan penyusunan UUD dan pembentukan panitia perancang UUD, rapat dibuka lagi
pukul 14.30-16.40, rapat dibuka lagi tanggal 11 dan 13 Juli 1945 yang membicarakan tentang rancangan UUD, tanggal 14 Juli 1945 rapat dibuka lagi
pukul 15.00-16.16 yang membicarakan tentang pernyataan kemerdekaan. Tanggal 15 Juli 1945, pukul 10.20-13.05, yang membahas tentang
rancangan UUD lanjutan rapat dimulai lagi pukul 3.10-18.00, dimulai lagi pukul 21.10, dan rapat ditunda jam 23.25, rapat dibuka lagi tanggal 16 Juli 1945, pukul
10.30, yang melanjutkan pembahasan rancangan UUD, ditempat yang sama, ketua dan wakil masi orang sama, yang membicarakan tentang bentuk negara.
Sidang yang kedua tanggal 10 Juli 1945, ketua memperkenalkan anggota Badan Penyelidik yang baru adalah, Abdul Fatah Hasan, Asikin Natanegara, Surio
Hamidjojo, M. Noor, dan Abdul Kaffar, sesudah sidang Tyuo Sangiin Soekarno mengadakan rapat dengan 38 orang anggota dari Dokuritu Tyoosakai Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan di kantor Besar Jawa Hookookai kebangkitan rakyat Jawa. Pada waktu itu 38 orang ini membentuk lagi satu
Panitia Kecil yang terdiri dari, Hatta, M. Yamin, Marimas, Sukarno, Kiai .Abd. Kahar Moezakir, Wachid Hasjim, Abikusno Tjokrosujoso, dan H. Agus Salim.
Sidang yang kedua tanggal 11 Juli 1945, pukul 14.30, pimpinan sidang membentuk panitia perancang UUD adalah, Mr. A.A. Marimas, Otto Iskandar
Dinata, B.P.H.H. Poeroebejo, H. Agus Salim, M. Soetardjo Kartohadikusumo, Prof. Mr. Supomo, Ny. Maria Ulfa Susanto, Wahid Hasjim, Parada Harahap, Mr
J. Latuharhary, Mr. Susanto, Mr. R.M. Sartono, Mr. K.R.M.T Wongsonegoro, Dr. Radjiman Widyoningrat, Mr. R. Singgih, Tan Eng Hoa, Abdul Fatah Husein Prof.
Dr. P.A.H. Djajadiningrat, Dr. Soekiman dan Ir. Soekarno. Dalam panitia ini di tunjuk seorang Jepang sebagai anggota istimewa yaitu Nyano.
Disidang dan diwaktu yang sama ketua menunjuk Abikusno Tjokrosujoso menjadi ketua penyelidik dan mempelajari dalam hal pembelaan tanah air, yang
dibantu oleh para anggota. Abduel Kadir, Asikin, Bintoro, Hendromartono, Muzakir, Sanusi, Munandar, Samsudin, Sukardjo wirjopranoto, Surjo, Abduel
Kafar, Maskur, Abduel Halim, Kolopaking, Sudirman, Aris, M. Noor, Pratalykrama, Lim Koen Hiam, Buntara, dan Ny. Sunarjo, dalam Panitia Pembela
tanah Air di tunjuk dua orang Jepang sebagai anggota istimewa, yaitu Tanaka Kaka dan Matuura.
Untuk soal keuangan dan ekonomi yang menjadi ketua Dr. M. Hatta yang dibantu dengan para anggota adalah, Soerachman, Margono, Sutardjo, Syamsi,
Roosseno, Surjo Hamidjojo, Ki. Dewantara, Kusumo Atmodjo, Dasad, Oei Tiong Hauw, Asikin, Dahler Tuan Besar, Yamin, Baswedan, Hadikusumo,
Sastromuljono, Abduel Fatah Hasan, Mansur, Oei Tiang Tjoei, Wiranatakusuma, dan Suwandi, dalam panitia ini ditunjuk seorang Jepang sebagai anggota
istimewa, yaitu Tanaka Kaka.
42
Dalam sidang panitia perancang UUD pada 12 Juli 1945, dibentuk suatu Panitia Kecil Perancang UUD untuk merumuskan konsep UUD yang diketuai
oleh Prof. Soepomo dengan anggotanya adalah, Mr. Soebrardjo, Mr. A. A. Marimas, Singgih, H. Agoes Salim, dan Soekiman.
Di bentuk pula panitia kecil perancang Declaration of Rights, pada hari itu juga 12 Juli 1945, yang bertugas untuk merancang pernyataan kemerdekaan,
42
Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, 29 Mei 1945-19 Agustus 1945,
Seketariat Negara Republik Indonesia Jakarta 1922, h. 7-290
dengan anggotanya yaitu: Soebardjo, Soekiman, dan Parada Harahap.
43
Pada 6 Agustus 1945, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia resmi
di bubarkan.
2. Pembentukan PPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
PPKI dibentuk oleh Gunseikan pada tanggal 7 Agustus 1945. PPKI melaksanakan sidang pertama tanggal 18 Agustus 1945, jam 11.30, di Gedung
Pejomban d.h. Gedung Tyuuoo Sang-In Jakarta dengan acara suatau pengesahan Pembukuaan UUD yang di pimpin oleh Ir. Soekarno dan sebagai wakilnya Drs.
M. Hatta, yang dibantu oleh para anggota. Soepomo, Radjiman, Soeroso, Soetarjo, Wahid Hasjim, Ki. Bagus Hadikusumo, Abdul Kadir, Oto Iskandar,
Surjhamidjojo, Purubojo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary, Dr. Amir, Abd. Abbas, M. Hassan, Hamadhani, Ratulangi, Andipangeran, ditambah lagi dengan 7
anggota. Gusti Ketut Pudja, Wiranatakusuma, Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman, Sajuti, Kusuma Sumantri, dan Subardjo.
Rapat dimulai pukul 09.30, akan tetapi sampai dengan pukul 11.00 lebih rapat belum juga dimulai, pada akhirnya rapat dimulai dari pukul 11.30-12.34
yang membicarakan tentang susunan pemerintahan, rapat dibuka lagi pukul 12.46- 13.50. Rapat kembali dibuka pukul 03.00-01.50 dan sidang dilanjutkan lagi pukul
15.15-16.12 yang membahas tentang pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden serta membentukan Komite Nasional Indonesia Pusat.
Sidang kedua dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 19 Agustus 1945 pukul 10.00-11.25 membahas tentang Prioritas Program dan Pembicaraan susunan
43
S. Silalahi, M.A, Dasar-dasar Indonasia Merdeka, h. 204- 205
daerah. Sidang ini dilaksanakan di tempat yang sama yang dipimpin dan diwakili oleh orang yang sama. Rapat dilanjutkan lagi pukul 11.43-12.44 yang membahas
tentang Kementrian Departemen.Rapat dibuka lagi pada pukul 14.23-14.55. Sewaktu PPKI mengesahkan UUD 1945 di Jakarta pada tanggal 18
Agustus 1945, yang disahkan secara langsung oleh Badan tersebut adalah pembukaan serta Batang Tubuh UUD 1945 tersebut.
Penjelasan UUD1945 tercantum dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7 tahun 1946, setelah Maklumat Politik yang dikeluarkan Pemerintah
Republik Indonesia pada tamggal 1 November 1945 melihat isinya, kalimat– kalimat penjelasan UUD itu ternyata berasal dari suntingan berbagai laporan Prof.
Mr. Dr. Soepomo sebagai ketua perancang UUD dalam sidang BPUPKI dan PPKI dalam tahun 1945, dengan pencantuman dalam berita negara tersebut, maka
penjelasan UUD 1945 mempunyai kekuatan hukum.
44
Setelah melalui perdebatan-perdebatan dalam sidang BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 dan sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, maka
diterimalah pembukaan UUD 1945 yang telah direncanakan oleh Panitia 9 yang sebelumnya telah diterima pulah oleh BPUPKI dalam rapatnya yang diadakan
pada tanggal 10 Juli 1945, dengan ditetapkannya secara resmi Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan
dengan ditetapkannya UUD Republik Indonesia.
45
44
Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, h. 299-374
45
Abdullah Rozali, Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Baangsa, Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers 1993, Cetakan ke 2, h. 12-13
3. Perundingan Di Saigon
Pada tanggal 8 Agustus, pukul 05.00 pagi, Soekarno dan M. Hatta pergi ke Kota Saigon dengan menggunakan pesawat dan tiba pukul 19.00 malam, dengan
tujuan untuk memenuhi panggilan Panglima Jendral Terauchi Panglima tertinggi pasukan Jepang di Asia Tenggara sekaligus mendengarkan pengumuman dari
Dai Nippon melalui Jendral Terauchi tentaang pemberian sepenuhnya proses kemerdekaan Indonesia kepada Soekarno dan M. Hatta, proses penyerahan ini
dilakukan di Dalat, Vietnam, di pinggiran kota Saigon.
4. Peristiwa Rengasdengklok.
Setelah menemui Jendral Terauchi di Dalat, terjadilah peristiwa Rengasdengklok, di Kerawang Jawa Barat, yaitu suatu peristiwa penculikan
Soekarno dan M. Hatta yang dilakukan oleh para pemuda pada pukul 03.00 pagi, tanggal 16 Agustus 1945, pukul 09.00 pagi Soekarno dan M. Hatta dibawa ke
asrama pasukan Peta di Rengasdengklok, selama disana Soekarno dan M. Hatta menempatkan sebuah rumah bekas petani Tionghoa sela tiga atau empat hari.
Namun usaha para pemuda ini dapat digagalkan oleh Ahmad Soebarjo yang mempunya hubungan baik denga para pemuda, yang juga bekerja sebagai
penghubungan angkatan laut Jepang dan sekaligus kawan Soekarno, lalu Ahmad Soebarjo segera pergi menjumput Soekarno dan M. Hatta untuk dibawa ke rumah
Laksamana Meida agar mendapatkan perlindungan militer yang sekaligus sebagai tempat penyusunan teks Proklamasi.
46
46
Adams. Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, h. 305-326
5. Penyusunan Dan Pembacaan Teks Proklamasi
Langkah awal yang dilakukan Soekarno, Hatta dan kawan-kawan seperjuangannya mengadakan sidang Badan Persiapan yang sempat tertunda
akibat penculikan Soekarno dan Hatta, lalu M. Hatta menugaskan Ahmad Subardjo untuk mencarikan tempat bersidang di Hotel Des Indes, akan tetapi
apabila sudah lewat pukul 22.00, sesuai ketentuan, rapat tidak bisa diadakan di hotel Des Indes.
Dimalam hari itu juga, anggota Badan Penyelidik yang menginap di hotel Des Indes diminta hadir pukul 24.00 di rumah Admiral Mayda yang bersedia
memberi tempat bersidang di rumahnya. Anggota Badan Persiapan yang berjumlah 27 orang mewakili seluruh Indonesia seperti, Sumatra diwakili oleh
Mr. Teuku Muhammad Hasan, Mr. Abbas dan Dr. Amir, daerah Kaigun Indonesia Timur diwakili oleh Andi Pangeran, Hamdhani, dan I Gusti Ketut
Puja. Yang hadir pada waktu malam itu berjumlah kurang lebih lima puluh orang. Dimalam itu, Soekarno, Nishimura, wakil Gunseikan, M. Hatta, Mr.
Subardjo, Sukarni, dan Sayuti Melik, merumuskan teks proklamasi, hadir pula Mijoshi, seorang pembantu Jendral Nishimura yang terpercaya.
Setelah teks proklamasi telah selesai, lalu dibawalah ke ruang depan yang dihadiri anggota Badan Persiapan, pemuda-pemuda pemimpin pergerakan, dan
anggota Tyuuo Sangi-In. Sidang malam itu berakhir pukul 03.00 pagi, naskah yang dirumuskan pada malam itulah akhirnya dibacakan oleh Soekarno pada
pukul 10.00 pagi, yang kebetulan jatuh pada hari Jumat Ramadhan, 17 Agustus 1945.
47
47
S. Silalahi, M.A, Dasar-dasar Indonasia Merdeka, h. 188-194
Konsep Prolamasi yang ditulis oleh Soekarno pada secarik kertas, ilah sebagai berikut:
Proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17-8-05
Wakil-wakil bangsa Indonesia Pada kalimat pertama teks Proklamasi merupakan saran Mr. Ahmad
Subardjo yang diambil dari rumusan Dokuritsu Junbi Cosakai, sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran Drs. M. Hatta, pada pukul 04.30 waktu
Jawa jaman Jepang pukul 04.00 WIB Soekarno membuka pertemuan menjelang subuh untuk membacakan teks Proklamasi yang masi berbentuk konsep, sekaligus
menyarankan penandatangan naskah teks Proklamasi secara bersama-sama yang hadir pada waktu itu.
Saran itu dibantah oleh pihak pemuda yang tidak setuju kalo tokoh-tokoh golongan tua yang disebutkannya sebagai budak budak-budak Jepang ikut
menandatangani naskah Proklamasi,
48
lalu Sukarmi mengusulanya agar yang menandatangani naskah Proklamasi cukup dua orang saja, yaitu Soekarno-Hatta
atas nama bangsa Indonesia Atas permintaan Soekarno kepada Sajuti Melik untuk mengetik ulang
naskah itu yang berdasarkan naskah tulisan tangan Soekarno, disertai dengan perubahan yang telah disetujui. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah,
48
Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 84-85
yaitu kata-kata “tempoh” diganti menjadi “tempo” sedangkan “wakil-wakil bangsa Indonesia” pada bagian akhir diganti menjadi “atas nama bangsa
Indonesia” , lalu perubahan penulisan tanggal, “Jakarta, 17-8-05” menjadi “Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05”. Dengan perubahan tersebut maka naskah
yang baru diketik ulang dan di tandatangani oleh Soekarno dan Hatta di rumah Laksamana Meida, naskah yang baru menjadai seperti:
Proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia,
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l. di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Demikianlah pertemuan yang menghasilkan naskah Proklamasi Kemerdekaan itu berlangsung tanggal 17 agustus 1945, bagi masyarakat Jakarta
yang ingin mendengarkan pembacaan naskah teks Proklamasi telah dipersiapkan Lapangan Ikada sekarang bagian tenggara lapangan Monumen Nasional,
Menurut Ir. Soekarno bahwa Lapangan Ikada adalah salah satu lapangan umum yang bias menimbulkan bentrokan antara rakyat dengan pihak militer
Jepang, dengan itu Soekarno mengusulkan supaya upacara Proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. usul itu disetujui dan pembacaan
naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung ditempat itu pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.30 waktu Jawa jaman Jepang pukul
10.00 WIB ditengah-tengah bulan puasa.
49
49
Nugroho Noto Susanto, Sejarah Nasional VI Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Edisi ke-4, Balai Pustaka Jakarta, 1993, h. 85-87
Tamggal 18 Agustus 1945, atas keputusan rapat dari para pemimpin- pemimimpin dari berbagai golongan, Bung Karno dipilih sebagai Presiden
Republik Indonesia yang pertama. Pada tanggal 20 Mei 1963, secara aklamasi MPRS mengangkat Bung Karno mnjadi Presiden seumur hidup, pada tanggal 7
Maret – 11 Maret 1967 MPRS mengadakan sidang istimewa yang menetapkan bahwa Bung Karno dianggap sudah tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik maka MPRS menarik kembali mandatnya dari presiden Soekarno dan mengangkat Jendral Soeharto sebagai Pejabat Presiden.
Sejak keputusan Istimewa MPRS pada tanggal 7 Maret – 11 Maret 1967, Bung Karno hidup dalam karantina politik, Soekarno dilarang melakukan
kegiatan-kegiatan politik sampai selesainya Pemilihan Umum, dilakukan pula pemeriksaan mengenai terlibat atau tidaknya Soekarno dalam peristiwa G 30
SPKI, pemeriksaan itu belum selesai ketika Soekarno jatuh sakit sehingga meninggal dunia pada tanggal 22 Juni 1970 jam 07.00 di Wisma Yaso Jakarta.
50
50
Bung Karno Hari-hari Terakhirnya, Suripto, Penerbit PT GRIP Surabaya, h. 54-61
BAB V
A. Kesimpulan
Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo, Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Ibunya
bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Soekarno pertama kalinya di Sekolah Bumi Putera Desa tulungagung, dari situ beliau pindah ke Mojokerto lalu pindah lagi ke
sekolah ELS Europres Lagere Shool. Pada usia 14 tahu, beliau dititipkan di Surabaya di rumah Oemar Said
Tjokroaminoto untuk mengaji dan di sekolahkan ke Hoogere Burger School H.B.S., kemudian Seokarno membentuk organisasi Tri Koro Darmo yang
kemudian berganti nama dengan Jong Java Pemuda Jawa. Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School sekarang ITB di
Bandung, dan tamat tahun 1925. Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung,
tahun 1927 mendirikan Partai Nasional Indonesia PNI, aktivitas Soekarno di PNI menyebabkan di tangkap Belanda bulan Desember 1929, dibebaskan tanggal
31 Desember 1931, bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia Partindo, yang merupakan pecahan dari PNI, Soekarno kembali ditangkab pada
bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores, pada tahun 1938 sampai tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu dan Soekarno bebas pada masa
Jepang tahun 1942.
67
Pada awal masa penjajahan Jepang 1942-1945, pemerintahan Jepang melakukan propaganda politik dengan mendirikan Gerakan 3A Bulan April 1942
gerakan ini digantikan oleh Jawa Hokokai dan Putera, keadaan perang semakin gawat jepang membentuk Heiho pembantu prajurit Jepang, dibentuk lagi Keibon
barisan pembantu polisi, bulan agustus 1943, dibentuklah Perhimpunan Wanita Fujinkai dan untuk membantu pertahanan ke pulauwan, pada tanggal 3 Oktober
1943, dibentuklah Peta. Untuk menarik hati penduduk Indonesia maka pada tanggal 29 April 1945
didirikan BPUPKI dan diresmikan tanggal 28 Mei 1945, lalu dibubarkan tanggal 6 Agustus 1945, sesudah dibentuknya Panitia Kecil Perancang Declaration Of
Rights tanggal 12 Juli 1945, BPUPKI digantikan oleh PPKI dibentuk tanggal 7 Agustus 1945. Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah
peristiwa Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945, akhirnya upacara Proklamasi dilakukan di Rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, hari Jumat
tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.30 waktu Jawa jaman Jepang pukul 10.00 WIB ditengah-tengah bulan puasa.
B. Saran
Perjuangan Soekarno dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia dimasa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942-1945, dimana Soekarno pernah bekerja
sama dengan pihak tentara Jepang, sekaligus dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Dengan adanya kejadian itu, mungkin bagi masyarakat awam yang
kurang membaca buku sejarahnya perjuangan Soekarno, mungkin akan timbul pertanyaan yaitu: