UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
memiliki viskositas relatif rendah sampai salep atau krim, yang merupakan semisolid. Diameter partikel dari fase terdispersi umumnya berkisar dari
0,1-50 µm James, 2007. Pada dasarnya suatu sistem emulsi tidak stabil karena masing-
masing partikel memiliki kecenderungan untuk bergabung dengan partikel sesama lainnya. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu
fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi yaitu zat pengemulsi emulsifying agent Ansel, 1989. Bahan pengemulsi umumnya dibedakan
menjadi tiga golongan besar, yaitu surfaktan, hidrokoloid, dan zat padat terbagi halus. Golongan pengemulsi tertentu dipilih terutama berdasarkan
stabilitas shelf-life yang dikehendaki, tipe emulsi yang diinginkan, dan biaya zat pengemulsi Lachman, et al., 1994.
2.4.2 Tujuan Emulsi dan Emulsifikasi
Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut memiliki
rasa yang lebih enak walaupun sebenarnya minyak yang diberikan tidak enak rasanya, dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada
pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat
mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih mudah diabsorpsi Ansel, 1989.
2.4.3 Komponen Pembentuk Emulsi
Komponen pembentuk emulsi secara umum yaitu: a. Fase Minyak
Secara umum fase minyak dari emulsi merupakan suatu zat aktif yang memiliki aktivitas farmakologi. Parafin cair, minyak castor,
minyak ikan, minyak wijen merupakan contoh minyak yang biasa diformulasi menjadi emulsi untuk sediaan oral. Minyak biji kapas,
minyak kacang kedelai, dan minyak safflower biasa digunakan sebagai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
emulsi untuk penggunaan infus. Minyak turpentine dan benzyl benzoate biasa diformulasi emulsi untuk penggunaan eksternal
Aulton and Taylor, 2001. b. Fase Air
Fase air atau pelarut yang digunakan dalam pembuatan emulsi adalah aquademineralisata. Aqua demineralisata ini diperoleh dengan
cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis terbalik, atau cara lain yang sesuai. Air yang digunakan harus bebas mineral, partikel, dan mikroba
Rowey, Sheskey dan Owen, 2006. c. Emulsifying Agent Emulgator
Dalam membentuk emulsi yang stabil bahan pembentuk emulsi ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan antara fase
minyak dan air atau merusak lapisan yang mengelilingi globul emulsi Silva, et al., 2011.
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tragakan. Tragakan 1,5 dipilih karena merupakan emulgator
alam dan berdasarkan penelitian sebelumnya dihasilkan emulsi dengan viskositas yang paling baik Warda, 2013. Tragakan tidak larut dalam
air, etanol 95, dan pelarut organik lain. Meskipun tidak larut dalam air namun tragakan dapat mengembang 10 atau 20 kali dari beratnya
baik di
dalam air
panas ataupun
air dingin
Rowey, Sheskey dan Owen, 2006; Anief, 2006. Data praformulasi dari tragakan yaitu: HOPE, 6th Edition
Sinonim :
gum tragacanth, tragacantha Organoleptis
: serbuk, berwarna
putih hingga
kekuningan, tidak berbau, membantuk lapisan transparan
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, ethanol
95, dan pelarut organik lain. Bisa mengembang dengan cepat dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sepuluh kali beratnya dalam air baik air panas atau dingin
Keasaman-kebasaan : pH 5-6 pada larutan terdispersi 1 wv
Nilai keasaman : 2-5
Kandungan air : 15 ww
Manfaat penggunaan : agen
pensuspensi, agen
peningkat viskositas
Stabilitas dan penyimpanan : stabil pada pH 4-8 dan pada wadah tertutup rapat dengan kondisi sejuk dan
kering Inkompatibilitas
: menurunkan efek sebagai pengawet pada benzalkonium klorida, klorbutanol, dan
methylparaben Selain tragakan, zat pengemulsi dan penstabil untuk sistem
farmasi adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Jenis-jenis Zat Pengemulsi dan Penstabil Untuk Sistem Farmasi
[sumber: Ansel, 1989]
d. Pengawet Pengawet yang digunakan disini adalah Na benzoat dengan
konsentrasi 0,1. Na benzoat dipilih sebagai pengawet karena kompatibel dengan tragakan. Na benzoat larut dalam etanol 95
1:75, etanol 90 1:50, dan air pada suhu 20
o
1:1,8 dan pada suhu 100
o
1:1,4. Na benzoat memiliki aktivitas sebagai bakteriostatik dan anti jamur yang optimal pada pH 2-5 serta pada kondisi basa hampir
1. Bahan-bahan karbohidrat Akasia gom, tragakan, agar, kondrus
2. Zat-zat protein Gelatin, kuning telur, dan kasein
3. Alkohol dengan bobot molekul tinggi
Stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril monostearat
4. Zat-zat pembasah, yang bisa bersifat kationik, anionik, dan nonionik.
Kationik: benzalkonium klorida Nonionik: ester-ester sorbitan dan turunan
polietilen 5. Zat padat yang terbagi halus
Tanah liat
koloid termasuk
bentonit, magnesium
hidroksida, dan
aluminium hidroksida
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tidak memiliki efek Rowey, Sheskey and Owen, 2006. Data praformulasi dari natrium benzoat yaitu:
Sinonim :
sodium benzoic acid, benzoic acid sodium salt
Organoleptis : berupa serbuk, granul, atau kristal yang
sedikit higroskopis, berwarna putih, tidak berbau
Kelarutan : ethanol 95 1 in 75, ethanol 90
1 in 50, air 1 in 1,8; 1 in 1,4 at 100
o
C Keasaman-kebasaan
: pH 8 Densitas
: 1,497-1,527 gcm
3
at 24
o
C Manfaat penggunaan
: pengawet, lubrikan tablet dan kapsul Stabilitas dan penyimpanan : penyimpanan pada wadah tertutup rapat
dengan kondisi sejuk dan kering Inkompatibilitas
: inkompatibel dengan
senyawa kuartener, gelatin, garam Fe, garam
kalsium, logam berat seperti merkuri, perak
e. Pemanis Pemanis yang digunakan yaitu sukrosa. Sukrosa merupakan
pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan oral. Sukrosa disini berfungsi untuk menutupi rasa dari sediaan yang kurang
enak. Konsentrasi sukrosa sebagai pemanis pada sediaan oral yaitu 50- 67. Sukrosa praktis tidak larut dalam kloroform, larut dalam etanol
1:400, etanol 95 1:170, propan-2-ol 1:400, dan air pada suhu 20
o
C 1:0,5
dan pada
suhu 100
o
C 1:0,2
Rowey, Sheskey and Owen, 2006.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.4 Evaluasi Sediaan Emulsi