Kerangka Berfikir TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

Disis lain Allah SWT melalui Rasulnya menganjurkan orang islam belajar hingga ke hegeri China dan memerintahkan supaya menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat, menunjukan bahwa islam memandang penting belajar. Imam Al-Ghazali memandang bahwa belajar sangat penting serta menilai sebagai kegiatan yang terpuji. Untuk menerangkan keutamaan belajar tersebut Imam Al-Ghazali mengutip ayat Al-Qur,an. yaitu: Firman Allah SWT ~ q ?b K dV.9 L 9 H o• D op =dH L? 3 -€_ b Q d L H i ‚ k } ?ƒ d m…S? † ‡9 E ,3 € ˆ+X 9 Ym d d‰S 8j + i Td9S Ym 8 d9 q ˆ+?. dŠ ,W``- Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” QS. At-Taubah: 122 Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulan bahwa belajar merupakan perbuatan yang terpuji. Disamping belajar dapat untuk menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek, belajar juga dinilai sebagi ibadah kepada Allah. Orang yang belajar sungguh-sungguh disertai niat ikhlas ia akan memperoleh pahala yang banyak. Belajar juga dinilai sebagai perbuatan yang pahalanya sama dengan orang yang berjuang dijalan Allah untuk membela kebenaran agama Allah.

B. Kerangka Berfikir

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitupula dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari biaya, karena untuk melaksanakan pendidikan memerlukan alat-alat belajar, alat-lat belajar tersedia karena ada biaya. Pembiayaan ibarat mesin bagi sebuah mobil, demikian pula biaya bagi pendidikan. Dengan demikian ekonomi termasuk alat untuk mencapai tujuan belajar mengajar, sebagai orang tua yang bertanggung jawab melengkapi sarana belajar anak, harus memperhatikan belajar anak agar memperoleh prestasi yang tinggi. Bagi keluarga dimana orang tua mempunyai penghasilan tinggi dengan kata lain keadaan ekonominya baik, tidak akan sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari. Dengan tingkat ekonomi yang demikian mereka mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam proses belajar mengajar. Dengan terpnuhinya kebutuhan tersebut maka akan menumbuhkan semangat untuk belajar serta menciptakan konsentrasi belajar pada anak, sehingga anak akan fokus perhatiannya dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini akan menyebabkan anak termotivasi untuk belajar lebih giat lagi, sehingga pada akhirnya prestasi belajar akan dapat diraih. Lain halnya anak didik yang berasal dari orang tua yang berpenghasilan rendah atau ekonominya kurang baik, mereka akan memusatkan perhatiannya pada kebutuhan sehari-hari dari penghasilan yang diterimanya, akibatnya mungkin anak harus bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya dan akan mengganggu kegiatan belajar anak tersebut, sehingga kebanyakan ada anak kurang mampu menunjukan prestasi belajar yang kurang bagus, walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya anak didik yang serba kekurangan dan menderita akibat orang tuanya kurang mampu, justru keadaan itu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan prestasi belajarnya meningkat. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan akan menjadi penghambat anak dalam belajar dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Maka factor ekonomi keluarga yang mampu akan memberikan kesempatan mencurahkan perhatian yang optimal untuk kepentingan belajar bagi anak didik, karena tidak disibukkan lagi oleh kegiatan-kegiatan lain untuk memenuhi kebutuhan primer sehari-hari keluarga. Demikian pula bagi anak didik, ia dapat mengoptimalkan perhatian belajar karena tidak disibukan oleh ekonomi keluarga yang memaksakan dirinya untuk membantu orang tua memenuhi kebutuhan keluarga.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN