Latar Belakang Datangnya Tentara Jepang Ke Indonesia

minyak dan karet yang masih belum cukup di negara Cina dan Manchuria, untuk memperbesar kemampuan industrinya, Jepang memerlukan berbagai bahan mentah yang terdapat di Indonesia, maka dari itu Indonesia dijadikan sasaran utama oleh Jepang, dikarenakan Jepang ingin membangun sesuatu kekuatan yang solit. Ada beberapa alasan mengapa Jepang melakukan ekspansi ke beberapa negara di Asia termasuk Indonesia. Jepang merupakan negara di kawasan Asia yang mampu mengadakan pembaharuan yang disebut Restorasi Meiji. 4 Restorasi Meiji membuat Jepang sebagai negara industri yang berteknologi tinggi yang dapat mengubah Jepang menjadi negara moderen yang mempunyai kekuatan fisik yang sejajar dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dan kemajuan Jepang dalam situasi politik internasional. Semua ini didukung oleh niat yang keras dari Jepang untuk menguasai dunia dibawah kekaisaran Jepang atas sebuah gagasan untuk membentuk imperium atau kekuasaan penuh bangsa Jepang dan membentuk kemakmuran Asia dibawah Jepang, karena kemajuan sebuah industri yang pesat di Jepang mendukungnya untuk melakukan ekspansi, akan tetapi Jepang tidak mempunya bahan mentah seperti minyak bumi, besi, baja untuk menunjang industrinya sedangkan karet diperlukan untuk kebutuhan industrinya, semua itu untuk keperluan militer. Bahan-bahan itu hanya ada di Manchuria, Brima, Indocina dan Indonesia. Sebelumnya pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia sudah menyadari ancaman dari Jepang untuk menduduki Indonesia, pada tanggal 28 Juli 1941 4 Edwin O. Reischouver, Manusia Jepang, terjemahan dari Bahari Siregar, Jakarta: Sina: Harapan, 1985, h. 96 dan Sayiduran Suryohajiprojo. Belajar dari Jepang, Manusia dan Masyarakat Jepang Dalam Perjuangan Hidup, Jakarta: UI Perss, 1987, h. 55-56 sebagai reaksi terhadap gerakan ekspansi Jepang ke beberapa negara Asia, pemerintahan Hindia Belanda telah memutuskan untuk melakukan pengawasan terhadap semua ekspor ke Jepang dan pemerintahan Belanda juga mengancam akan melakukan blokade ekonomi jika Jepang tidak menghentikan kegiatannya yang membahayakan pemerintahan Hindia Belanda, namun ancaman tersebut tidak mengurungkan niat Jepang untuk menduduki Indonesia. 5 Pada 10 Januari 1942, Tarakan Kalimantan Timur dikuasai Jepang, Tarakan daerah pertama dari wilayah Indonesia yang dikuasai oleh Jepang, kemudian menyusul Minahasa, Balikpapan dan Ambon, bulan Febuari 1942, Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang dan Bali dikuasai. Tanggal 25 Febuari 1942, Panglima Tertinggi ABCD Front Jendral Waval meninggalkan pulau Jawa, tanggal 1 Maret 1942, pasukan Jepang mendarat di pulau Jawa. Banten, Indramayu, Kragen dan Kalijati berhasil di kuasai. Tanggal 5 Maret 1942, Batavia jatuh, Pusat pertahanan Hindia Belanda di Bandung jatuh tanggal 8 Maret, pada tanggal 9 Maret 1942, jati diri bangsa Belanda yang sesungguhnya jatuh ditangan Jepang dan Jendral Ter Poorten panglima tertinggi di Jawa menyerah ke pada Jendral Imamura tanpa ada peperangan. 6 Belanda menyerah kepada Jepang diumumkan melalui radio NIROM Nederlands Indisch Radio Omroep pada hari Senin pukul 07.45, tanggal 8 Maret 1942 dengan disertai penandatanganan piagam penyerahan tanpa sarat yang 5 Nugroho Notosusanto, Tentara PETA pada Zaman Pemerintahan Jepang di Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1979, h. 19-20 6 S. Salalahi, M. A, Dasar-Dasar Indonesia Merdeka, h. 29 diwakili oleh Jendral H. Ter Poorten dan Jendral Hitosi Imamura di Kalijati, sejak itu Indonesia resmi berada dibawah kekuasaan Kerajaan Jepang. 7

2. Kondisi Indonesia Setelah Ditinggalkan Pemerintahan Belanda

Orang Belanda lari meninggalkan bumi Indonesia hanya dirinya sendiri dan keluarganya yang dipikirkan, Indonesia yang telah memberikan segala kenikmatan dan kemuliyaan selama tiga ratus lima puluh tahun ditinggalkan begitu saja, tanpa ada usaha sedikitpun untuk membelanya. Rakyat Indonesia ditinggalkan dalam keadaan nestapa dan sengsara, begitu juga dengan Soekarno yang berstatus tahanan yang dipindahkan dari Bengkulu menuju Padang ditinggalkan begitu saja ditengah jalan oleh polisi yang mengawalnya. Betawi yang dijadikan sebagai Ibu Kota Hindia Belanda Jakarta waktu itu, hanyalah sebuah kota dusun yang berpenduduk lima ratus ribu jiwa, tidak satupun bangunan bertingkat terdapat di Jakartata, tanpa mempersoalkan siapa pemiliknya, seperti itulah Indonesia ditinggalkan Pemerintahan Belanda.

3. Kondisi Indonesia Di Awal Kekuasaan Tentara Jepang

Dihari pertama kedatangan tentara Jepang di Indonesia disambut dengan gembira, yang dianggap akan membantu rakyat Indonesia untuk mewujudkan kemakmuran bagi bangsa-bangsa di Asia, dikarenakan rakyat Indonesia sudah sangat mengharapkan kemerdekaan ditanah airnya sendiri, jadi tentara Jepang 7 Sagimun, MD, Perlawanan Rakyat Indonesia Trehadap Fasisime Jerpang, h. 23 telah dianggap sebagai tentara pembebas rakyat Indonesia dari penjajahan kolonial Belanda. 8 Pada tanggal 7 Maret 1942, pemerintahan Militer Jepang di Jakarta menerbitkan undang-undang Bala Tentara Dai Nippon No. 1, tentang pemerintahan militer di Pulau Jawa yang berisikan sebuah tujuan untuk rakyat Indonesia sebagai berikut: 1. Dai Nippon memperbaiki nasib rakyat Indonesia yang sebangsa dan seketurunan dengan Bangsa Dai Nippon. 2. Dai Nippon akan memelihara dan ketentraman sebaik-baiknya untuk dapat hidup makmur bersama rakyat Indonesia dengan jalan mempertahankan Asia Raya bersama-sama. 3. Untuk itu, Dai Nippon akan memberlakukan pemerintahan militer untuk sementara waktu di daerah-daerah yang telah dikuasai, demi keselamatan rakyat. Dalam undang-undang itu dijelaskan bahwa kekuasaan Gubernur Jendral diambil alih oleh tentara Jepang pasal 2 dan semua badan-badan pemerintahan yang ada tetap dipertahankan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan militer. 9 Sejak 9 Maret 1942, akhirnya Indonesia dibagi menjadi tiga daerah pemerintahan militer. Sumatra dibawah tentara ke-25 Angkatan Darat Rikugun yang berpusat di Bukit Tinggi, Jawa dan Madura dibawah tentara ke-16 Angkatan Darat Rikugun yang berpusat di Jakarta dan Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Kepulauan Sunda Kecil yang terdiri dari Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa 8 Sagimun. MD, Perlawanan Rakyat Indonesia Trehadap Fasisime Jerpang, h. 26 9 S. Salalahi, M. A, Dasar-Dasar Indonesia Merdeka, h. 30-31 Tenggara Timur dibawah Armada Selatan Kedua Kaigun yang berpusat di Makasar. 10 Beberapa istilah Pemerintahan Belanda diganti seperti: 1. Residenti Keresidenan menjadi Syuu. 2. Regentschap Kabupaten menjadi Ken. 3. District Kewedanaan menjadi Gun. 4. Onderdistrict Kecamatan menjadi Son. 5. Gemmente Kota Praja menjadi Si. 6. Desa menjadi Ku. 7. Kampung menjadi Asa. Sesuai dengan situasi perang, masing-masing daerah keresidenan Syuu harus mampu Self-Supporting perlindungan daerah masing-masing, maka dianjurkan disetiap masing-masing wilayah menanam bahan-bahan makanan, bahan-bahan pakaian seperti kapas, randu, rami, dan nanas, dan pada bulan Juli 1942, Infiltrasi cultural pemisahan kebudayaan mulai dilancarkan. Bulan September 1942 Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA mulai dibuka dibeberapa tempat seperti di Magelang, Cirebon, Jember, dan Bogor, bahasa Jepang di ajarkan di Sekolah Dasar SD baik di kota-kota maupun di desa-desa terpencil. Penggunaan bahasa Belanda dan Inggris dilarang, untuk mengambil hati bangsa Indonesia, lalu bahasa Indonesia disempurnakan dengan membentuk sebuah panitia bahasa yang disebut Indonesia Go Seibi Iinkai. Pada November 1942, sebuah panitia pemeriksa adat dan tatanegara dibentuk, pertemuan dengan 10 Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1990. Cet. Ke- 6, jilid VI, h. 5 tokoh-okoh Islam diselenggarakan, untuk mengambil hati Solo-Koo dibeberapa desa ku yang termasuk bagian Onderdistrict son Tengaran, Tengaran Gun, Semarang Ken, Semarang Syuu, dimasukan menjadi bagian Surakarta -Kooti. Dengan Undang-uandang No. 30 1 September 1942, istilah Java diganti dengan nama Jawa, yang disebut dengan Jawa sudah termasuk Madura, dan dalam rangka menyambut hari pembangunan Asia Raya, tanggal 8 Desember 1942, dengan Osamu Seirei No. 16 UUD No. 16 nama Kota Batavia Batavia -Syuu diganti menjadi Jakarta Syuu. 11

B. Terbentuknya Pusat Tenaga Rakyat Putera Dan Tentara Pembela Tanah Air Peta

1. Latar Belakang Berdirinya Putera Dan Peta

Yang melatar belakangi berdirinya PUTERA dan PETA adalah sebagai berikut: 1. Situasi perang yang gawat, karena Angkatan Perang Amerika Serikat beserta sekutunya telah mulai perang ofensif membalas dan menghentikan tindakan perang ofensif Jepang di Pasifik Barat Daya, yang telah menimbulkan kekawatiran dipihak Jepang bahwa Amerika Serikat akan menyerbu dan merebut Indonesia. 11 S. Salalahi. M. A, Dasar-dasar Indonesia Merdeka, Versi Para Pendiri Negara, h. 31- 36 2. Tidak mungkin menambah tenaga manusia dibagian Barat Indonesia tentara di Jawa, Madura dan Sumatra yang pasukannya tidak begitu banyak dan prajurit-prajuritnya sudah terlalu tua. 12 Pada bulan April 1942 sebuah usaha Propaganda Jepang Sendenbu dibuatlah suatu gerakan pertama yang melahirkan Gerakan Tiga A, Hitoshi sebagai ketua, dianggkat pula Mr. Syamsudin, yang dibantu oleh tokoh-tokoh PRINDRA, 13 seperti K. Sultan Pamuncak dan Muhammad Saleh. 14 Semboyan dari Gerakan Tiga A adalah, Jepang pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia dan Jepang Cahaya Asia, 15 akan tetapi gerakan Tiga daerah ini tidak berlangsung lama, karena dianggap kurang berhasil dalam menggerakkan rakyat untuk mendukung usaha perang tentara Jepang, sebagai pegantinya Jepang mendirikan PUTERA.

2. Berdirinya Putera Pusat Tenaga Rakyat

Pada tanggal 9 Maret 1943, organisasi yang bernama PUTERA Pusat Tenaga Rakyat didirikan, organisasi ini dipimmpin dengan tokoh yang lebih dikenal dengan masyarakat, tokoh-tokoh itu adalah Ir. Soekarno, Dr. M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan KH. Mas Mansoer. 16 Dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dari rakyat untuk memenangkan peperangan yang sesuai dengan ketentuan pasal No. 3 yang berisi tentang peraturan dasar PUTERA, dimana disitu ditegaskan bahwa PUTERA turut 12 Nugroho Notosusanto, Tentara PETA Pada Jaman Pendudukan Jepang Indonesia, h. 64 13 A. K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1980, h. 138 14 M. C. Rickleefs, Sejarah Indonesia Moderen, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995, Cet ke- 5, h. 302 15 Sagimun. MD, Perlawanan Rakyat Indonesia Trehadap Fasisime Jerpang, h. 33 16 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Moderen, h. 306